"Bahagia itu sederhana, cukup aku dan kamu menjadi kita"
- Viani Amara -
-----------
Author
Seorang gadis terburu-buru melewati koridor, sesekali melirik jam di tangan kanannya. Hari ini dia terlambat ke sekolah di karenakan mimpi sialan yg membuatnya lupa untuk bangun.
Ah sialan tuh mimpi
Sepanjang perjalanan menuju ke kelas tak henti-hentinya Viani mengomel tidak jelas. Ya gadis itu adalah Viani. Bisa di katakan ini kali pertama dia terlambat selama tiga tahun bersekolah di SMA cahaya pelita.
Walau masih ada waktu sekitar tujuh menit lagi tapi tetap saja dia benar-benar panik.
Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok yg sudah beberapa hari ini tak pernah terlihat olehnya. Viani berteriak memanggil sosok itu.
"Sintia!!"
Yang dipanggil segera berbalik dan dilihatnya Viani berjalan kearahnya. Tanpa Viani tau Sintia menghembuskan nafas kasar saat melihat dirinya.
Seperti biasa Sintia terlalu mahir memainkan peran sebagai sahabat yg baik selama ini. Terbukti sekarang dia memasang senyum tulus saat Viani berada di depannya.
"Hai Vi, lo baru berangkat?"
Sintia mengamati Viani yg masih menggendong tas ransel di punggungnya. Dia sedikit mengernyit bingung karena tidak biasanya seorang seperti Viani terlambat datang kesekolah.
"Eh iya, gue kesiangan tadi bangunnya Sin."
"Tumben banget lo."
Viani tersenyum kikuk lalu menceritakan kejadian mimpi sialannya itu. Sintia terkekeh mendengar penuturan Viani. Dia merangkul pundak Viani lalu segera berjalan bersama ke kelas masing-masing.
"Sin lo kemana aja berapa hari ini gue sama Ratna jarang banget liat lo."
Sintia menghentikkan langkahnya saat sudah sampai di kelas 12 IPA 3, kelas Viani. Ia hanya tersenyum merespon pertanyaan Viani lalu menepuk sekilas bahunya.
"Gue ada urusan keluarga Vi, sorry gak sempet kasih kabar ke lo pada."
Viani juga tersenyum lalu mengangguk. "Gue kirain lo sakit Sin, it's okay."
"Wahh mana ada sejarahnya gue sakit."
"Halah sok lu, ntar sakit baru tau rasa."
Sintia terkekeh pelan. "Ya udah gue ke kelas ya Vi."
"Oke Sin. Semangat belajarnya." ucap Viani dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Cuih najisin lo Vi."
"Hahahaahah."
"Bye chubby."
Mendengar kata terakhir itu, Viani menatap horor Sintia yg telah lebih dulu berlari ke kelasnya sambil meninggalkan gelak tawa yg membuat Viani semakin geram.
Ia baru ingin berteriak tapi terhenti saat sebuah tepukan tangan dibahunya.
"Hei, lo telat?"
Viani membalikkan badan kebelakang, Ia kaget dan hampir tejungkal jika saja sebuah lengan kokok Valen tidak menahannya. Jarak yg sangat dekat ini mengharuskan Viani menahan nafas untuk beberapa detik.
Wajah Valen yg bisa Ia lihat dengan jelas membuat detakan jantungnya berpacu lebih cepat. Viani ingin menghindari kontak mata itu tapi seolah ketajaman mata Valen menghipnotisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Roman pour AdolescentsMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...