Chap. 37

9.1K 923 3
                                    

Hani sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Sebenarnya dia tidak ingin pergi ke sekolah. Perkiraan sakit hati yang akan ia rasakan saat melihat Taeyong, membuat Hani ingin sekali meliburkan diri.

Begitu sampai disekolah, Hani langsung menarik perhatian para murid yang mulai berbisik-bisik.

"Dia Jung Hani 'kan?"
"Ne.. dia yang menjadi bahan taruhannya Lee Taeyong."
"Kudengar dia hanya menjadi mainannya Taeyong. Kasihan sekali dia."
"Temannya juga menjadi mainannya Mark kan?"

Samar-samar Hani mendengar pembicaraan itu, dan yang bisa ia lakukan hanya diam dan menunduk. Dengan langkah ragu-ragu Hani memasuki kelas. Baru saja ia menginjakkan kakinya, semua yang ada didalam kelas langsung diam dan melihat kearahnya. Ada yang langsung berbisik, melihatnya dengan pandangan sinis dan kasihan, dan sebagainya yang membuat Hani semakin ingin meliburkan diri.

Hani menuju bangkunya dan melihat Seunghee tengah menenggelamkan wajahnya diantara lipatan lengannya, earphone bertengger dikedua telinganya guna menulikan pendengarannya dari bisik-bisik murid lainnya.

Saat itulah Mark memasuki kelas dan kembali membuat para murid menjadi diam. Mark berjalan kearah bangkunya. Saat melewati bangku Hani, Mark berhenti dan menatap Seunghee yang masih pada posisinya. Hani mengalihkan pandangannya, kemana saja asal tidak menatap Mark. Mark yang tahu bahwa Hani dan Seunghee masih marah padanya memilih untuk duduk dibangkunya.

***

Taeyong sedang berbaring dibawah pohon ditaman belakang sekolah, ia menatap ke langit. Entah kenapa, wajah Hani muncul disana. Wajah penuh senyum, namun sesaat kemudian berubah menjadi wajah bingung  sedih, dan kacau sambil berlinang air mata.

"Hyung."

Taeyong melirik sekilas kearah Mark yang datang menghampirinya dengan wajah kusut. Mark mendudukkan pantatnya disamping Taeyong, matanya ikut menatap langit.

"Kau menyukainya?" tanya Mark tiba-tiba.

"Siapa?"

"Hani, siapa lagi."

Taeyong menghembuskan napasnya kasar. Ia lalu memejamkan matanya. "Selalu. Aku mencintainya, tapi sepertinya pernyataan cintaku tidak berguna lagi sekarang."

"Andai kita tidak terjebak dalam taruhan sialan itu."

"Tapi tanpa taruhan itu, kita tidak mungkin bisa bersama mereka."

Mark tersenyum miris. "Kami bahkan belum berpacaran, aku baru saja menyatakan perasaanku kemarin, dan dia belum menjawabnya." Mark menghela napas panjang. "Sekarang ia pasti sangat membenciku."

Kring... Kring... Bel masuk berbunyi. Mark menatap Taeyong yang masih memejamkan matanya.

"Kau tidak ke kelas hyung?"

"Ani. Sejak kapan aku tertarik memasuki kelas." kata Taeyong yang membuat Mark tertawa kecil. "Benar, tidak ada sejarahnya seorang Lee Taeyong mau mengikuti pelajaran dengan cuma-cuma."

Taeyong tersenyum dalam tidurnya. "Kau benar."

***

Sepulang sekolah, Hani melamun disebuah kursi disebuah Taman kota, tempat yang biasa ia kunjungi bersama Taeyong.

"Ternyata, kehilangan orang yang dicintai memang menyakitkan. Aku baru tahu." gumam Hani. Tanpa terasa, air matanya menetes. Hani buru-buru mengusap air matanya, tapi percuma. Air matanya terus saja turun dan tak bisa dibendung lagi.

Sementara itu, Taeyong terus memperhatikannya di balik pohon. Dia hanya bisa diam ditempatnya melihat Hani yang menangis.

"Jangan menangis.." gumamnya. Sakit rasanya hati Taeyong melihat Hani yang biasanya ceria, sekarang menangis, dan itu semua karena dirinya.

***

Mark mencoba menarik tangan Seunghee, namun lagi-lagi Seunghee menepisnya dengan kasar.

"Seunghee-ya.."

Seunghee masih bungkam. Ia enggan untuk menjawab, menoleh saja ia tidak sudi.

"Seunghee-ya jebal.."

Seunghee masih mengabaikan Mark. Ia semakin mempercepat langkah kakinya, bahkan ia mulai berlari. Namun belum tiga langkah ia berlari, tangannya sudah ditarik oleh Mark membuatnya menghadap Mark. Seunghee mengalihkan pandangannya, mencoba untuk tidak menatap Mark.

"Tatap aku."

Seunghee masih tidak mau menatap Mark. Sampai akhirnya dagunya ditarik oleh Mark, mau tak mau Seunghee menatap Mark, namun tatapan dingin yang ia berikan. Bahu Mark melemas saat melihat tatapan benci yang diberikan Seunghee padanya.

"Kumohon dengarkan aku dulu."

"Apa yang perlu kudengarkan?"

"Kau salah paham."

Seunghee tertawa kecil, namun bukan tawa ceria melainkan tawa getir. "Salah paham? Kurasa aku tidak salah paham. Justru aku paham sekali dengan keadaan sekarang ini."

Mark menghela napas berat. "Seunghee-ya jebal.. Aku mencintaimu."

Seunghee menampik tangan Mark yang berada didagunya dengan kasar. "Cinta? Tahu apa kau tentang Cinta?! Kau bahkan mempermainkan Cinta."

"Seunghee-ya.."

Seunghee membalikkan badannya meninggalkan Mark. Sebelum ia benar-benar meninggalkan Mark, ia membalikkan badannya dan berkata, "Katakan pada hyungmu, jangan pernah muncul lagi didepan Hani dan didepanku. Aku tidak bisa menyuruhmu untuk tidak muncul dihadapanku karena kita sekelas. Tapi aku senang karena kau duduk dibelakangku, sehingga aku tidak perlu melihat wajahmu."

Setelah itu Seunghee benar-benar meninggalkan Mark yang terdiam. Mark mengusap wajahnya kasar dan mengacak rambutnya.

"Sial!"

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang