Chap. 42

10K 953 11
                                    

Taeyong melirik Hani yang tertidur dikursi disampingnya. Mata sembab, hidung memerah, juga baju dan rambut yang berantakan membuat Taeyong mendesah kasar. Lagi-lagi ia merutuki dirinya. Jika saja ia pulang bersama Hani dan melupakan amarahnya, ini semua tidak akan terjadi.

Tak lama kemudian mereka sampai dirumah Hani. Dilihatnya Hani yang masih tertidur. Senyum tipis menghiasi bibirnya. Wajah polos Hani dan segala tingkahnya yang akan selalu menjerat Taeyong kedalam pesonanya dan Taeyong tidak dapat keluar dari pesona Hani itu. Mengelus pelan pipi Hani. Taeyong kembali tersenyum saat perlahan mata Hani terbuka.

"Kita sudah sampai." kata Taeyong.

Hani mengucek matanya lalu melihat keluar jendela. Taeyong mencondongkan tubuhnya membuat Hani memundurkan tubuhnya. Ternyata Taeyong hanya mau melepaskan seatbelt Hani.

"Jalan sendiri atau gendong?" tanya Taeyong tanpa menjauhkan tubuhnya membuat Hanj menegang kala hembusan napas Taeyong mengenai wajahnya.

"Ja-jalan." lirih Hani. Dapat ia rasakan pipinya yang memanas dan wajahnya yang merona seperti tomat.

Taeyong tersenyum lalu mengacak rambut Hani pelan. Ditariknya kembali tubuhnya membuat Hani bernapas lega. Taeyong turun dari mobil, memutari kap mobil lalu membukalan pintu mobil untuk Hani. Taeyong membantu Hani berjalan, takut-takut kalau Hani akan jatuh lemas atau pingsan.

"Rumahmu sepi." kata Taeyong begitu mereka sampai didalam rumah Hani.

"Eomma dan Hana eonnie belum pulang." jawab Hani pelan.

Taeyong mengangguk. Mereka lalu naik kelantai dua menuju kamar Hani. Taeyong mendudukkan Hani diatas ranjang.

"Mau mandi? akan ku siapkan air hangat." tawar Taeyong yang dibalas gelengan kepala oleh Hani. "Apa mau makan? akan ku masakkan sesuatu."

"Aku tidak lapar oppa. Aku hanya perlu istirahat." ucap Hani diselingi senyum dibibirnya.

"Kalau begitu tidurlah." Taeyong membaringkan Hani. Melepas sepatu dan kaos kaki Hani kemudian menyelimutinya sebatas bahu. Gerakannya terhenti saat Hani mencekal tangannya.

"Temani aku." pinta Hani lirih. Kening Taeyong berkerut. "Hanya sampai eomma dan Hana eonnie pulang. Temani aku, jebal."

Taeyong tersenyum lalu mengangguk. Ia naik keatas ranjang, beringsut masuk kedalam selimut lalu merebahkan dirinya disamping Hani. Direngkuhnya tubuh mungil Hani kedalam pelukannya. Mengusap rambut Hani pelan agar Hani cepat tertidur. Hani tersenyum dan balas memeluk Taeyong erat. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang Taeyong. Membiarkan indera penciumannya dipenuhi aroma tubuh Taeyong. Mint dan Musk. Tak lama kemudian Hani tertidur.

***

Hani terbangun saat jarum jam menunjuk angka sembilan. Dilihatnya space disampingnya yang kosong. 'Apa Taeyong sudah pulang?' pikir Hani. Hani lalu beranjak menuju kamar mandi. Badannya lengket juga berantakan.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Hani turun kebawah. Sayup-sayup dapat ia dengar orang berbicara diruang tengah. Dilihatnya Taeyong yang sedang mengobrol dengan Hana dan ibunya.

"Hani, kau sudah bangun." ibunya bangkit dan mendekat kearah Hani. "Kau lapar?" Hani mengangguk. "Akan eomma siapkan makanan. Kau duduklah."

Hani menurut. Ia lalu duduk disamping Taeyong. Baru saja Hani mendaratkan bokongnya, Taeyong sudah mencuri sebuah ciuman dibibirnya.

"Oppa!" Hani memukul lengan Taeyong pelan. Hana terkikik pelan. "Aku pulang dulu, ya. Ibu dan Hana noona akan menjagamu." kata Taeyong lembut. Hani mengangguk.

