"Karena sekarang aku mengerti ada datang yang untuk pergi, dan pergi tak untuk kembali"
- Viani Amara -
--------
Author
Patut di ketahui bahwa apapun yg terjadi, satu detik setelahnya adalah kenangan. Kalimat itu selalu menjadi kutipan favorit di hidup Viani. Maka dari itu dia tak pernah menganggap hal apapun yg terjadi di hidupnya itu sebuah kebetulan, karena dia percaya semua berjalan sesuai takdir yg telah di rencanakan Tuhan untuk menemani perjalanan panjangnya. Hidupnya sekarang Ia jalani dengan tenang walau memang terasa sangat berbeda. Setelah hari dimana dia bertatap muka dengan Vano dan mengakhiri semuanya, Ia tak pernah lagi berinteraksi dengan cowo itu. Viani tak menjauh, hanya saja dia memberi sedikit jarak untuk berdamai dengan semuanya. Dan sepertinya Vano juga melakukan hal yg sama terlihat bagaimana cara dia begitu menjauhi Viani.
Mungkin lebih baik memang begitu.
Pelan-pelan saling melupakan dan mulai sedikit menata hidup masing-masing.
Apalagi sebentar lagi jarak benar-benar membentang luas di hadapan mereka. Ujian Nasional telah selesai satu minggu yg lalu, dan sekarang sedang masa penenangan siswa. Semuanya memang terasa begitu cepat, sehingga Viani tak terlalu larut dalam kesedihannya. Dia selalu percaya Tuhan punya rencana yg jauh lebih indah untuknya.
Walau memang beberapa saat dia sering teringat kejadian sore itu, sore yg menyakitkan untuknya.
Satu hal yg Viani sesali, kenapa akhir masa putih abunya meninggalkan kesan luka. Seharusnya dia bisa berdamai dengan semuanya, tapi memang luka itu sampai sekarang masih teramat membekas.
Nanti juga ilang sendiri.
Pikir Viani berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Lagipula dia tak menyimpan dendam terhadap Sintia maupun Ratna, Ia mengikhlaskan apa yg telah terjadi, walau memang Viani tidak akan bisa lagi mengulang kedekatan mereka seperti dulu. Viani juga bersyukur dengan kejadian kemarin dia jadi belajar untuk lebih bijak dalam memilih pertemanan, karena orang yg paling dekat bisa berpotensi lebih besar untuk melukai.
Kini mereka tetap saling sapa walau ada kecanggungan yg benar-benar terasa.
Tentang pertunangan Sintia dan Vano memang sudah tersebar luas dikalangan anak-anak. Ada yg menatap iba terhadap Viani, ada yg mencaci maki Sintia karena dengan tega melukai Viani dan ya banyak yg menyuarakan pendapat mereka. Tapi Viani tak pernah mendengarkan apapun karena ya seperti yg dia tau semua yg terjadi sudah memang harus terjadi mau segimanapun untuk menolaknya tetap saja semuanya sudah di atur sesuai porsinya masing-masing.
Tinn.. tinn.. tinnn
Sampai sebuah klakson motor membuyarkan lamunannya. Sedari tadi Viani memang sedang duduk di teras rumahnya menunggu seseorang. Ia tersenyum saat melihat siapa yg sudah siap bertengger diatas motor depan pagar rumahnya. Viani segera berdiri lalu masuk kedalam rumahnya untuk berpamitan.
Setelah selesai Ia langsung mendekat dan membuka pagar rumahnya. Masih dengan senyum Ia menyapa orang yg saat ini juga tersenyum manis kearahnya.
"Hai Len."
Ya dia Valentino. Entahlah Viani juga tidak mengerti tiba-tiba Tuhan mengirimkan sosok Valen kehidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...