Aku benar-benar tidak mau mengingat kejadian itu lagi. Sungguh, Langit selalu berhasil membuatku malu. Bukan malu dalam artian aku jatuh cinta padanya, tapi ini lebih ke malu karena aku seperti tidak punya muka lagi jika bertatapan dengan pria cuek itu. Atau, apa lebih baik aku mengundurkan diri saja, ya?
Terus bagaimana dengan kehidupan Ibu dan ke dua Adikku di kampung? Aku,'kan memang bekerja untuk mereka. Yah, mau bagaimana lagi? Sepertinya memang aku harus menebalkan wajahku setebal-tebalnya. Lagi pula, Langit masih bersikap biasa saja dan seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal dia pernah melihatku telanjang dan melihat putingku dari balik T-shirt. Dia tidak merasa canggung sama sekali. Sebenarnya aku ingin tahu kenapa dia masih bisa bersikap santai sementara aku sudah malu setengah mati. Aku jadi ingin punya kelebihan membaca pikiran orang termasuk dirinya. Dia benar-benar sulit untuk diterka atau ditebak. Sikapnya yang kadang baik, kadang cuek, kadang menyebalkan, kadang ada satu perasaan di mana aku punya niat untuk melemparnya ke rel kereta.
Terlebih, Jeff yang berubah secara signifikan padaku. Yang biasanya dia menggodaku setiap pagi sampai jam pulang kantor, ini sama sekali tidak. Walaupun dia benar-benar sedang di kubikelnya seharian penuh, tapi dia tidak menegurku sama sekali. Dia tidak seperti menganggap bahwa aku ada di kantor. Saat jam makan siang pun, dia pergi meninggalkanku tanpa basa-basi terlebih dulu. Aku merasa bersalah. Mungkin ini karena surel dari Samuel yang aku tunjukkan pada Jeff kemarin lalu. Dia pasti merasa marah dan kecewa.
Lalu apa yang harus aku lakukan, dong?
Dia bilang padaku kalau aku tidak memberinya kesempatan. Aku tidak mungkin memberikan kesempatan pada Jeff, apa lagi harus membuka hatiku dan memberikan harapan palsu padanya. Itu akan menyakitkan untuk Jeff. Dia bahkan tahu kalau seluruh dunia tahu bahwa aku hanya memberikan perasaanku sepenuhnya pada Samuel. Jadi untuk apa dia menaruh hati padaku yang jelas-jelas aku tidak akan membalasnya?
Baiklah. Katakan bahwa aku ini kejam. Itu tidak masalah bagiku. Tapi kalian harus mengerti posisiku saat ini. Apa lagi Samuel akan kembali kurang dari tiga minggu lagi. Itu artinya hari dari seluruh penantianku akan selesai dan aku akan segera berbahagia bersama Samuel.
Ahhh!
Aku menggelengkan kepalaku dengan keras agar pikiran mumet ini enyah dan meninggalkan sebagian besar kepalaku.
From; Langit Hutabarat
To; Zulika Sabarani
Subject; Need Profil SenaBawa profil Sena yang sudah kau kumpulkan ke ruanganku. Sekarang.
Big Boss, Langit.
---
Oh, ya, Langit mulai memerintah ini itu. Aku pun mendesah dan membawa data tentang wanita dingin yang sedang diincar Langit. Aku sempat membenarkan tatanan rambutku sebelum masuk ke sana.
"Sir?"
Dia tidak menjawab dan hanya mengulurkan tangannya meminta data yang sedang aku rengkuh. Aku pun memberikan dan hendak pergi, tapi Langit menahanku.
"Aku butuh kau untuk diskusi."
Alisku berjengit seketika.
"Jadi, Sena itu tipe orang yang...kolot?"
"Ya. Walaupun dia tidak setua itu, tapi Sena sangat kolot. Dan caranya berpikir seperti Nenekku yang-oh. Maaf." yang sudah meninggal. Jika aku boleh meneruskan. Langit hanya menatap tajam kemudian membaca data di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness (Sequel- PRECIOUS)
General FictionMenunggu seseorang selama sepuluh tahun utuh? Apa ada yang bisa sesanggup dia? Setia bercumbu dengan pahitnya waktu panjang dalam ajang menunggu Sang Pujaan? Semua yang dia lalui tak ayal hanya untuk menjemput waktu agar bisa bersama selamanya. Ber...