"Kadang, yg terindah tak diciptakan untuk dimiliki, cukup dipandangi dari jauh, lalu syukuri bahwa Ia ada disana untuk dikagumi dalam diam."
"AUTHOR"
-------
Author
Gelak tawa terdengar di ruangan serba putih saat ini. Ruangan yg biasanya sunyi hanya terdengar suara kardiogram kini di isi oleh tawa dari gadis yg sudah dua minggu lalu memejamkan mata. Dia terlihat senang dapat bertemu lagi dengan para sahabatnya. Namun tawa dan senyum itu belum sepenuhnya sempurna. Viani masih mencari seseorang yg sejak kemarin malam di carinya. Entahlah tapi dia seperti merindukan wajah dingin itu.
Gue kenapa sih kok malah nyariin dia.
"Via!" panggil Sintia.
"Hm?"
"Sorry ya kita gak nemenin waktu lo koma." sesal Sintia dengan senyum sendunya.
"Iya Vi, gue juga minta maaf." timpal Ratna.
Mereka benar-benar merasa teman yg tidak perduli pada Viani. Di saat-saat sulit, mereka tidak menemani gadis itu. Seharusnya sebagai sahabat, teman mereka selalu ada untuk Viani.
"Udah lah gak apa-apa, bukan salah kalian juga kan." ucap Viani
"Tapi Vi, kita bener-bener gak enak sama lo, sama Om Viko, tante Venita."
Viani tersenyum. "Na, gue yakin kalo kak Verel gak nolak buat kasih tau kalian, pasti kalian bisa tau apa yg terjadi sama gue. Lagian juga ngapain jenguk orang yg gak sadar, iya kan?"
"Via lo kok ngomong gitu sih." sentak Sintia. "Sadar gak sadar nya lo kita itu khawatir banget tau, apa lagi waktu acara pensi lo gak dateng kita panik, cemas, kita jenguk kerumah lo asisten lo malah bilang lo di luar kota dan gak tau kapan balik, chat, telpon dari kita juga gak ada yg lo respon. Di siti kita bener-bener bingung Vi." jelas Sintia membuat Viani terdiam.
Dia tau betapa khawatirnya teman-temannya. Viani jujur sedikit merasa bersalah, tapi dia tidak tau apa-apa. Bahkan tadi pagi saat dia sedang beristirahat, Ia dikejutkan oleh Sintia dan Ratna datang sambil memeluk dirinya erat. Sungguh, mereka seperti sudah lama tak bertemu walau faktanya memang begitu.
"S-sorry!" satu kalimat itu membuat Ratna dan Sintia menghela nafas. Mereka tau semua ini bukan salah Viani, namun kekhawatiran, membuat mereka lupa mengontrol diri.
"Udah lah gak usah di bahas, yg penting sekarang lo udah sadar dan bisa have fun lagi sama kita." ucap Ratna.
"Iya Via bener kata Ratna." tambah Sintia.
Viani tersenyum. "Iya, makasih untuk kekhawatiran kalian. Gue harap persahabatan ini emang di landasi dengan ketululasan ya."
Seketika suasana berubah canggung. Entah kenapa Viani tiba-tiba ingin melontarkan kalimat itu. Ia merasa ada suatu hal yg mendorong untuk mengucapkan kalimat itu.
Kok gue tiba-tiba ngomong gitu ya. Batin Viani.
"Oh iya gimana acara pensi kemarin? Seru?" tanya Viani mencoba mencairkan kembali suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...