Aku Bisa Mengangkatmu Untuk Naik Ke Atas Sini.

1.4K 131 10
                                    

Kami sudah selesai rapat setelah makan siang bersama para investor satu jam lalu. Tapi Langit masih belum beranjak dari restoran ini, dia masih sibuk bermain Mobile Legend di ponselnya. Ini aku curiga, sebenarnya dia ini bos atau apa, sih? Aku harus menemani dia bermain game yang lagi in sementara aku sudah mati karena bosan. Tidak ada aktifitas lain selain bermain game yang lebih bermanfaat apa memang dia sedang malas untuk bekerja? Padahal pukul tiga nanti ada jadwal untuk tandatangan kerjasama di daerah Rasuna Said.

"Zulika, aku ingin bertanya padamu." dia bersuara pada akhirnya, aku pikir dia akan bisu sampai besok. Aku pun mengangkat alisku heran atas pertanyaannya. Tebakanku pasti Langit akan bertanya di luar pekerjaan. Masalahnya, dia terlihat santai saat mengatakan itu.

"Tanya apa, Pak?"

"Lelaki yang ada di komputermu, di mana dia sekarang?"

"Hah?!"

Aku jelas terkejut saat Langit bertanya tentang Samuel. Aku sudah punya perasaan, sepertinya benar, Langit pasti sadar kalau orang yang di fotoku itu adalah buronan. Tapi aku tidak tahu harus menjawab apa, aku bingung. Karena aku memang tidak tahu orang itu ada di mana. Memberi kabar padaku saja tidak pernah, apa lagi memberitahu keberadaannya.

"Saya tidak tahu, Pak. Ada apa? Apa Bapak mengenalnya?"

"Ya, dia temanku."

Whoa! Dunia ternyata sangat sempit. Jadi, Langit temannya Sam? Aku pikir Samuel hanya memiliki teman wanita saja.

"Sejujurnya, aku tidak tahu dia ada di mana. Dia pergi sepuluh tahun lalu dan tidak pernah memberi kabar padaku."

"Kau ada hubungan spesial dengannya?"

Aku tersipu dan terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Langit. Tapi aku tidak memiliki hubungan itu, Pak. Sayang sekali. Sampai sekarang, dia masih menggantungkan hubungan ini.

Menyedihkan.

"Dilihat dari matamu, sepertinya dia orang yang spesial."

Lord..

Aku makin tersipu malu. Bos ini sangat ingin tahu kehidupanku dan Samuel, sepertinya. Apa semenarik itukah? Aku pikir orang ini tidak jauh beda dengan Gio yang bersikap acuh pada bawahannya, ternyata justru sebaliknya. Dia sangat ingin tahu kehidupanku.

"Maaf, bukan maksudku ingin tahu urusanmu. Hanya saja dia masih memiliki hutang padaku. Tapi lupakan, sekarang kita kembali ke kantor." dia beranjak dan mengantungi ponsel di sakunya. Sementara aku masih termenung saat dengan gamblang dia memberitahuku perihal utang-piutangnya. Aku tidak kepo sepertinya, jadi lebih baik pertanyaan yang membendung di otakku tentang hubungan mereka dan hutang Samuel, aku tahan saja sampai saatnya dia atau Langit yang memberitahu langsung.

^^^^^

Syukurlah, aku bisa pulang sebelum malam tiba. Setelah dari Rasuna Said, Langit langsung pulang dan aku diminta untuk naik taksi dan kembali ke kantor. Aku pun manut menurut.

"Bagaimana hari pertamamu? Lang- Pak Langit, apa orang itu membuatmu kesulitan?" Jeff menuntutku dengan serentetan pertanyaan yang membuatku malas untuk menjawabnya.

"Dia baik, tidak membuatku repot seperti yang kau takutkan." aku merapikan mejaku dan meminum kopi yang baru kubuat sepuluh menit lalu.

Aku dengar Jeff mendesah berat dan menggeleng dengan wajah frustasi.

"Belum saja. Dia belum menunjukkan taringnya padamu." detik itu juga, Mona melempar kepala Jeff dengan majalah Shoppie Martin miliknya.

Madness (Sequel- PRECIOUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang