DYMM - 20

1.3K 85 5
                                    

"Ketahuilah untuk akhir yg bahagia, kamu memang harus sedikit tega memberi luka pada hati yg ingin segera mendapatkannya"

--------

Author

KREK!

Sebuah pintu bercat putih itu terbuka, menampakkan sosok wanita cantik membawa nampan ditangannya. Wanita itu hanya tersenyum saat melihat anaknya tampak santai bersandar di kepala kasur sambil menatap layar ponselnya.

"Udah siapin barang, buat besok?" tanya Rani seraya mendekat ke sisi dimana Valen sedang duduk. Wanita itu meletakkan nampan yg menadahkan satu mangkuk sup dan segelas susu cokelat di atas nakas yg ada disamping tempat tidur Valen.

"Eh mama, udah kok."

"Bawa apa aja?"

"Banyak dong ma, yg pasti itu kamera." ucap Valen dengan bangganya.

"Hahaha masih hobby foto-foto kamu ya?"

Valen tersenyum menerawang. "Selalu ma."

Rani ikut mengamati raut wajah Valen yg tampak berbinar bahagia. "Kenapa kamu belum kasih tau Viani kalo kamu itu Al nya dia Len?"

Valen menoleh, lalu senyum binar itu surut digantikan tatapan sendu.

"Via udah nemuin kebahagiaannya sendiri ma, sekarang hatinya bukan aku lagi." sambil menghela nafas panjang Valen melanjutkan. "Viani suka sama Vano ma, dia udah sahabatan selama satu tahun dan Via kalah dia terjebak friendzone sama Vano."

Rani mengusap kepala Valen dengan lembut. "Jangan sedih, mereka belum tentu jodohkan? Sekarang tugas kamu jagain terus Via, setidaknya cinta itu memang harus ada yg berkorban lebih dulu sayang."

Hati Valen terenyuh mendengar nasihat mamanya. Seolah ada kekuatan besar yg Rani salurkan untuk Valen. Bahwa memang ingin mendapatkan suatu hal, harus ada pengorbanan didalamnya. Mungkin sekarang Valen pura-pura menjadi orang asing dalam hidup Viani, tapi nanti Ia yakin Viani akan menyadari dengan sendirinya siapa sesungguhnya Valen.

"Thanks ma, you are the best." ucap Valen seraya memeluk tubuh Rani dengan sayang.

Rani mengangguk. "Ya udah sekarang kamu makan sup nya dulu, ntar keburu dingin loh."

Valen mengambil mangkuk sup itu, lalu melahapnya dengan tenang. Rani mengamati wajah Valen dengan takut. Seketika rasa gugup mulai menyerangnya. Ia ingin mengatakan sesuatu namun takut jika Valen akan marah.

Menyadari sedari tadi Rani memandangnya dengan tatapan gelisah, Valen akhirnya angkat bicara.

"Mama kenapa? Kok gelisah gitu."

"Eh?" Rani semakin gugup saat sekarang Valen menatapnya dengan wajah kebingungan.

Akhirnya dia memberanikan diri untuk berterus terang saja kepada Valen. Rani tidak mau jika nanti membuat Valen semakin kepikiran.

"Gini Len, sebenernya dua hari yg lalu papa kamu telpon." ucap Rani hati-hati.

Valen menghentikan aktivitas makannya, Ia menatap tajam kearah Rani. Baru mendengar kata 'papa' Valen sudah menggeram menahan amarah. Semenjak kepulangannya dia sungguh membenci papanya.

"Mama ngapain masih nerima telpon dari dia?"

Dengan penuh pengertian, Rani mengusap kepala Valen dengan sayang.

"Len mama tau kamu marah sama papa kamu, tapi kamu gak akan bisa benci sayang. Gimana pun keadaannya dia papa kamu, dia orang yg udah ngebesarin kamu selama ini."

Do You Miss Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang