"Aku terlalu berani mencintaimu. Tetapi aku terlalu takut untuk kehilanganmu"
---------
Author
"Oke cukup, latihannya segini aja dulu, kemajuannya lumayan pesat di banding minggu lalu."
Arahan dari Verel membuat semua anggota bakset bernafas lega. Entah lah hari ini cuaca sangat tidak mendukung untuk mereka melakukan latihan. Walau pertandingan yg di adakan masih cukup lama, tapi tetap saja kemampuan lawan yg akan di hadapi tidak bisa dianggap remeh.
Memang tim inti di SMA Cahaya Pelita ini adalah salah satu para pemain basket yg jarang sekali pulang dengan wajah tertekuk. Yg artinya sudah beberapa kali pertandingan, mereka selalu membawa harum nama sekolah.
Namun tetap saja selain mereka ada satu lagi para pemain basket dari SMK Garuda yg memiliki kemampuan tidak kalah hebatnya dengan tim inti SMA Cahaya Pelita.
Dan tahun ini sekolah mereka akan mengadakan pertandingan persahabatan dengan SMA Garuda.
"Dan Valen teknik bermain lo boleh juga, gak sia-sia lo lulus seleksi minggu kemaren." Verel menepuk pundak Valen dengan santai. "selamat bergabung di tim inti."
Valen hanya tersenyum lalu mengulurkan tangan ke arah Verel. "thanks."
Verel mengangguk lalu berpamitan untuk segera pulang. Anak-anak lainnya juga sudah banyak beranjak menuju parkiran depan. Hanya tersisa Valen dan Vano dengan ketiga temannya yg masih setia mengemasi peralatan latihan mereka.
"Eh lo abis ini mau kemana Van?" tegur Putra saat dirinya memasukkan baju kaos ke ransel yg di bawanya.
"Kayaknya langsung pulang, mau istirahat dulu lah capek gue."
Rian mencibir dengan lirih. "Yaelah bisa capek juga lo Van, kirain batre lo kuat buat nahan lebih lama lagi."
"Lo kira Vano robot pake batre segala." celetuk Diky.
"Bukan robot tapi semacam alat yg bisa bergerak jika ada kekuatan batre di dalamnya."
Diky menjitak kepala Rian dengan keras. "sama aja goblok."
Mendapat serangan dadakan Rian meringis kesakitan. Ia belum sempat memasang kuda-kuda untuk menahan serangan Diky.
Vano menggelengkan kepalanya lelah. Kenapa juga diantara banyaknya manusia di muka bumi ini dia harus mendapatkan teman sereceh Diky dan Rian?
Vano memilih memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia mendapati sosok cowok yg berdiri tak jauh dari mereka beranjak menuju parkiran. Vano memicingkan penglihatannya melihat Valen yg sangat tergesa-gesa menggendong ransel miliknya sambil sesekali melirik jam di tangannya.
Mau kemana tuh anak?
Belum sempat Vano ingin mengejar Valen sebuah tepukan tangan di bahu mengejutkannya.
"Mau kemana lo?"
"Eh gak kok, ya udah pulang yuk." Vano mengalihkan perhatian Putra yg sepertinya menatap dengan selidik terhadapnya.
"Eh Put gue mau tanya kenapa kalo aba-aba itu kebanyakan orang nyebutnya kuda-kuda, kenapa gak kambing-kambing, atau sapi-sapi gitu lebih gede dikit."
Tatapan curiga Putra kepada Vano harus beralih karena pertanyaan Rian yg sama sekali tidak berfaedah itu. "lo tanya sendiri tuh sama anak silat atau karate." ucap Putra sambil mengambil ranselnya dan menggendongnya.
Rian memasang wajah cemberut. "Ihh bang Putra adek kan mau tanya sama abang aja."
Siapapun yg melihat ekspresi Rian saat ini pasti akan sangat jijik atau pun geli yg berkepanjangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Fiksi RemajaMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...