Chap. 3

15.3K 1.4K 88
                                    

Hani terus menunduk sambil memilin ujung bajunya. Sesudah Taeyong pergi, Hana langsung menghujaninya dengan tatapan tajam. Dan berakhirlah ia sekarang berada di ruang makan dengan Hana yang terus melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.

"Bukankah dia namja yang kemarin kau pukul? Kenapa kau bisa berpacaran dengannya? Kau masih kecil Hani. Kau belum saatnya berpacaran." kata Hana tanpa henti.

Hani mendengus pelan. "Aku tidak berpacaran dengannya eonnie."

"Lalu kenapa dia menciummu tadi?"
"Nado mollaseo."

Hana menghela napas panjang. Hana memijit keningnya, mencoba menghilangkan penong yang menderanya. "Dwaesseo. Terserah kau saja. Tapi jika eomma tahu, aku tidak bisa membayangkan reaksinya."

Hani mematung. Keringat dingin menetes dari keningnya. Ia melupakan satu hal. Ibunya sangat melarang ia berpacaran sebelum ia menjadi orang sukses. Mungkin itu terdengar sangat kuno atau picis tapi memang itulah ibu Hani. Kolot.

***

Hani pov.
Tuhan.. Kenapa hidupku menjadi seperti ini? Setelah kemarin aku mengalami kesialan karena namja gila itu. Kenapa sekarang aku semakin sial?!! Salahkan saja Taeyong yang menjemputku-beruntung ibuku sudah berangkat kerja. Dan sekarang ia sedang menggenggam tanganku menelururi koridor dengan tatajam tajam mengarah kepada kami. Ralat, lebih tepatnya kepadaku.

Aku berusaha menarik tanganku namun dia semakin mengeratkan genggamannya. Sial, tenagaku kurang kuat. Tak terasa kami sudah sampai di depan kelasku. Dia melepaskan genggamannya dan kesempatan itu kugunakan untuk segera masuk ke kelas. Namun belum sempat aku melangkah ia sudah menarik lenganku dan mencium dahiku. Aku membulatkan mataku. Dapat kudengar teriakan histeris para yeoja.

"Sampai jumpa lagi, sayang." ucapnya sebelum berlalu. Aku masih diam mematung diambang pintu.

"Hani."

Aku menoleh dan melihat Seunghee yang menghampiriku dengan wajah shocknya. Aku mengernyit. Apa dia baru melihat hantu?

"Kau tadi dicium Taeyong sunbae.." seru Seunghee heboh membuat murid lainnya menoleh kearah kami. Langsung saja kuseret ia memasuki kelas.

"Neo micheoseo?" ucapku setelah kami sampai dibangku. Aku mendudukkan pantatku dikursiku sedangkan ia masih membelalakkan matanya seperti idiot. Oh, please...

"Bisakah kau tidak berekspresi seperti itu? Kau membuatku takut." kataku. Seunghee buru-buru menormalkan ekspresinya dan tersenyum padaku.

"Kau tahu, kau sudah menjadi trending topik disekolah ini." serunya girang.

"Aku kan bukan artis."
"Hei, meskipun kau bukan artis, jika kau sudah berdekatan dengan Taeyong sunbae maka kau akan langsung dikenal satu sekolah."
"Sunbae? Dia kelas tiga?"
"Eoh, dia sunbae kita."

Aku melongo. Great.. Aku tidak tahu dia sunbaeku. Pantas dia kelihatan sangat dewasa dan tampan. Tidak seperti anak SMA lainnya. Tunggu, apa aku baru saja memujinya?

"Memangnya kau tidak tahu?"

Aku menggeleng. Untuk apa aku tahu. Itu bukan urusanku.

"Dasar pacar tidak peka. Aku heran jika kau bukan pacar sungguhannya."
"Memang."
"WHAT?!!"

Aku menutup kedua telingaku. Kulihat ia membulatkan matanya dan mulutnya terbuka lebar. "Kau bukan pacarnya?" tanyanya pelan. Aku mengangguk. Memang seperti itukan. Dia tidak pernah menyatakan perasaannya padaku tapi tahu-tahu sudah mengklaimku sebagai pacarnya.

"Bagaimana bisa? Kukira kalian memang berpacaran. Lalu ciuman kemarin?"

Aku menghela napas. "Nado mollaseo, Seunhee-ya. Dia tahu-tahu menciumku dan mengklaimku sebagai pacarnya. Bukankah dia gila?"

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang