DYMM - 39

734 33 12
                                    

"Dulu memang rasaku seperti hujan, deras, tapi kamu lupa sederas derasnya hujan Ia akan tetap reda"

- Viani Amara -

-----

Meski kebersamaan ini berakhir, meski nanti kita di jalan yg berbeda, hingga sore ini terukir, kita adalah kemarin yg bahagia.

Tanpa sia-sia, tiada sesal, hanya kenangan yg bertuliskan canda tawa, luka dan duka.

- Kelopak langit

Author

Hembusan angin lembut menyambut pagi gadis manis yg saat ini berdiri di depan gerbang sekolah. Ia beberapa kali menghembuskan nafas pelan menatap tulisan besar yg ada di depannya.

Welcome to SMA Cahaya Pelita

Sedari tadi langkah kakinya enggan untuk masuk, ia hanya diam dengan pikiran melayang entah kemana. Logikanya ingin tetap masuk dan menjalani kehidupan sekolah seperti biasa. Sementara hatinya masih ragu, takut jika semuanya nanti akan berubah.

Akhirnya dengan pergulatan batin yg cukup lama, langkah gadis itu mulai berayun memasuki gerbang tinggi itu. Sambil berjalan menatap lurus kedepan pikirannya masih di penuhi oleh rasa ragu dan takut. Dia pikir waktu satu malam cukup untuk Ia menyiapkan hati menghadapi yg terjadi, tapi sepertinya memang butuh waktu yg cukup panjang.

Saat melewati koridor, beberapa pasang mata mengarah kepadanya, gadis itu bingung namun Ia tetap melanjutkan langkah kakinya meskipun berat. Sedari dulu menjadi sorotan banyak orang adalah hal yg paling dihindarinya.

Ia bernafas lega saat pintu kelasnya sudah terlihat. Namun saat Ia hendak berjalan lebih cepat lagi seseorang menariknya dari arah samping.

Seketika langkahnya terhenti, dengan raut wajah kesal Ia menoleh.

"Maksud lo apaan sih?"

"Gue butuh bicara sama lo."

"Gue gak punya waktu."

"Via, sebentar aja."

Dengan sekali hentakan akhirnya pergelangan tangan Viani terlepas dari genggaman cowok di hadapannya saat ini.

"Gue harap pendengaran lo masih berfungsi dengan jelas, Tn. Putra Nicholas."

Setelah mengucapkan kalimat itu Viani segera berlari menjauhi Putra. Seorang Gadis manis yg sedari tadi ragu untuk masuk kesekolahnya.

Putra menatap nanar Viani yg perlahan mulai masuk ke kelasnya. Ia membuang nafas berat, sambil mengalihkan pandangannya. Dia tau Viani tidak akan pernah mau lagi berhubungan dengan orang-orang terdekat dari Vano Pirmansyah.

"Kita emang gak deket, tapi entah kenapa ada rasa marah juga dalam diri gue saat tau cowok sebrengsek Vano nyakitin cewek setegar dan sebaik lo, Vi." lirih Putra sambil beranjak meninggalkan koridor.

Viani memasuki kelasnya dengan perasaan campur aduk. Ia sudah menyiapkan hatinya sejak semalam dan mungkin ini adalah keputusan yg harus Ia lakukan.

Saat sampai di dalam kelas, Ia sedikit lega saat melihat kelasnya masih sepi, hanya beberapa siswi yg sepertinya sedang membersihkan kelas. Dengan memantapkan hati Viani berjalan lurus menuju ke bangku paling belakang.

Ya, dia sudah memutuskan untuk menjaga jarak dengan teman sebangkunya. Ratna.

Sebutlah Viani kekanak-kanakan saat ini. Hanya karena masalah satu orang cowok sampai membuat persahabatan mereka berakhir. Tapi hati Viani juga tak sekuat dan setegar yg dilihat. Ada beberapa hal yg memang terlihat sederhana namun begitu besar maknanya, yaitu kepercayaan. Saat ini adalah fase di mana kepercayaannya benar-benar sedang terkikis habis oleh orang terdekatnya sendiri.

Do You Miss Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang