Aku tidak berniat bertanya lebih lanjut tentang pertemuan Langit dengannya. Aku hanya sedang terhanyut dengan pikiranku sendiri. Jujur saja, ini membuatku sedikit pening. Aku sudah melewati tahun demi tahun yang berat untuk bisa bertahan dalam komitmen menggelikan ini. Baiklah, sekarang aku mulai sadar kalau ini sangat amat menggelikan. Jika Langit memang bertemu dengannya, lalu kenapa dia tidak mencariku dan menemuiku? Jika dia tidak menginginkanku, setidaknya berikan aku kabar di tahun-tahun pertama sejak dia pergi. Jangan seperti ini. Sungguh, ini sangat menyakitkan. Terlebih aku mengetahuinya dari orang lain.
Tapi kemudian aku berharap itu hanya ilusi yang diciptakan oleh otaknya Langit-mungkin karena Langit terlalu berharap bahwa orang itu melunasi hutangnya. Walaupun kemungkinannya sangat kecil.
Baiklah, untuk saat ini aku tetap harus berpikiran positif padanya.
Minggu ini Mona menikah, dan aku menjadi pendampingnya nanti. Aku tidak keberatan, aku justru senang. Saat sekolah dulu, aku sering menjadi pendamping untuk para pengantin wanita jika kerabat atau saudara dekatku sedang menikah. Aku selalu bersemangat, dan itu berlanjut sampai aku...ehm...tua?
Bisakah kita ganti kata 'tua' menjadi satu kalimat yang lebih halus? Misalnya, tidak muda lagi? Atau memiliki umur yang cukup banyak? Atau sesuatu apa saja yang tidak ada kata'tua' di dalamnya. Karena wanita akan sangat sensitif jika mereka disebut 'tua'. Sekalipun umurnya sudah memasuki tahap akhir dari perjalanan hidup.
Sekarang jumat malam. Minggu ke dua aku bekerja. Dan untungnya malam ini Langit sedang baik hati dan menawarkanku untuk pulang saat jam enam sore. Aku senang karena dia menyenangkan. Setidaknya untuk hari ini.
Aku sama sekali tidak memiliki rencana untuk jumat malam. Tapi sepertinya besok malam Mona akan mengadakan pesta khusus untuk wanita. Jika kalian-para pria- melakukan pesta bujang sebelum hari pernikahan kalian tiba, maka jangan besar kepala dulu. Kami -para wanita tidak mau kalah. Kami juga melakukan hal yang sama. Mungkin Mona akan berakhir dengan tertidur di kloset duduk dengan kepala yang nyaris terbenam di dalamnya karena minum dua belas botol vodka nanti. Siapa yang tahu, bukan?
"Hei! Kau belum mandi?" Mona terjun ke atas sofa yang sedang aku duduki sejak tiga jam terakhir. Aku sedang marathon menonton Game of Thrones dengan keripik kentang di pelukanku.
"Aku tidak memiliki niat mandi untuk dua belas jam ke depan."
"Oh, Lika. Kau sangat jorok!"
Aku memutar bola mataku dan bersikap tak peduli pada caciannya. Dia sudah sering menghinaku dan aku sudah terbiasa semenjak aku hidup bersamanya.
"Serius, Lika. Kau harus ikut denganku. Menghabiskan malam seperti seorang lajang pada umumnya."
"Aku bukan seorang lajang pada umumnya, Mona. Kau tahu itu."
"Ayolah, ikut aku sebentar saja. Setidaknya sampai tengah malam nanti."
Aku benar-benar tidak mau berakhir mengenaskan dengan keadaan mabuk setelah ikut dengan Mona. Aku benar-benar sangat buruk ketika aku sedang mabuk. Baiklah, sedikit rahasia kecil. Aku pernah mabuk beberapa kali di klab malam akibat jebakan yang Mona buat. Aku terlalu mengikuti arus saat itu sampai aku kehilangan kesadaran dan berakhir seperti seorang singa betina yang tidak kawin selama dua dekade. Sungguh, jangan membayangkan betapa buruknya aku saat itu. Karena itu benar-benar mengerikan.
"Bukankah kau akan mengadakan pesta lajangmu besok?" aku mengerutkan keningku dengan heran.
"Yeah, itu pesta utamanya. Tentu saja ini hanya sebagian kecilnya. Percayalah, aku tidak akan bisa menikmati kebebasan setelah menikah nanti."
"Kalau kau ingin kebebasan, jangan menikah."
"Mulutmu benar-benar terkutuk!" dia merampas keripik kentang milikku dengan beringas. Aku hanya terkekeh geli saat dia memasang wajah seperti Ibu-Ibu yang tidak diberi uang untuk membeli baju atau kosmetik baru oleh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness (Sequel- PRECIOUS)
General FictionMenunggu seseorang selama sepuluh tahun utuh? Apa ada yang bisa sesanggup dia? Setia bercumbu dengan pahitnya waktu panjang dalam ajang menunggu Sang Pujaan? Semua yang dia lalui tak ayal hanya untuk menjemput waktu agar bisa bersama selamanya. Ber...