DYMM - 43

356 23 1
                                    

"Hidup tak lepas dari pilihan, mungkin ketika kamu memilih untuk memaafkan dan mengikhlaskan apa yg menyakiti hati, saat itu juga kebahagiaan dan ketenangan akan menghampiri"

- Author -

--------

Author

Viani memandang hamparan rumput luas di depannya, ditemani suara ricuh anak-anak yg sedang bermain disekitarannya. Taman sore memang menyenangkan. Di tambah semilir angin membuat Viani semakin menikmati waktunya saat ini.

Setelah kemarin ingatannya kembali Viani semakin gencar dengan kesendiriannya. Ia butuh waktu untuk menelaah semuanya. Kisah hidupnya seperti drama yg sering Ia baca di novel-novel romance kesayangannya. Awalnya Viani kira itu hanya sebuah imajinasi sang penulis, namun sekarang Viani menepis realita itu. Saat ini Ia terjun sendiri ke dunia khayalan menjengkelkan.

Tes!

Satu buliran bening meluncur bebas di permukaan wajah Viani. Ia kembali terisak pelan, sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Semuanya seperti thrailler film, berputar tanpa henti di otaknya. Bayangan jika selama ini orang yg ada di dekatnya, datang dengan tiba-tiba berusaha menjadi temannya, membantunya, menguatkannya, dan menemaninya saat sedang patah hati adalah orang yg selama ini Ia rindukan dan Ia cari. Sebegitu lucukah skenario Tuhan sampai Ia tak bisa tertawa sedikitpun.

Kenapa Viani merasa Ia seperti orang bodoh selama ini. Disaat semua keluarganya tau siapa Valentino, tapi satupun tak ada yg memberitahu.

Viani marah sangat marah namun hal itu kalah dengan ketidakpengertiannya tentang semua ini.

Tidak ada yg paham apa yg saat ini Ia rasakan, semuanya terlalu abu-abu bahkan untuk dirinya sendiri.

Viani mengangkat wajahnya, diperhatikannya anak-anak yg bermain riang di depannya. Begitu membahagiakan melihat anak-anak itu tertawa lepas.

"Kenapa lo bohong sama gue, Len, seandainya lo jujur dari awal kecewa gue gak akan sebesar ini." lirih Viani sambil menengadahkan wajahnya ke atas.

Kecewa yg Ia rasakan terlalu membekas. Fakta-fakta bermunculan tanpa bisa Ia cegah. Sekarang siapa yg dapat Ia percaya jika pelan-pelan orang di sekelilingnya banyak menyimpan rahasia tentang dirinya. Viani kehilangan sahabat-sahabatnya, Ia juga kehilangan cintanya, haruskah kali ini Ia kehilangan kekuatannya.

"Argghhhh." Viani berteriak kesal.

"Jangan suka simpan masalah sendiri."

Sontak Viani menoleh kesamping mendengar celetukan seseorang. Betapa kagetnya Ia saat tau siapa yg kini tengah tersenyum menatapnya.

"Vano?" Viani tak dapat menahan wajah kagetnya.

"Boleh gue duduk? Tadinya gue pengen kerumah lo, tapi tiba-tiba langkah gue nuntun buat kesini."

Tanpa peduli jawaban Viani, Vano segera mendudukan diri di sebelah Viani. Sedikit menjaga jarak. Sedangkan Viani masih tidak percaya Vano akan menemuinya disini.

Lama keduanya diam, fokus dengan pikiran masing-masing. Viani merasa de ja vu duduk berdekatan dengan Vano seperti ini. Terakhir Ia ingat saat rahasia Vano dan Sintia. Sesak kembali datang saat mengingat momen itu.

Do You Miss Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang