"Kehilanganmu adalah satu-satunya pikiran yg tak pernah terlintas di otakku"
- Valentino Dirgantara -
------
Author
Viko memasuki ruang rawat putri kesayangannya. Disana sudah ada Venita yg setia menunggu Viani untuk membuka mata. Namun, masih tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan tersadar dari tidurnya. Yang ada ruangan itu hanya diisi oleh suara kardiograf.Sudah satu minggu lamanya Viani terbaring koma. Meskipun dokter mengatakan kondisinya berangsur membaik, tetap saja keluarga Fernando merasa cemas melihat fakta keinginan mereka belum terwujud. Ini kali kedua mereka mengalami hal serupa.
Melihat princess di keluarga ini terbaring lemah, hidup dengan alat-alat yg hanya mampu membuatnya bertahan hingga hari ini. Persis sama seperti dua belas tahun silam. Kini Viani kembali mengalaminya pada umur yg hampir mendekati tujuh belas tahun.
Viko menatap Verel yg saat ini berdiri tegap dengan pandangan kosong ke arah jendela. Dia tau bukan hanya dirinya yg terpukul, tapi juga Verel dan Venita. Sudah seminggu ini Verel tidak kuliah, dia juga tak memberi keterangan apapun. Sebenarnya Viko ingin marah tapi dia cukup memaklumi jika Verel masih Shock dengan apa yg terjadi. Perlahan Viko mendekati putra sulungnya.
"Verel!" tepukan pelan di bahu Verel membuatnya sedikit terlonjak.
"Ayah." jawabnya memaksakan seulas senyum.
Viko ikut berdiri disamping Verel lalu melalukan hal yg sama seperti yg tadi dilakukan oleh Verel.
"Kamu belum makan pagi ini."
Verel menoleh lalu menggeleng sekilas. "Aku belum laper yah, ntar aja." elak Verel pelan.
"Kalo kamu sakit siapa yg bakalan jagain Via nantinya? Tidak ada yg perlu disesali Verel, semua sudah ada yg mengatur. Bukan cuma kamu yg terpukul, Ayah, Bunda sama hal nya dengan kamu, tapi kami tau Verel Tuhan tidak akan menguji umatnya di luar batas kemampuan." Viko menarik nafas cukup panjang. "Adik kamu pasti sedih lihat kamu kayak gini, dia mungkin aja mau bangun, tapi takut, melihat keadaan kamu dengan penyesalan seperti ini."
Verel diam tidak tau harus merespon apa. Perkataan Viko seolah menampar dirinya.
"Kita pernah melewati masa seperti ini sebelumnya, bahkan lebih sulit, tapi itu seharusnya menjadi pelajaran untuk kita agar selalu kuat."
Verel tetap bergeming.
"Ayah harap kamu mengerti." ucap Viko sambil kembali menepuk pundak anaknya.
"Verel cuma takut yah." akhirnya Verel mengeluarkan satu kalimat yg dia pikirkan sejak kemarin.
Viko tersenyum. Dia membalikkan tubuh putranya agar menghadap ke arahnya. Tanpa di duga Viko memeluk tubuh putranya yg tampak rapuh. Sambil mengusap bahu Verel yg bergetar menahan tangis.
"Tenang kak, ada Ayah sama Bunda disini."
Verel semakin erat memeluk Viko. Dia sangat bersyukur dalam keadaan seperti ini ada Ayah dan Bundanya yg selalu menenangkannya.
Venita terenyuh melihat Viko dan Verel. Dia lantas menitikkan air mata. Sungguh keluarganya selalu di uji dengan hal-hal yg hampir membuat mereka putus asa. Tapi yg tadi di ucapkan oleh Viko memang benar. Tuhan tidak akan menguji umatnya di luar batas kemampuan mereka. Dia melirik tubuh Viani yg terbujur kaku di ranjang. Seulas senyum muncul di bibirnya.
"Cepet bangun sayang, Ayah, Bunda, Kak Verel juga temen-temen kamu kangen sama senyum ceria kamu."
Verel merenggangkan pelukannya lalu menatap tubuh adiknya yg terlihat pucat. Sebentar dia melihat Viko memohon izin mendekati Viani. Viko yg mengerti lantas mengangguk lalu memberi jalan untuk Verel.
![](https://img.wattpad.com/cover/123017590-288-k113029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...