Maaf, Pak. Tapi Kita Tidak Bisa Satu Kamar.

1.5K 123 4
                                    

Yeay!! Max kembali dengan updatean terpanas.

Sejauh ini, kalian sukak nggak sama jalan ceritanya? Apa kurang bagus apa gimana?

Komeng ya, non kalau-kalau kurang menyentuh. Hihi

Enjoy reading, nooooon...

.

.

.

.

Langit memintaku untuk mengosongkan jadwalnya siang ini. Dia ingin jam istirahatnya tidak diganggu oleh siapa pun termasuk, aku. Setelah kejadian kemarin siang saat Kirana masuk tanpa permisi dan melihatku keluar dari balik meja kerja Langit membuat seluruh isi kantor heboh. Kirana yang posisinya Supervisor bagian Marketing menyebarkan gosip tentangku dan Langit. Dia mengatakan aku sudah menggoda Langit dengan berbuat hal mesum pada bosku. Bayangkan, dia mengatakan itu pada seluruh karyawan termasuk petugas keamanan di kantor ini dan semua ucapan sialannya tersebar kurang dari empat puluh delapan jam.

Aku sudah muak. Mulutku pegal jika harus menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi. Mona yang sedang mengambil cuti tiga hari belum mendengar kabar yang beredar di kantor, sementara Jeff menyecarku dengan seribu pertanyaan nyelenehnya yang membuat kepalaku nyaris pecah. Belum lagi tatapan merendahkan dari karyawan yang termakan gosip murahan yang Kirana sebar.

"Berita itu tidak benar, 'kan Lika?" Jeff bertanya ke satu juta kalinya dalam dua hari belakangan. Aku hanya mendesah dan memijat pangkal hidungku karena aku mulai lelah dengan berita murahan ini.

"Sudahlah, aku tidak mau kau membahasnya lagi. Kau hanya perlu percaya padaku atau Kirana."

Jeff menarik sudut bibirnya dan mengangguk pelan. Kami sedang makan siang bersama di kubikelnya. Aku tidak tahu jika berita recehan ini begitu berpengaruh dalam hidupku.

"Aku lebih percaya padamu. Tapi kenapa Langit bersikap biasa saja, ya? Masa, sih, dia belum dengar berita panas ini?"

Aku mengangkat bahuku dan melanjutkan makan siang.

"Kau tidak berusaha untuk memperbaiki nama baikmu?"

"Apa yang harus aku lakukan, Jeff? Memberitahu semua karyawan kantor ini satu persatu bahwa apa yang dilihat Kirana adalah salah paham? Apa mereka akan percaya? Aku anak baru di sini, Jeff. Mereka hanya akan mengingat betapa buruknya aku."

Dia terdiam. Matanya menatapku lekat-lekat.

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan memperbaiki nama baikmu." Jeff tersenyum dan beranjak dari hadapanku. Dia pergi entah ke mana dan meninggalkanku sendirian di sini. Aku tidak peduli apa yang ingin ia lakukan, aku juga tidak peduli pada omong kosong yang Kirana buat.

Lord..

Apa dia tidak bisa mendengarkan penjelasanku dulu sebelum mengambil kesimpulan sendiri seperti itu? Dulu Lucy, sekarang Kirana. Aku tidak tahu kenapa banyak sekali orang seperti mereka.

Aku mendesah dan melangkah ke pantry untuk mencuci kotak makanku di sana. Sebelum aku masuk, aku mendengar suara orang yang sedang berbincang di dalam. Aku pun memutuskan untuk menguping apa yang mereka bicarakan, padahal aku tahu mereka sedang membicarakanku. Apa lagi yang sedang panas di kantor selain gosipku dengan Langit?

"Kalian bayangkan, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Menjijikan! Aku nyaris muntah saat itu. Dasar penggoda, mungkin dia bisa bekerja di sini karena sudah ditiduri oleh Mr. Hutabarat. Memalukan."

Madness (Sequel- PRECIOUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang