DYMM - 31

983 51 12
                                    

"Bagaimana pun setelah ini, kamu harus tahu jika mencintaimu adalah anugerah indah yg sesaat Tuhan titipkan untuk kurasakan"

- Vano Pirmansyah -

---------

Author


Dentingan sendok memecah keheningan di meja makan keluarga Pirmansyah. Tidak ada yg bersuara, semuanya menikmati makanan dengan tenang. Entah tenang atau memang memilih untuk diam.

Vano yg sedari tadi terlihat gelisah sambil sesekali melirik gadis di hadapannya ini yg justru bersikap dengan tenang. Dia seolah tak mengenali sosok gadis yg saat ini sangat berbeda dari selama yg dia kenal. Atau justru ada topeng yg tersembunyi?

Vano mencoba untuk bersikap tenang seperti yg lain. Namun tetap tanda tanya masih mengelilingi pusat pikirannya. Dia merasa akan ada hal yg tidak disukai nantinya. Suapan terakhir akhirnya selesai. Vano mendorong piringnya lalu meminum air yg ada disebelahnya. Setelah selesai dia berdehem sebentar.

Suara decitan kursi membuat semua orang menoleh ke arah Vano. Dirga menatap putra sulungnya dengan tatapan datar.

"Aku permisi!" Vano mengucapkannya dengan nada tegas.

"Vano duduk." suara Dirga yg tak kalah tegas membuat semua yg ada di ruang makan menahan nafas.

"Aku ada tugas."

"Duduk! ada yg mau Papa bicarakan."

Sambil menghela nafas gusar Vano akhirnya kembali duduk, dia sempat melirik gadis dihadapannya yg baru selesai menghabiskan makanannya. Sedetik kemudian pandangan mereka bertemu, Vano menatap gadis itu seolah meminta jawaban apa yg terjadi, sementara gadis itu malah menatap Vano dengan tatapan yg sulit di artikan.

Karena merasa kesal Vano akhirnya memutuskan kontak mata lebih dulu, dia memalingkan wajahnya kearah ke lain.

Setelah semuanya menyelesaikan makan malam mereka, Dirga mengajak mereka untuk berkumpul di ruang keluarga.

Vano duduk di samping mamanya. Sedangkan gadis itu lagi-lagi duduk berhadapan dengan Vano. Dia justru bersikap santai menanggapi ketegangan di ruangan ini. Vano kembali melirik kedua suami istri yg diketahui Vano adalah orang tua dari gadis itu. Namun yg jadi pertanyaan besar

Untuk apa mereka sekeluarga datang kesini?

"Baiklah semuanya sudah berkumpul disini lebih baik kita langsung katakan saja apa maksud dari pertemuan ini."

Suara bariton itu membuat semua orang menoleh kearah Dirga. Minus Vano yg malah menunduk sambil memainkan ponsel. Hal itu tak luput dari pengamatan Dirga. Dia mencoba meredam emosinya, karena takut akan menggagalkan rencana pertemuan malam ini.

"Iya itu benar Dirga, berhubung semuanya telah berkumpul disini, kita mulai saja membahasnya." ucap Toni menimpali perkataan Dirga.

Vano mengerutkan alisnya. "Membahas apa?"

"Membahas tentang pertunangan antara kamu dan Feli."

Deg!

Vano membelalak terkejut, tatapannya langsung terarah pada Papanya yg masih memasang wajah datar. Dia geram mendapati lagi-lagi Papanya bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaannya.

"Apa-apaan nih, maksud om apa?"

"Vano tenang dulu." suara lembut Rina, Mama Vano mencoba menenangkan anak sulungnya ini.

"Gak ma! Maksud Papa sama Om Toni apa tiba-tiba mau ngejodohin tanpa sepengetahuan aku." Vano berbicara dengan emosi yg memuncak, sudah cukup Papanya seolah melakukan segalanya tanpa memikirkan dirinya.

Do You Miss Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang