Chap. 18

10.2K 1K 0
                                    

"Jigeum mwohaneungoya?"

Hani berdiri tak jauh dari Mark dan Seunghee dengan mata melebar dan mulut sedikit terbuka. Seunghee dan Mark terkejut dan langsung bangkit. Hani mendekati mereka dan menatap mereka dengan tatapan menyelidik.

"Jigeum mwohaneungoya?" Tanya Hani lagi. Mark dan Seunghee langsung kelabakan. "A.. Ani.. Tadi kami tidak sengaja terjatuh.." jelas Seunghee sambil tersenyum masam. Hani menyipitkan matanya. "Jinjja?" Seunghee dan Mark kompak mengangguk.

Hani mengedikkan bahunya tak peduli. "Kajja." Ia lalu mengapit lengan Mark dan Seunghee menuju kelas. Suasana mendadak menjadi canggung. Seunghee mengalihkan pandangannya kekanan sedangkan Mark kekiri. Mereka seperti tidak ingin saling menatap membuat Hani keheranan.

***

Johnny sedang mengendarai mobilnya saat matanya tiba-tiba menatap sosok Hana didepan cafe tempat Hana bekerja. Disana Hana sedang berbicara dengan seorang pria berjas. Raut wajah Hana terlihat sedih dan sangat kacau. Sedangkan pria berjas itu terlihat marah-marah padanya. Karena penasaran, Johnny pun menghentikan mobilnya dan menghampiri Hana.

"Kumohon biarkan aku bekerja disini." Pinta Hana sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. Pria berjas yang tak lain manajer cafe tempat Hana bekerja itu tersenyum remeh. "Bukankah sudah kubilang kau kupecat. Karena kecerobohanmu pelanggan itu menuntu kesini." Teriak manajer itu murka. Ia tak peduli banyak pejalan kaki yang melihatnya dan Hana.

"Jebal.. Aku tidak punya pekerjaan lain selain disini." Ucap Hana lagi. "Kau pikir aku peduli. Sekarang pergilah. Usir manajer itu. Ia lalu masuk kedalam cafe meninggalkan Hana yang menatapnya kecewa. Saat Hana berbalik hendak pergi, ia dikejutkan dengan keberadaan Johnny yang berjarak beberapa langkah didepannya. Hana tidak menghiraukan Johnny dan melewati Johnny begitu saja. Johnny membalikkan badannya dan mengikuti Hana.

"Mian.. aku tak bermaksud menguping tadi." Kata Johnny sambil berjalan disamping Hana. Hana mengangguk dan tersenyum kecil. "Gwaenchana."

Johnny menatap wajah Hana yang murung. "Kau dipecat?" Tanya Johnny. Hana mengangguk lagi. "Aku turut sedih." Kata Johnny. Hana tersenyum kembali. "Kamsahamnida."

Mereka terdiam cukup lama. Hanya suara kaki yang terdengar. Sampai akhirnya Johnny membuka suara. "Sekarang kau mau kemana?" Tanya Johnny. Hana menggeleng. "Molla. Aku sendiri juga bingung."

"Apa kau sangat membutuhkan pekerjaan?" Tanya Johnny tiba-tiba membuat Hana keheranan, namun akhirnya ia menjawab juga. "Eoh. Aku harus mencari uang untuk membiayai adikku sekolah."

"Kau lulusan apa?"

"SMA. Waeyo?"

"Kau bisa bekerja diperusahaan kalau kau mau."

"Aku juga ingin seperti itu. Tapi tidak ada lowongan pekerjaan."

"Kau bisa bekerja di JN Company."

"JN Company?"

"Eoh. Aku bisa membantumu agar bisa bekerja disana."

"Bukankah disana sedang tidak membuka lowongan pekerjaan?"

"Tak apa. Jika aku yang mengatakan aku yang menyuruhmu pasti kau diterima."

"Jinjja? Geundae, apa perusahaan itu milikmu atau keluargamu?" Tanya Hana. Johnny hendak mengatakan iya namun Hana sudah lebih dulu memotongnya. "Aku tidak ingin memanfaatkanmu hanya untuk mendapatkan pekerjaan disana. Aku bisa mencari pekerjaan lain." Ucapan Hana membuat Johnny diam membatu. Karena perusahaan itu memang milik keluarganya.

"Apa itu perusahaanmu?" Tanya Hana lagi. Johnny tergagap. "A.. Aniyo. I-itu bukan perusahaanku atau pun keluargaku." Jawab Johnny bohong. Hana tersenyum. "Lalu bagaimana bisa hanya dengan menyebutkan namamu aku bisa langsung diterima?"

"Karena... Karena aku kenal dengan direkturnya. Ayahku berteman dengannya." Jawab Johnny dengan cengirannya. Hana tersenyum lebar. "Jeongmal kamsahamnida."

Johnny ikut tersenyum. Entah mengapa senyuman Hana membuatnya merasa nyaman. Hei, apa yang kau pikirkan Johnny... Kau hanya membantunya.

***

Bel pulang sudah berbunyi. Hani sedang membereskan alat tulisnya saat ponselnya bergetar. Hani lalu mengambil ponselnya didalam saku blazenya. Keningnya berkerut saat melihat nama Taeyong dilayar ponselnya. Ia lalu menggeser tombol hijau.

"Yeoboseyo."

"Belikan aku roti dan minuman. Setelah itu antarkan kelapangan basket indoor." Ucap Taeyong to the point membuat Hani kesal. "Memangnya aku pembantumu."

"Kau pacarku. Ingat.."

"Tapi aku bukan pem-"

"Belikan saja jika kau tidak ingin aku macam-macam." Tuut.. Panggilan terputus. Hani menatap ponselnya horor. "Ya! Kau pikir aku babu!!" Teriaknya membuat Seunghee dab Mark menatapnya heran.

"Wae?" Tanya Seunghee. Hani mendengus. "The monster." Jawabnya singkat. Seunghee mengangkat sebelah alisnya bingung. "Kau pulanglah dulu. Ada yang harus kulakukan." Kata Hani.

"Memangnya kau mau melakukan apa?" Tanya Seunghee penasaran. Hani menghembuskan napasnya. "Aku dipaksa menjadi PEMBANTUnya Taeyong sunbae." Jawab Hani dengan menekankan kata pembantu. Seunghee meringis. "Geurae. Aku pulang dulu. Hwaiting!" Seru Seunghee sambil mengepalkan tangan kanannya. Ia lalu berlalu meninggalkan Hani dan Mark.

"Kalau begitu aku akan kelapangan untuk berlatih basket." Ujar Mark. Hani mengangguk.

***

Dan disinilah Hani. Ditribun penonton paling atas sambil menenteng plastik berisi roti dan minuman kaleng pesanan Taeyong. Hani mendengus kesal. Saat ini Taeyong sedang berlatih basket bersama yang lainnya. Ia lalu memutuskan untuk meninggalkan kantung plastik itu dibangku penonton. Hani mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana.

"Aku sudah membelikanmu roti dan minuman. Kutinggalkan dibangku penonton paling atas pojok kanan. Aku harus pulang karena aku malas berada disini."

Hani lalu menekan tombol send. Setelah memastikan pesan itu sudah terkirim kenomor ponsel Taeyong, Hani bergegas pulang. Namun belum tiga langkah ia pergi sebuah teriakan membuatnya menoleh.

"HANI AWAS!!"

Hani menoleh kebelakang dan Dukk.. sebuah bola basket tepat mengenai kepalanya. Hani mengerjapkan matanya yang mulai mengabur. Dapat ia lihat Taeyong dan Jaehyun berlari kearahnya. Lalu semuanya gelap.

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang