Aku datang ke kantor pagi-pagi sekali. Karena Langit memberitahuku kalau dia akan datang ke kantor setelah jam makan siang. Jadi aku benar-benar sudah di kantor bahkan sebelum karyawan yang lainnya datang. Hanya ada OB dan beberapa petugas keamanan yang aku temui pagi ini. Aku tidak bisa tidur semalam asal kalian tahu saja. Aku sangat gugup dan pikiranku terbang ke mana-mana. Aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam saat aku bertemu dengan Ibunya Samuel untuk yang pertama kalinya. Maka dari itu, pagi ini aku amat sangat lelah karena aku baru bisa tertidur jam lima pagi. Lebih baik aku membuat kopi dan seingatku aku membeli roti gandum yang aku simpan di pantry. Aku juga belum sarapan pagi ini, aku tidak sempat mampir untuk membeli makanan. Karena pekerjaanku hari ini benar-benar banyak.
Sangat banyak.
Aku duduk di kursiku dan mulai membuka laptop untuk memeriksa surel yang masuk. Tentu saja sambil menikmati dua lembar roti gandum di tanganku. Ini terasa nikmat, aku tidak pernah menyangka bahwa roti gandum akan se-lezat ini.
"Pagi, Bu Lika." Seseorang menyapaku dari luar kubikel. Aku mengintip dan mendapati seorang OB membawa sebuah kantung di tangannya.
"Ya?" Aku merespon tanpa meninggalkan kursiku.
"Ada kiriman untuk sarapan Bu Lika." Dia menyerahkan kantung itu padaku dan aku mengambilnya dengan kebingungan.
"Dari siapa?" Tanyaku penasaran, karena sungguh, tidak pernah ada yang mengirimi makanan untukku sebelumnya. Aku tidak yakin kalau ini perbuatan Samuel. Karena aku tahu, Samuel tidak akan melakukannya.
"Supirnya Pak Langit yang baru saja mengantarnya, Bu. Dia bilang ini pemberian dari Pak Langit."
Aku.... terkejut. Mataku berkedip tak percaya.
"Oh, uh, baiklah." Punggungku bersandar pada kursi dengan perasaan heran dan tentu saja aku menatap bungkusan di depan mataku dengan tatapan kosong sementara OB sudah berlalu pergi sejak tadi. Aku tidak percaya, sama sekali. Ini sulit untuk diterima nalar. Apa-apaan Si Pirang ini? Aku bahkan bisa membeli makananku sendiri, kenapa dia harus susah-susah untuk mengirimiku makanan? Dia pikir aku anak kecil?
Tanpa pemikiran panjang terlebih dahulu, aku segera menelepon Si Pirang ini dan bertanya mengapa ia mengirimiku makanan. Tentu saja hal ini harus dipertanyakan, karena aku tidak mau dia menjadi baik hati padaku sementara aku tahu pasti apa maksud dan tujuannya.
Dia tidak menjawab panggilanku setelah aku sudah mencobanya lebih dari tiga kali. Baiklah, sekarang aku benar-benar tidak habis pikir dengan bosku ini. Bukannya aku tidak tahu berterima kasih karena Langit semakin baik padaku, tapi aku tidak mau memberinya kesempatan untuk masuk lebih jauh lagi dalam kehidupan pribadiku. Aku dan Si Pirang ini hanya sebatas atasan dan bawahan. Aku tidak menginginkan lebih dari itu. Aku tidak menginginkannya. Sama sekali.
Dan tentang makanan ini, aku tidak akan memakannya sampai Langit memberikanku penjelasan apa maksud dan tujuannya. Walaupun aku tidak bisa berbohong karena makanan ini terlihat sangat lezat.
"Hei, Lika." Adel menyapaku karena dia baru saja sampai. Aku tersenyum dan membalas sapaannya.
"Uh, apa Langit sudah datang?" Tanya Adel dari balik kubikelnya.
"Belum, dia akan datang setelah makan siang." Jawabku sambil meneruskan pekerjaanku membuat beberapa laporan.
"Oh, baiklah." Adel hanya mengangguk dan mulai bekerja di sana.
Aku mengernyit heran karena Adel tidak seperti biasanya, dia tidak pernah bertanya padaku sebelumnya apakah Langit akan masuk kantor atau tidak. Karena kupikir itu bukanlah urusannya. Dan ini terlihat aneh, karena aku belum mendapatkan kabar dari Mona sejak semalam atau lebih tepatnya sejak aku belum kembali dari Malaysia. Dia tidak datang ke kantor bahkan saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Oh, aku juga belum bertemu Jeff. Biasanya dia akan datang dulu ke kantor untuk melakukan absensi. Apakah aku harus khawatir dengan hal ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Madness (Sequel- PRECIOUS)
General FictionMenunggu seseorang selama sepuluh tahun utuh? Apa ada yang bisa sesanggup dia? Setia bercumbu dengan pahitnya waktu panjang dalam ajang menunggu Sang Pujaan? Semua yang dia lalui tak ayal hanya untuk menjemput waktu agar bisa bersama selamanya. Ber...