Kalian harus tahu bagaimana tegangnya diriku saat berada di tengah-tengah keluarga terkenal di Indonesia. Ada banyak sekali orang-orang yang sebelumnya hanya bisa aku lihat di tv saja dan sekarang aku bisa melihatnya secara langsung. Mereka terlihat sangat berkelas dan aku merasa tidak ada apa-apanya dibanding dengan mereka yang memenuhi ballroom hotel ini. Aku melingkarkan tanganku di lenganya Langit dan berjalan dengan anggun ke salah satu meja VIP yang ada di sisi kanan. Aku kenal beberapa di antara mereka, yap! Mereka orang tua Langit dan saudara kandungnya. Oh, jika kalian ingin tahu bagaimana perasaanku saat ini, aku benar-benar gugup dan keringat dingin mengucur deras di punggungku.
Aku tersenyum kikuk saat semua mata yang ada di meja bundar itu tertuju padaku. Aku melihat Ibunya Langit terlihat sangat senang akan kedatanganku. Dia beranjak dari kursinya dan menghampiri kami berdua.
"Ohhhh, Zulika. Aku sudah tahu kau akan datang." Katanya riang dan kami berpelukan sebentar.
Sejujurnya aku tidak tahu harus berkata apa. Aku benar-benar gugup. Jadi aku hanya tersenyum dengan canggung dan berharap aku tidak melakukan hal konyol di hadapan keuarga terpandang ini
"Nah, Zulika. Ayo duduk di sebelahku." Ibunya Langit mempersilahkan dan aku duduk di sampingnya. Langit sedang berbincang dengan Ayahnya, entah apa yang mereka bicarakan. Kami duduk bersebelahan juga jika kalian penasaran.
"Bagaimana kabarmu, Zulika? Kau terlihat sangat cantik."
"Ohh, aku tersanjung. Terimakasih karena kau juga sangat cantik sekali, Nyonya." Aku tersenyum lebar dan kami saling berbincang satu sama lain. Aku melirik Langit dan pandangan kami bertemu dalam satu tatapan. Dia tersenyum kecil dan kembali memakan kue nya diselingi obrolan ringan dengan keluarganya. Aku mulai terbiasa dengan perasaan kikuk ini. Tidak pernah terpikirkan olehku bisa berada di tengah-tengah keluarga yang sangat kaya raya ini. Aku melihat sekeliling dan menangkap beberapa artis terkenal sedang berbincang satu sama lain di tengah-tengah ballroom. Aku senang Langit mengajakku ke sini, karena aku merasa seperti salah satu di antara mereka.
"Jadi, kalian sudah merencanakan tanggal pertunangan kalian?" Ayahnya Langit membuka suara sambil melirik Langit dan aku bersamaan. Aku terkejut bukan main sampai aku tidak bisa mengontrol mulutku untuk tidak terbuka. Bahkan aku sedikit tersedak dengan air liurku sendiri.
"Bagaimana?" Galung kembali bertanya dan menaikkan alisnya. Aku melihat ke semua orang yang ada di meja ini, mereka terlihat sangat penasaran dengan jawaban yang bahkan tidak aku punya.
Bagaimana bisa Ayahnya Langit bertanya tentang pertunangan? Bukankah dia sudah tahu bahwa aku ini.....oh, ya aku lupa. Terakhir aku bertemu dengan orang tua Langit adalah saat Langit mengatakan bahwa aku dan anaknya mempunyai hubungan yang istimewa. Ya, Lord! Bagaimana bisa sejauh ini? Apa yang sudah Langit bicarakan dengan keluarganya?
"A—umm.." aku berusaha menjawab, tapi aku bahkan tidak tahu harus mengatakan apa.
"Kami akan memberitahu Ayah jika harinya sudah dekat. Anggap saja sebagai sebuah kejutan." Langit menggenggam tanganku dan meremasnya, kulihat mimik wajahnya tersenyum bahagia seperti tidak ada sebuah kebohongan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness (Sequel- PRECIOUS)
General FictionMenunggu seseorang selama sepuluh tahun utuh? Apa ada yang bisa sesanggup dia? Setia bercumbu dengan pahitnya waktu panjang dalam ajang menunggu Sang Pujaan? Semua yang dia lalui tak ayal hanya untuk menjemput waktu agar bisa bersama selamanya. Ber...