"Tawamu akan selalu menjadi candu saat nanti rindu kembali menghampiriku."
- Valentino Dirgantara
-------
Author
Ada satu masa dimana perjalanan hidup terasa ringan setelah melewati badai yg tidak kunjung mereda. Masa dimana tangis tergantikan oleh senyum. Udara di sekitar tak lagi sesak, begitu melegakan. Mungkin masa itu ada di tahap yg Viani rasakan saat ini. Memang ini bukan akhir dari sebuah perjalanan. Bukan juga suatu ujung dari pencarian. Tapi, setidaknya ini adalah bahagia yg Tuhan kasih untuk Ia nikmati setelah proses yg begitu melelahkan.
Sekali lagi Viani katakan benar, bahwa hidup memang sebuah pilihan. Banyak pilihan yg tehampar luas di depannya, juga masing-masing memiliki resikonya sendiri. Dan berada disini di temani oleh Valentino adalah pilihannya.
Saat ini mereka sedang ada di taman dekat rumah Viani, menghabiskan waktu sore bersama anak-anak yg memang sedang bermain di sekitar taman. Lebih tepatnya Valen yg asik bermain dengan anak-anak itu, sedangkan Viani asik sibuk memotret momen langka tersebut. Seorang Valentino nyata di hadapannya.
Tak henti Viani mengucap syukur atas semua yg Ia alami semasa putih abunya. Memang Ia kehilangan sahabat-sahabat baiknya, Sintia dan Ratna. Tapi Tuhan begitu baik sehingga dengan cepat Ia menemukan Amel dan Sari. Meskipun belum terlalu lama dan tak sedekat persahabatannya dulu, Viani tetap merasa senang.
Kadang memang kita harus merasakan kehilangan orang yg salah agar mendatangkan orang yg tepat,
Karena benar rencana Tuhan siapa yg tau.
Viani tak ingin lagi merasakan dendam, hidupnya terlalu pekat jika harus menjalani hari-harinya dengan marah, benci dan sakit hati. Cukup beberapa bulan terakhir Ia di ajarkan banyak hal, tentang sebuah keinginan yg tak harus berujung memiliki. Seperti pepatah mengatakan "Ada ingin yg hanya sekedar harap'. Mungkin cinta pertamanya memang berakhir tragis. Tapi setidaknya dia sempat bahagia. Vano memang jahat meninggalkan luka dimasa remajanya. Namun bukankah Tuhan selalu adil?
Dia mendatangkan sosok seorang malaikat tanpa sayap, penyembuh dari setiap luka yg Viani dapatkan. Mengingat Valen, Viani merasakan hatinya menghangat. Bahagia sederhana yg mampu menghapus semua sedih yg gadis itu terima. Saat ini hubungan mereka memang belum ada pengungkapan cinta satu sama lainnya, tapi bukankah cinta tak harus selalu di ungkapkan? Jika mereka satu sama lain merasakan cinta itu sendiri, kenapa harus di persulit?
Entah membicarakan cinta memang tak akan pernah habisnya.
Selalu saja meminta lebih, tapi Viani tegaskan sekali lagi dengan Valen Ia merasa cukup.
Lambaian tangan menarik kembali Viani kedunia nyata. Ia tersenyum saat Valen mengernyit bingung di hadapannya. Masih dengan kamera yg bertengger di lehernya Viani menarik pergelangan tangan Valen lalu mendudukkan diri cowo itu di sampingnya.
"Udah selesai mainnya?" Tanya Viani
Valen mengangguk sambil mengambil kamera dari leher Viani. "Udah dari tadi, Lo nya aja bengong sampai gak sadar."
Viani terkekeh. "Bukan bengong, lagi bersyukur aja." Elak Viani.
Valen menoleh. "Bersyukur buat?"
"Banyak hal, salah satunya Lo." Ucap VIani.
"Kok gue?"
"Len, gue tuh gak pernah berpikir ending dari masa putih abu bakalan kayak gini. Semua hal di luar ekspetasi gue, bahkan termasuk Lo. Orang yg entah darimana tiba-tiba muncul lalu jadi penyembuh dari semua luka gue." Jelas Viani sambil menatap manik mata Valen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...