"Tenanglah, aku hebat dalam mengalah. Jadi kamu tak perlu repot memikirkan perasaanku"
- Valentino Dirgantara -
Author
Viani keluar kamar dengan tergesa-gesa sambil membawa tumpukan kertas ditangannya. Terlihat dia sangat kerepotan, sambil sesekali melihat jam dia sudah sangat terlambat untuk mengumpulkan tugas akhir hasil pengamatan mereka.
Karena terlalu cepat dia sampai tidak lagi memperhatikan jalan didepannya. Kakinya tersandung dan hampir membuatnya terjatuh.
"Ya ampun." keluh Viani saat melihat kertas-kertas itu berhamburan dilantai.
Ia berusaha sabar memunguti lembaran kertas itu, tanpa dia sadari seseorang didepannya juga melakukan hal yg sama. Viani sangat fokus menyusun kembali lembaran itu, namun pergerakannya terhenti saat sebuah uluran membawa tumpukan kertasnya.
"Nih! makanya jalan tuh liat-liat, untung cuma kertas yg jatuh kalo lo nya, bisa nambah lagi bekas luka dilutut tuh." Valen berbicara panjang lebar tanpa memperhatikan Viani yg hanya melongo mendengarnya.
"V-valen?" Viani bahkan tidak percaya jika orang yg berbicara panjang lebar dihadapannya saat ini adalah Valen.
Sedangkan Valen hanya menautkan alisnya menanggapi keterkejutan Viani. Ia berlalu setelah menyerahkan tumpukan kertas Viani yg berhamburan.
Sampai Valen menghilang dari pandangan Viani masih terus menatapnya. Tiba-tiba kesadarannya pun kembali, Ia menepuk jidat sendiri saking kesalnya.
"Mampus deh gue kena omel pak Asep."
Setelah selesai membereskan kertas itu Ia segera bergegas menemui pak Asep yg mungkin sudah murka atas ketelambatannya. Dalam hati Viani masih memikirkan Valen yg sudah beberapa hari ini tidak dia lihat. Namun hari ini dia muncul saat Viani membutuhkan bantuan.
Bahkan gue belum sempat bilang makasih ke lo.
Viani melihat pak Asep sedang duduk dengan beberapa tumpukan buku dihadapannya. Ia semakin takut untuk bertatap muka sekarang. Dan benar, baru mendekat sorot mata tajam pak Asep sudah membuat nyali Viani menciut. Ia berusaha menutupi kegugupannya dengan tersenyum.
"Selamat pagi pak." sapa Viani ramah.
"Iya." singkat, padat jawaban pak Asep membuat Viani harus lebih ekstra sabar.
"Ini hasil laporan yg bapak pinta kemarin, sudah saya kumpulkan dari setiap kelas pak." jelas Viani menunjukkan beberapa lembaran kertas dan meletakkanya dimeja.
"Kenapa terlambat?"
"Maaf pak tadi saya kesiangan." lirih Viani takut jika alasannya akan membuat pak Asep semakin marah.
"Ya sudah lain kali jangan diulangi." Viani baru bisa bernafas lega setelah kalimat itu keluar dari mulut pak Asep.
"Baik pak, terimakasih kalau begitu saya permisi dulu."
Baru akan berbalik pak Asep kembali bersuara.
"Tunggu sebentar."Viani hanya mengerutkan kening bingung. Padahal tadi dia sudah berharap akan segera kembali ke kamar dan melanjutkan aktivitas tidurnya yg sempat tertunda.
"Iya pak?"
"Tadi saya dapat pesan dari bu Susan untuk menanyakan bagaimana apa kamu dan Valen sudah siap untuk acara pensi sekolah itu?"
"Em saya belum membicarakannya lagi dengan Valen pak." Viani saja sampai lupa dengan tugas acara sekolah itu.
"Baiklah silahkan diskusikan dulu hari ini saya tunggu kepastiannya karena Anggota Osis harus mempersiapkan acaranya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Fiksi RemajaMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...