Baiklah. Ini menyebalkan. Aku yakin, wanita yang berpacaran dengannya pasti tidak akan sanggup bertahan dalam kurun waktu satu minggu saja. Atau bahkan sebenarnya bisa saja pria itu tidak pernah punya pacar? Lihatlah bagaimana dia memperlakukan seorang wanita yang jatuh tersungkur sepertiku tadi. Dia sama sekali tidak memiliki inisiatif untuk membantuku atau sekedar bertanya apakah aku baik-baik saja atau tidak? Jika bukan karena aku sudah berjanji pada Jeff untuk hadir di sini-walaupun amat sangat telat- aku tidak akan datang kalau tahu ada Langit. Ya Lord! Aku harus bertemu dengannya di seminggu pertama aku bekerja, bahkan di salah satu harinya aku menghabiskan malam dengan tidur di kamar yang sama. Setelah aku pikir aku akan bebas untuk satu hari saja tidak bertemu dengannya, harapanku benar-benar hancur lebur saat dengan lucunya dia berdiri di hadapanku dengan mimik wajah yang sama sekali tidak enak dipandang.
Ya Lord!
Maafkan aku, Tuhan. Aku tidak berniat untuk membencinya. Tapi faktanya, dia memang bersikap seolah dirinya memang patut untuk dibenci karena sifatnya yang benar-benar menyebalkan.
Sekarang lihat caranya bercengkrama dengan para mekanik motor itu. Dia bahkan sama sekali tidak terlihat seperti seorang bos pada umumnya. Ketika Jeff mewanti-wanti tentang Langit padaku, memberitahu kalau pria itu berbahaya, aku jadi sangsi pada ucapan Jeff. Maksudku, ayolah. Dari segi mana yang dimaksud Jeff berbahaya itu? Dia bahkan terlihat seperti remaja pengangguran. Rambut panjang yang dia ikat itu tak ubahnya seperti tukang parkir yang ada di persimpangan jalan.
"Kau ada acara setelah ini?" Jeff bertanya tiba-tiba sambil memberikanku sebotol air mineral dingin. Aku mengambilnya dan menggeleng atas pertanyaan Jeff.
"Kenapa memangnya? Kau ingin mentraktirku makan atas kekalahanmu?"
Ya, satu hal. Jeff kalah. Dia berada di posisi ke lima. Aku merasa bersalah saat itu karena Jeff bilang kalau aku tidak datang untuk memberinya semangat. Tapi nyatanya memang dia kalah karena Jeff memang payah. Tidak, aku bercanda. Tapi itu tidak semuanya salah, Jeff memang benar-benar payah.
"Seharusnya kau yang mentraktirku karena kau datang terlambat. Aku jadi kalah, tahu." dia bersungut dan meminum air mineral.
"Aku akan memberimu hadiah yang tidak akan pernah kau lupakan jika kau memenangkan kompetisi balap selanjutnya sebagai juara pertama. Bagaimana?"
Bola matanya bergerak ke atas seperti sedang berpikir sesuatu. Kemudian dia menyeringai dan mengulurkan tangannya padaku, aku menyambutnya dan akhirnya, aku menjanjikan Jeff sesuatu yang aku saja tidak tahu apa yang sedang aku janjikan padanya. Entah kenapa, aku hanya ingin menebus kesalahanku karena sudah telat datang di kompetisinya. Tapi di lain sisi, aku juga ingin memberinya motivasi, sih.
"Kira-kira apa yang akan kau berikan padaku, ya?"
Aku tersenyum kecil lebih kepada diriku sendiri. Aku juga belum tahu apa yang akan aku berikan sebagai hadiah untuk Jeff. Mungkin helmet baru? Jaket kulit? Atau...oh tentu saja tidak mungkin aku memberikannya satu unit motor balap, 'kan?
Baiklah, akan aku pikirkan lagi.
"Mungkin aku akan mengajakmu makan di puncak gunung merapi."
Dia mendengus geli kemudian tawanya pecah. Apa aku baru saja membuat lelucon?
"Kenapa tidak sekalian saja kau mengajakku berenang di kumpulan buaya yang sedang kawin?"
"Ide bagus, Jeff. Aku akan mencari penangkaran buaya untukmu."
"Lucu sekali." dia mengacak rambutku dengan asal. Baiklah, sekarang aku merasa kembali menjadi anak SMU lagi. Kedekatanku dengan Jeff mengingatkanku dengan mantan pacarku dulu. Tentu saja aku pernah punya pacar! Dia bahkan ketua osis. Dan sayang sekali, dia meninggalkanku karena alasan yang tidak aku ketahui sampai detik ini. Mungkin saat itu dia menghamili seorang gadis? Siapa yang tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness (Sequel- PRECIOUS)
General FictionMenunggu seseorang selama sepuluh tahun utuh? Apa ada yang bisa sesanggup dia? Setia bercumbu dengan pahitnya waktu panjang dalam ajang menunggu Sang Pujaan? Semua yang dia lalui tak ayal hanya untuk menjemput waktu agar bisa bersama selamanya. Ber...