DYMM - 27

1.1K 50 7
                                    

"Dari sekian banyak hal yg harus aku lepaskan, kamu salah satunya yg tak ku izinkan."

- Vano Pirmansyah -

Viani Pov

Aku melirik alorji ditangan kananku, sudah hampir jam 7 malam. Dan aku belum membereskan perlatanku. Padahal besok siang kami sudah akan kembali ke jakarta. Meskipun masih ada satu hari tapi kepulangan kami di percepat karena guru-guru sibuk mempersiapkan acara untuk pensi sekolah yg akan berlangsung minggu depan.

Aku tidak habis pikir sore ini, orang yg mungkin menganggapku musuh dan begitupun sebaliknya menegurku dan meminta maaf kepadaku. Seperti mimpi.

Flashback on

Ditaman belakang.

"Ada apa?" ucapku memecah keheningan diantara kami.

"Gue minta maaf."

Satu kalimat itu membuatku menatap Ella cukup lama. Merasa ganjil dengan kalimat itu, kalimat yg bahkan tak akan pernah terpikirkan olehku akan terucap dari mulut seorang Ella Pramudia.

"Untuk?"

"Semuanya, semua yg udah gue lakuin ke lo. Mungkin gue emang jahat karena pernah ambil kebahagiaan lo, pernah anggap lo musuh karena lo bisa lebih dari gue, padahal gue cuma iri sama lo kenapa hidup lo terlalu sempurna, sementara gue nggak. tapi sekarang gue sadar bahwa itu gak akan berlangsung lama, ngambil sesuatu yg buat orang lain sakit itu gak sebahagia yg dibayangin. Percaya atau nggak gue ngerasa ini karma."
Ella menarik nafas menjeda ucapannya. Aku masih setia mendengarkannya, serasa mustahil melihat Ella serapuh ini. "Gue bakalan pindah Vi, dan gue cuma berusaha ninggalin kenangan yg baik di SMA ini, termasuk baikan sama lo."

Aku terbelalak kaget mendengarnya. "Kemana?" tanyaku mulai bersuara.

"Jerman."

"Kalau boleh gue tau kenapa lo pindah kan tanggung udah kelas tiga."

"Kalau gue cerita apa lo bakalan dengerin?"

Tanpa sadar aku mengangguk.

"Gue ikut bokap ke jerman. Selama ini gue cuma korban dari Broken Home. Orang tua gue cerai saat umur gue baru 7 tahun, saat itu gue belum tau apa-apa sampai gue tau kalau itu kesalahan nyokap. Nyokap gue selingkuh sama temen bokap gue sendiri, dan itu buat bokap gue marah luar biasa. Sejak saat itu bokap gue pergi, gue pengen ikut karena gue gak tahan dirumah sendiri. Nyokap gue jarang pulang sekalinya pulang paling cuma nyapa gue doang." tak terasa air mata Ella turun dengan sendirinya. Aku seperti merasakan bahwa Ella sudah sangat lama menanggung beban ini sendiri.

"Kalau lo gak kuat gak usah dilanjutin La." ucap ku lirih sambil berusaha menenangkannya.

Tapi dia menggeleng pelan.

"Makanya mulai dari saat itu gue tumbuh jadi anak-anak jahat yg gak punya etika. Gue sadar apa yg gue lakuin Vi, cuma gue sengaja karena gue cuma pengen narik perhatian nyokap dan bokap gue. Gue capek selama ini sendiri Vi, gue pengen kayak Ola, Jane, dan kayak lo. Hidup kalian itu sempurna nggak kayak gue yg cuma ditemenin sama sepi."

"Terus sekarang kenapa lo jadi ikut bokap lo?"

"Seminggu yg lalu bokap gue nemuin gue diem-diem. Kita ketemu di kafe, gue seneng bukan main saat ketemu dia lagi Vi. Kita sama-sama nangis. Gue bahagia banget, terus dia bilang untuk ikut dia ke jerman. Awalnya gue ragu tapi sebelum gue pergi kesini gue akhirnya yakin untuk ikut bokap gue, setidaknya gue bisa lepas dan gue gak bakalan sendiri lagi."

Do You Miss Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang