Semua Manusia Di Planet Ini Menyukai Pelepasan.

1.1K 79 27
                                    

Mulmed di atas Samuel versi babak belur...

.
.
.
.
.
.
.

Bekas luka operasi?

Tapi aku tidak ingat kalau aku pernah menjalani operasi. Lagi pula operasi macam apa? Aku merasa baik-baik saja dan tidak ada hal aneh sebelum atau sesudah perampokan itu. Atau memang sebenarnya ada, tetapi aku tidak menyadarinya? Ah, sudahlah. Karena aku tidak menanggapinya serius, jadi aku memutuskan untuk pergi tidur karena sekarang sudah larut.

Oh, soal itu?

Entah kenapa suasana berubah menjadi canggung. Sam yang tidak meneruskan pekerjaan yang tertundanya itu hanya diam seribu bahasa. Dia seperti sedang berdebat dengan pikirannya sendiri. Sementara aku? Jangan tanya. Pada momen ini, aku memang menginginkan Samuel melakukan itu padaku. Tapi aku terlalu takut untuk meminta. Jadi, aku bersikap seolah aku baik-baik saja dan kembali ke kamarku dengan sikap canggung.

Oh, ya, Samuel menginap di sini. Dia tidur di sofa tempat di mana kami pemanasan dulu. Rasanya hal ini sangat awam di hidupku. Aku tidak pernah membiarkan pria menyentuhku sampai sejauh ini.

Ahh! Aku kacau! Aku tidak tahu harus menyesal atau masih terus menginginkan itu. Aku terlalu takut, tapi aku terlalu penasaran setengah mati dibuatnya.

Kemudian aku memeluk guling di atas ranjangku yang nyaman. Sementara aku berharap Samuel menerobos masuk ke kamarku dan kembali melanjutkan apa yang barusan tertunda. Tapi nyatanya, aku harus kecewa karena sampai pagi tiba, aku masih sendiri di atas ranjang. Dan saat aku keluar dari kamarku, aku masih melihat Samuel tidur dengan nyenyak di sana. Dia masih bisa tidur dalam kondisi seperti ini? Maksudku, ayolah, aku saja yang tidak pernah merasakannya sama sekali sangat sulit menemukan kantukku dan terus terbayang wajah sendu Samuel saat dia menciumku.

Ini juga masih sangat pagi. Jam lima kurang lebih. Aku memutuskan untuk membuat sarapan untuk kami berdua di dapur yang letaknya hanya beberapa langkah dari sofa di mana Sam tidur. Mungkin membuat nasi goreng terdengar menyenangkan, lagi pula aku sudah lama tidak menggunakan dapur ini. Mari kita lihat apakah ada cukup bumbu untuk memasak nasi goreng?

Aku mulai menumis irisan bawang dan cabai di atas wajah dengan minyak panas. Harum dari bawang ini membuat perutku berteriak. Aku lapar, perutku lapar. Dan aku harap Samuel menyukai rasa dari masakanku. Karena aku tidak terlalu buruk dalam hal memasak.

Saat masakanku sudah hampir selesai, aku mengambil dua buah piring dan meletakannya di samping kompor. Sesaat sebelum aku ingin menutup rak piring, aku dikejutkan oleh Samuel yang memelukku secara tiba-tiba dari belakang. Aku terkejut dan sedikit berteriak karena ulah iseng Samuel.

"Kelihatannya lezat," dia menaruh kepalanya di antara bahuku dan aku hanya tersenyum kecil padanya.

"Aku harap kau lapar," ujarku terkekeh dan menuangkan nasi goreng ke atas piring.

"Ya, aku sangat lapar." Suaranya mendayu dan terdengar menggoda. Lalu Sam mencium leherku tanpa disangka-sangka. Mengecup garis leherku dengan hidungnya yang mancung. Aku menegang seketika. Bulu romaku mendadak bangun dari yang seharusnya. Dan aku cukup sadar bahwa aku terangsang.

"Sam," gumamku lirih dengan nada bergetar.

"Ayo, kita sarapan." Sam tersenyum nakal dan membalikkan tubuhku menghadapnya. Dia menyapu rambut yang menutupi dahiku dan menempelkan bibirnya di sana. Tubuhku kembali menegang. Tapi saat Sam memutuskan kembali harapan ini untuk mengajakku sarapan, aku merasa sedikit kecewa.

Dan, yang kembali mengejutkanku adalah. Sam tidak membawa piring berisi nasi goreng itu dan justru membawaku ke atas sofa. Dia duduk dan memangku tubuh kecilku di atas pahanya.

Madness (Sequel- PRECIOUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang