Chap. 24

9.4K 958 3
                                    

Senyum tidak pernah pudar dari bibir Hani. Cuaca yang cerah sangat mendukung suasana hati Hani saat ini. Hani terus tersenyum tak jelas membuat Seunghee menatapnya heran. Sejak menginjakkan kaki ke kelas Hani terus saja tersenyum.

"Jangan tersenyum terus. Kau menyeramkan tahu." Celetuk Seunghee. Hani mencibir. Tak tahukah jika ia sedang bahagia.

"Apa karena kencan kemarin?" Hani terdiam. Sedetik kemudian ia kembali tersenyum namun lebih lebar membuat Seunghee semakin merasa tak nyaman. Ada apakah gerangan hingga Hani jadi tak waras seperti ini?

"Kau tahu, kemarin adalah kencan pertamaku yang sangat berkesan." Ujar Hani sambil menggoyangkan bahu Seunghee. Seunghee mendesah kasar.

"Arraseo.. tapi bisakah kau berhenti huh?!" Seunghee menghentakkan tangan Hani. Hani nyengir tak berdosa. "Mian. Aku terlalu senang."

"Hahhh... aku turut senang. Tapi jika kau terus seperti ini membuatku takut tahu. Tidak biasanya kau seperti ini."

"Hehe... eh, Mark belum berangkat?" Tanya Hani saat menyadari ia tak melihat Batang hidung Mark sedari tadi. Seunghee mengedikkan bahunya. "Molla. Kenapa kau tanya padaku."

"Kau 'kan gebetannya."

"What?! Eeiy, siapa gebetannya siapa." Elak Seunghee. Hani terkekeh pelan. "Aigoo.. ada yang merajuk hmm." Goda Hani. Seunghee mendengus.

"Aku hanya bercanda. Kau ini.." ucap Hani. Seunghee menghela napasnya. "Kau menyebalkan."

"Tapi kau sayang dengan sahabat menyebalkanmu ini."

Seunghee tersenyum. Ia lalu memeluk Hani erat. "Neee.. aku sangaattt sayang padamu." Mereka lalu tertawa bersama.

***

Hani mengobrak-abrik lokernya mencari buku catatan berwarna biru miliknya namun nihil. Buku itu tak ada.

"Kau mencari apa?" Tanya Seunghee. Ia baru saja mengambil buku tugas matematika didalam lokernya. Hani mendesah pelan. "Buku catatanku hilang."

"Buku catatan birumu itu?" Hani mengangguk. "Bagaimana bisa? Mungkin ada didalam tasmu."

Hani menggeleng. "Aku ingat meletakkannya disini kemarin." Seunghee mengusap lengan Hani. "Tak apa. Mungkin kau lupa meletakkannya. Nanti kita cari lagi. Sekarang kita harus kembali ke kelas."

Hani mengangguk pasrah. Ia ingin mencari buku itu tapi bel masuk sudah berbunyi.

***

Jam pelajaran telah berakhir. Saatnya untuk istirahat. Hani sedang membereskan alat tulisnya saat seorang yeoja menghampirinya.

"Jung Hani." Hani menoleh. "Kau dipanggil kepala sekolah." Hani mengerutkan keningnya bingung. Baru kali ini ia dipanggil kepala sekolah. Hani mengangguk.
Hani berjalan agak terburu-buru. Saat ia melewati Taman kecil ditengah sekolah ia melihat Jaehyun yang sedang berjalan berlawanan dengannya. Hani tersenyum. Ia lalu melambaikan tangannya.

"Jaehyun sunbae." Panggilnya. Jaehyun menatap kedepan dan tersenyum lebar melihat Hani yang melambai padanya. Hani melangkah hendak menghampiri Jaehyun, namun langkahnya terhenti saat melihat buku berwarna biru tergeletak dibawah kakinya. Hani mengambil buku itu dan sadar bahwa itu buku catatan miliknya.

"Kenapa ada disini?" Gumam Hani. Jaehyun hendak menghampiri Hani saat matanya melihat seseorang diatap sekolah sedang memegangi pot bunga. Jaehyun terus menatap orang itu dan terkejut saat orang itu hendak menjatuhkan pot itu tepat diatas kepala Hani.

"HANI AWAS!!"

BRUKK..

PRAKK..

Hani mengerjapkan matanya pelan. Ia lalu buru-buru bangun dari posisinya saat ini yang menindih Jaehyun. Ya, tadi Jaehyun dengan cekatan langsung berlari dan menarik Hani hingga mereka terjatuh dengan posisi Hani menindih Jaehyun. Hani menatap pot yang sudah tak berbentuk itu dengan pandangan nanar dan tubuh bergetar. Ia hampir terbunuh.

Jaehyun bangkit dan mendongak keatas. Ia berdecak saat mendapati orang itu sudah pergi. Ia lalu beralih menatap Hani yang masih terduduk sambil meremas bukunya.

"Gwaenchana?" Tanya Jaehyun khawatir. Hani mengangguk pelan. "E-eoh. Go-gomawo."

Jaehyun membantu Hani berdiri. "Kau tak terluka 'kan?" Tanyanya lagi sambil memeriksa tubuh Hani. Mungkin saja ia terluka. Hani menggeleng. "Nan gwaenchana, sunbae. Gomawo." Jawab Hani sambil tersenyum walaupun bibirnya bergetar.

Jaehyun menghela napas lega. Terlambat sedetik saja Hani pasti sudah tertimpa pot itu. "Kau mau kemana? Biar kutemani."

***

Hani keluar dari ruang kepala sekolah dengan ekspresi keheranan. Jaehyun yang melihat itu tentu saja bingung. "Wae?"

"Kepala sekolah bilang ia tak memanggilku." Kedua alis Jaehyun menyatu.

Hani lalu tertawa kecil. "Mungkin siswi tadi salah orang." Jaehyun ikut tertawa. Mereka laku meninggalkan ruang kepala sekolah.

Hani berjalan dengan tatapan kosong. Ia masih bingung. Mulai dari bukunya yang hilang dan tiba-tiba ketemu ditempat yabg tak terduga. Juga seorang siswi yang engatakn bahwa ia dipanggil kepala sekolah yang kenyataannya ia tak dipanggil. Anehnya, jika ia tak menuju ruang kepal sekolah ia tak akan menemukan bukunya. Dan bagaimana bisa tempat ia menemukan buku itu tepat satu garis dari posisi orang yang menjatuhkan pot dari atap. Seperti direncanakan.

***

Hani memasuki kelas dengan lesu membuat Seunghee keheranan. Tadi pagi ia sangat ceria kenapa sekarang ia lesu. Hani mendudukkan pantatnya disamping Seunghee.

"Kenapa kau lesu? Tadi pagi kau senyam-senyum seperti orang gila." Tanya Seunghee heran. Hani menatap kosong kedepan.

"Tadi aku hampir mati." Seunghee mengerutkan keningnya bingung.

"Aku hampir tertimpa pot."

"Mwo?!!" Teriak Seunghee keras membuat teman-teman sekelas menatapnya aneh. "B-bagaimana bisa?"

Hani lalu menceritakan kronologinya dari awal hingga akhir. Seunghee menutup mulutnya tak percaya.

"Jadi, ada yang mencoba membunuhmu?" Tanyanya dengan suara lirih. Hani mengangguk lesu. "Geundae wae?" Hani menggeleng. Seunghee mengusap punggung Hani lembut. "Gwaenchana. Yang terpenting kau tak apa-apa sekarang."

***

BRAKK!!

Hyuna menggebrak meja dengan keras membuat yeoja didepannya bergetar ketakutan.

"BAGAIMANA BISA KAU GAGAL HAH?!!"

Tubuh yeoja itu semakin bergetar. Ia menunduk tak berani menatap Hyuna. "M-mianhae. Ji-jika saja J-Jaehyun sunbae tak datang p-pas.."

"TAK PERLU MENCARI ALASAN! DASAR KAU EMANG TAK BECUS! AKU MEMBAYARMU!"

"Mi-mianhae."

Hyuna mendesah kasar. "PERGI! AKU MUAK MELIHATMU!" yeoja itu lalu berlari keluar meninggalkan Hyuna yang masih memancarkan amarah.

"Jung Hani sialan!" Desis Hyuna. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Yeoboseyo." Sapa seseorang diseberang.

"Aku butuh bantuanmu."

"Bantuan apa?"

Seulas smrik mengerikan tercetak dibibir Hyuna.

"Singkirkan yeoja itu."

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang