Wow!
Aku menganga takjub saat melihat bengkelnya Samuel. Ini di luar ekspetasiku. Aku pikir bengkelnya seperti kebanyakan bengkel pada umumnya. Kotor dan oli di mana-mana. Tapi Samuel memiliki bengkel yang bersih dan lumayan besar. Terlebih lagi ada banyak mobil dari berbagai merk terparkir di sana. Dan ada banyak sekali pria-pria dengan tato dan berwajah seperti berandalan. Ini pertama kalinya bagiku datang ke tempat seperti ini. Maksudku, ke tempat di mana banyak sekali pria seperti sekarang ini.
"Tenang saja, mereka semua sudah jinak." Ujar Sam saat dia membantuku melepas tali helmet. Aku meliriknya dan entah kenapa, menurutku itu lucu. Jadi aku tertawa kecil dan menyenggol rusuknya dengan sikutku.
"Mereka tidak terlihat seperti sudah jinak, Sam."
"Percaya padaku. Tidak ada yang berani menyentuhmu kecuali aku."
Aku menyeringai dan menjilat bibirku dengan reflek.
"Ayo," Sam merangkulku dengan bangga dan kami berjalan menghampiri kumpulan pria di bengkel itu.
Saat kami tinggal beberapa langkah lagi sampai, mataku menangkap sosok wanita dengan tato naga di pahanya sedang mengepulkan asap dari mulutnya. Aku baru sadar jika ada wanita di sini. Dia tidak terlihat dari motor Samuel terparkir. Wanita itu memakai celana yang lebih mirip seperti celana dalam dari pada hotpants. Tapi wanita itu sialan cantiknya. Aku sedikit merasa tidak enak jika berdekatan dengan wanita cantik dan seksi seperti wanita itu. Aku merasa seperti butiran pasir. Tidak ada apa-apanya.
"Hey! Sup?" Sam datang dan bersalaman dengan pria yang ada di sini. Sekitar tujuh atau delapan termasuk dengan wanita seksi itu. Dia seperti model majalah dewasa. Rambutnya panjang dan dia memakai baju kebesaran berwarna abu-abu bergambar tengkorak. Dia cantik dan mengerikan di saat bersamaan.
"Yo, Sam! Siapa gadis ini? Pacarmu?" Tanya seorang pria berambut gondrong dengan anting yang menembus alisnya. Ya ampun, apa dia tidak bisa memakainya di tempat lain? Itu terlihat sangat mengerikan. Bagiku.
"Ah, she's my woman. Namanya Lika. Lika perkenalkan, mereka teman-temanku."
"Paul," Si Pria gondrong memperkenalkan diri terlebih dahulu. Dan aku tersenyum seramah mungkin. Lalu kemudian pria yang lainnya lagi saling bersalaman denganku. Ada Evan yang memiliki lubang sebesar koin di telinganya. Ada Jaden, dia manis. Sepertinya Jaden ini orang Ambon. Lalu Ezra Si Mata Sipit. Alex Si tubuh tambun dengan rokok elektrik di tangannya. Darius Si Tampan yang lain. Lalu Joni Si kurus tinggi. Dan terakhir wanita itu. Namanya adalah Ivy. Dia hanya mengangkat sudut bibirnya ke atas dan bergumam sebagai tanda bahwa ia merespon.
"Kau terlihat seperti anak dua belas tahun. Kau tahu? Aku pikir Sam mengidap Pedofillia." Alex tertawa sampai perutnya bergetar. Dasar Hagrid! Apa aku terlihat seperti itu? Apa dia tidak bisa membedakan mana gadis mana wanita dewasa? Dia pasti akan terkena serangan jantung jika tahu aku sudah kepala tiga.
"Idiot! Dia lebih tua darimu bodoh." Sam membelaku. Tapi bukan pembelaan seperti itu yang ingin aku dengar. Sekarang aku merasa seperti nenek-nenek dengan rambut putih yang kusut. Sial! Dan aku hanya bisa tertawa canggung dan masih belum menemukan di mana letak kelucuannya.
"Oh, Sam. Aku pikir aku akan menerima tawaran Joey soal taruhan itu." Si Pria Sipit yang sedang bersandar di tiang besi bersuara. Dia mirip dengan Pemeran Han di film Fast and Furious, jika kalian bertanya-tanya. Rambutnya sedikit panjang, mungkin. Tapi Ezra menguncir rambutnya seperti....Langit.
Geez!
Aku mohon medula oblongataku. Aku benar-benar tidak ingin mengingatnya untuk sepanjang hari ini. Kumohon mengertilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness (Sequel- PRECIOUS)
General FictionMenunggu seseorang selama sepuluh tahun utuh? Apa ada yang bisa sesanggup dia? Setia bercumbu dengan pahitnya waktu panjang dalam ajang menunggu Sang Pujaan? Semua yang dia lalui tak ayal hanya untuk menjemput waktu agar bisa bersama selamanya. Ber...