"Seseorang yg mencintaimu takkan kehabisan alasan untuk mempertahankanmu dan takkan mencari alasan untuk melepaskanmu"
-------
Author
Pagi ini sinar matahari mulai muncul dari sela-sela jendela, mengintip malu-malu untuk menampakkan diri di ruangan ini. Seorang gadis tampak gelisah dalam tidurnya saat seseorang mengetuk pintunya dengan ganas. Sungguh! Dia bahkan baru bisa tidur pagi ini dan seseorang dengan tega membangunkannya saat mata itu mulai akan terlelap.
Viani lantas langsung membuka matanya, menggeram menahan kekesalannya. Dengan malas Ia beranjak dari tempat tidur berjalan menuju pintu. Dan ya semalam dia memang mengunci pintu karena dia sendiri membutuhkan ketenangan.
Semalaman Viani terus terjaga, setiap kali Ia memejamkan mata semua kenangannya bersama Vano kembali terputar di otaknya. Seakan-akan kenangan itu adalah sebuah trailer film yg dirinya sendiri tak mampu menghentikannya.
Karena itu bola mata Viani memerah pagi ini dengan kantung mata yg mulai menggelap. Sejak kemarin malam dia juga belum mengisi perutnya, dan pagi ini sepertinya cacing-cacing itu meminta jatahnya. Dia menolak saat tadi malam Venita mengajaknya untuk turun makan bersama, dengan halus dia mengatakan bahwa tadi Vano sudah mentraktirnya makan saat pulang. Dia meringis merasa bersalah telah membohongi Bundanya, tapi tak ada jalan lain dia belum siap menceritakannya. Karena pada faktanya Viani memang sedang tidak ingin diingatkan tentang kejadian kemarin sore.
Tok..Tok..Tok..
Bunyi ketukan itu kembali terdengar. Dengan gerakan pelan Viani membuka pintu kamarnya, ternyata Verel yg sudah stay di sana dengan wajah kesalnya.
"Lo kebo banget sih susah banget di bangunin, keenakan mentang-mentang hari libur." gerutu Verel tiba-tiba.
Entah kebetulan atau memang keberuntungan untuk Viani hari ini sekolah memang di liburkan, dengan alasan ada rapat untuk guru dan beberapa tamu penting. Jadi ya Viani bisa sedikit mempunyai waktu untuk menenangkan diri, karena sejujurnya dia belum siap untuk bertemu dengan para mantan sahabatnya.
Mulai kemarin Viani memang telah menganggap mereka semua para mantan. Bukan hanya pacar, tapi juga sahabatnya.
Viani memutar bola matanya malas saat Verel pagi-pagi sudah memberinya siraman rohani.
"Lo juga gak makan, gak ngumpul bareng, cuma dikamar mulu, terus bangun juga susah banget padahal ini udah pagi." Verel mengoceh dengan tidak jelas di hadapan Viani.
"Lo ngapain sih ganggu aja?" tanya Viani mulai kesal.
Verel berdecak lalu menonyor kepala adiknya dengan sedikir keras.
"Awwhh.." ringis Viani memegangi kepalanya.
Ia menatap horor Verel yg kini malah menatapnya serius. Viani hampir lupa bahwa keadaannya saat ini pasti akan menimbulkan tanda tanya untuk Verel.
"Lo gak tidur, Via?" selidik Verel.
Viani berusaha menahan kegugupannya, dengan mengalihkan pandangannya. "Apaan sih lo sok tau."
"Nggak gue serius, lo kenapa?"
"Guk nggak kenapa-napa, lebay deh gue itu cuma kecapekan terus semalem langsung tidur bangun-bangun pas lo ketuk pintu, jadinya ya gini." papar Viani, Ia bahkan tidak tau bagaimana mengenaskannya dirinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...