"Menjadi temanmu...
Mungkin satu-satunya cara agar aku bisa bersamamu selamanya"----------
Author
Sedari tadi Viani memperhatikan gerak-gerik Valen yg seperti tidak fokus pada latihan kali ini. Beberapa kali dia memergoki Valen yg melamun dan juga nada petikan gitar sedikit tak karuan. Viani mencoba menghela nafas mungkin sosok datar ini sedang ada masalah.
Ck, cowok es bisa gelisah juga ternyata. Kekeh batinnya.
"Lo kenapa sih Len?"
Itu adalah pertanyaan ke sepuluh kalinya yg di lontarkan Viani pada Valen. Dan jawaban cowok itu tetap sama, hanya menggedikkan bahu acuh. Jika orang lain yg berada di posisi Viani sudah di pastikan akan membatalkan latihan ini, tapi Viani mencoba untuk memahami serta tidak ingin merusak mood cowok itu yg sedang sangat buruk.
"Kalo lo lagi ada masalah selesain dulu, kita undur latihannya besok."
Valen tidak merespon tatapannya mengarah pada Viani, tapi siapapun tahu jika tatapan itu kosong. Tentu dia mendengar apa yg diucapkan gadis itu namun kerja otaknya sangat lambat untuk mencernanya.
Viani menghela nafas lelah, dia tidak suka Valen diam seperti ini, dia lebih suka Valen membalas perkataanya walau pun singkat tapi itu membuktikan bahwa Valen merespon kehadirannya. Tidak seperti sekarang.
"Oke gue pergi." Viani membalikkan badannya menuju pintu. Namun ucapan Valen selanjutnya membuat langkahnya terhenti.
"Please, Don't leave me."
Suara itu terdengar bergetar, segera Viani membalikkan badannya dan melihat Valen terduduk lemas sambil berpegangan dengan gitar yg tadi dipangkuannya. Entah keberanian dari mana Viani menyentuh pundak Valen dengan hati-hati, dia tidak tahu apa masalah Valen begitu berat sampai cowok datar ini terlihat begitu lemah.
Terlihat lemah? atau sebenarnya ini adalah sisi lain yg tersembunyi?
"Lo kenapa sih Len?" pertanyaan bodoh itu keluar lagi dari mulut Viani.
Dia merutuki kebodohannya mengapa selalu kalimat itu yg terlontar. Viani tidak tau harus berbuat apa sekarang, dia hanya diam membiarkan Valen duduk berusaha menahan gejolak emosi yg siap keluar. Sambil menepuk pelan bahu Valen menyalurkan sedikit kekuatan yg mungkin bisa membantu cowok itu.
Hening, hanya deru nafas mereka yg terdengar diruangan kedap suara ini. Ruang Musik.
Selama lebih lima hari yg lalu mereka memang melakukan latihan di ruangan ini, hanya ada mereka berdua, walau terkadang Bu Susan datang dan mengontrol perkembangan latihan mereka. Dan ini kali pertama Viani melihat Valen tidak fokus dengan latihannya.
Juga setelah insiden hari senin kemarin Viani sadar bahwa Valen memang sosok yg baik. Dia senang memiliki satu lagi teman laki-laki selain Vano di hidupnya.
Dengan memberanikan diri Viani mulai bersuara. "Kalau lo ada masalah lo bisa cerita ke gue Len, selama ini kan lo selalu ada saat gue butuh bantuan jadi sekarang mungkin gue bisa balas semua kebaikan lo."
Masih tidak ada tanggapan dari Valen, dia hanya mengangkat kepalanya. Sadar akan posisi mereka yg dekat, Valen sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Viani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...