Taeyong bangkit dari duduknya. Tapi sebelum ia pergi, ia kembali mencium bibir Hani, bahkan sedikit melumatnya membuat Hani mendelik. Setelah itu Taeyong mengedipkan sebelah matanya dan berlalu pergi sebelum singa betina marah.

"Taeyong oppa!!"

Tuh kan...

***

Seunghe menatap jengah Mark yang berdiri didepannya. Kenapa dimana-dimana dia selalu bertemu makhluk satu ini?

"Hee-ya, Ng... jika kau masih marah padaku tidak apa. Kamu tidak akan pernah memaafkanku juga tidak apa, setidaknya jangan mendiamiku seperti ini." lirih Mark. Wajahnya sendu dan sarat akan kesedihan.

Seunghee melengos. Jika saja ini bukan dihalte, ia akan menendang wajah tampan dihadapannya ini.

"Kumohon jangan mendiamiku. Aku merindukan Seunghee yang cerewet, galak, dan selalu menatapku marah."

Seunghee menatap Mark dengan tatapan mengintimidasi membuat Mark menelan ludahnya gugup.

"Kau benar mencintaiku?" tanya Seunghee. Mark sontak mengangguk. "Bukan karena taruhan?" Mark mengangguk. "Kalau begitu buktikan. Jika kau bisa membuktikannya, aku tidak marah lagi padamu."

Wajah Mark langsung berseri. Ia tersenyum lebar. "Ok. Akan kubuktikan jika aku benar-benar mencintaimu bukan karena taruhan."

Dan tanpa diduga Mark berlari ketangah jalan dan berdiri ditengahnya menghadap kearah Seunghee. Seunghee melotot. Ini anak sudah bosan hidupkah? Mobil-mobil yang melaju mengerem secara mendadak agar tidak menabrak Mark. Bunyi klakson bersautan tidak Mark hiraukan.

"Apa kau gila? menyingkirlah kau menghalangi jalanku." seru seorang ahjussi gendut.

"Mark!! Kembali kesini! Cepat!" teriak Seunghee panik. Bagaimana jika Mark tertabrak?

Mark menggeleng. "Shierro."

Seunghee mendesah kasar. "Cepat kemari!! Kau bisa tertabrak!" Mark kembali menggeleng.

"Kim Seunghee. Aku mencintaimu! Aku tidak peduli dengan taruhan itu, aki hanya ingin kau! Jadilah pacarku!"

Seunghee mendelik. Suara riuh penunggu halte (?) dan para pejalan kaki langsung terdengar.

"Apa kau gila?! Cepat kemari sebelum aku menyeretmu!" teriak Seunghee lagi. Tapi memang bebal, Mark kembali menggeleng.

"Tidak sebelum kau menerimaku!"

Seunghee kembali mendelik. Ini bocah minta di pites!!

"Terima!" "Terima!" "Terima!"

Suara riuh menyerukan kalimat 'Terima' terdengar heboh. Beberapa orang ada yang memvideonya dan memfotonya. Ini adalah 'penembakan anti mainstream' yang sangat hebat, pikir mereka.

Seunghee panik sendiri. Mark menatap Seunghee dengan senyum jahilnya. "Cepat katakan! Atau aku akan menabrakkan diri ke mobil." Mark hendak melangkah kearah jalanan yang ramai kendaraan saat teriakan Seunghee menggema.

"Kau gila! Jangan lakukan itu!"

Mark menaikkan sebelah alisnya. "Cepat jawab atau aku..." Mark menggantungkan kalimatnya. Sebaliknya ia kembali hendak melangkah menuju jalanan ramai.

Seunghee semakin panik. Akhirnya setelah bertapa tujuh hari tujuh malam di goa hantu (?), Seunghee berteriak..

"Aku menerimamu! Mark, aku mau menjadi kekasihmu! Cepatlah kemari!"

Mark tersenyum lebar. Akhirnya..

"Katakan dulu kau mencintaiku."

Seunghee mendelik. Apa lagi ini?

"Aku mencintaimu Mark! Jauh sebelum kau mencintaiku aku sudah mencintaimu lebih dulu."

Mark kembali tersenyum lebar dan langsung berlari menghambur memeluk Seunghee erat.

"Aku mencintaimu, Hee-ya."

Seunghee tersenyum lembut lalu membalas pelukan Mark. "Aku juga mencintaimu."

Suara riuh dan tepuk tangan kembali terdengar.

"Chukkae!" "Kalian pasangan serasi!"

Seunghee menunduk malu sedangkan Mark hanya menujukkan cengiran bodohnya.

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang