"Karena pada akhirnya akan ada seseorang yg datang dengan niat membahagiakan tanpa harus berfikir untuk meninggalkan"
------
Author
Bukkkkkk
"Aww!" rintih Viani saat tubuhnya ambruk ke lantai.
"Siapa lagi sih yang nab-" belum sempat melanjutkannya Viani terkejut saat yg dilihat adalah Valen.
"V-valen!"
"Buruan berdiri, lo mau sampai kapan duduk di lantai." ucapnya datar sambil mengulurkan tangan membantu Viani berdiri.
Masih dengan ekspresi terkejutnya Viani berusaha berdiri tapi belum sempat tubuhnya terangkat dia merasakan perih di sekitar lututnya.
"Aww, sakit!"
Ternyata tadi saat dia tersungkur ke lantai menimbulkan luka yg cukup besar di lutut kanannya. Ada darah yg keluar dari sana. Melihat hal itu Valen menghembuskan nafas panjang lalu berjongkok di hadapan Viani.
"Eh lo mau ngapain?" dengan panik Viani mundur.
"Naik." perintah Valen.
"Hah?"
"Gue bawa lo ke uks." bahkan itu bukan sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan.
"Tapi gue gak bisa jalan." sungut Viani takut jika dia harus kena omelan Valen.
Tanpa menunggu persetujuan Viani, Valen menarik tangan Viani ke bahunya lalu dengan hati-hati mengangkat tubuh Viani di punggungnya.
"Eh lo mau ngapain!" Viani yg lagi-lagi terkejut atas sikap Valen berusaha turun dari gendongannya. "Turunin gue, gue bisa sendiri Valen." teriaknya sambil memukul-mukul bahu Valen.
"Berisik!"
Viani bungkam tak tau harus bagaimana lagi saat tubuhnya di gendong oleh Valen. Diam-diam Valen menahan senyum saat Viani tak lagi memberontak ingin turun. Dengan cepat dia membawa Viani menuju ke ruang UKS untuk mengobati luka di lututnya.
Dalam hati Viani berdoa berharap tidak ada yg melihat ke kejadian ini. Apalagi jika itu sampai teman-temannya. Dan juga bukan hanya malu di lihat orang tapi Viani malu jika tubuhnya berat saat di bopong Valen.
Dengan hati-hati Viani berbisik ditelinga Valen. "Gue berat gak sih?"
Valen tak menjawab sampai dia mendudukan Viani di atas kasur UKS. Bahkan Viani tak sadar jika mereka telah sampai di ruang kesehatan ini. Valen segera mencari kotak P3K di lemari samping tempat tidur. Setelah itu dia kembali menarik kursi lalu menghadap ke depan Viani.
Sambil membuka obat merah valen mengamati lutut Viani yg masih mengeluarkan darah.
"Lo hobby banget jatoh ya?"
Viani meringis saat cairan merah itu mendarat di lututnya.
"Ya kali hobby jatoh, kalo bisa gue juga gak mau kali."Dalam hati Valen membenarkan ucapan Viani, mana ada orang sengaja jatuh jika bukan karena kebetulan. Masih dalam posisi menunduk setelah memasangkan plaster pada luka yg di obati Valen mengamati lutut Viani yg ternyata banyak terdapat luka goresan yg telah membekas.
"Lah ini apa coba kalo bukan hobby, emang ini ajang pencarian bakat luka apa."
Viani ikut melihat bekas luka di lututnya. Dia tersenyum mengingat kenangan luka itu. Seulas garis lengkung muncul di bibir indahnya.
Sontak hal itu membuat Valen mengernyit bingung.
Kok dia senyum sih
"Gue senyum bukan karena seneng banyak bekas luka, tapi karena luka itu kenangan terakhir gue sama seseorang." ucap Viani seperti tau apa yg Valen fikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...