Chap. 21

10.3K 1K 3
                                    

Hani membulatkan matanya. Seketika tubuhnya menegang. Matanya menatap Taeyong yang tengah memejamkan matanya. Taeyong yang awalnya hanya menempelkan bibirnya kini mulai bergerak. Ia bahkan membuang es krimnya dan menekan tengkuk Hani. Hani membatu. Bahkan es krimnya terjatuh pun ia tak sadar. Ia meremas bahu Taeyong saat bibir Taeyong mulai melumat dan menjilat bibirnya. Membersihkan sisa es krim yang menempel dibibir Hani. Lama-kelamaan Hani mulai terhanyut dan ikut memejamkan matanya menikmati ciuman ini. Bibirnya dengan berani ikut melumat bibir Taeyong. Walaupun ia tidak mahir dalam hal ini, setidaknya ia sudah berusaha mengimbangi.

Hani memukul-mukul bahu Taeyong saat merasakan pasokan oksigennya berkurang. Taeyong yang mengetahui hal itu langsung melepaskan ciumannya dengan perlahan. Hani menghirup oksigen dengan rakus. Bibirnya terbuka dan memerah. Taeyong tersenyum melihat bibir Hani. Entah mengapa bibir itu sudah menjadi candu baginya.

Hani berdehem, mencoba mencairkan suasana yang entah sejak kapan menjadi canggung. Taeyong menatap Hani lamat membuat Hani merasa risih.

"Emmh.. Se-sebaiknya kita pulang." Kata Hani. Taeyong mengangguk. "Geurae, aku akan mengantarmu."

Hani membulatkan matanya. "Ne? Tak usah sunbae, aku bisa pulang sendiri." Tolak Hani. Namun Taeyong tak mengindahkan perkataannya. Ia berdiri dan menggenggam tangan Hani. Hani semakin membulatkan matanya. Taeyong tersenyum geli. Sungguh, ekspresi Hani saat membulatkan mata seperti itu sangat imut membuatnya gemas.

"Kajja."

***

Seunghee menatap namja didepannya dengan sengit. Sedangkan namja itu hanya nyengir tak berdosa membuat Seunghee semakin kesal. Salahkanlah ibunya yang meninggalkan Seunghee dan malah pergi ke butik miliknya. Jika ia tahu akan seperti ini lebih baik ia dirumah saja dan menunggu Hani. Hari ini Seunghee meminta Hani kerumahnya karena flashdisknya hilang dan semua file video, dan drama favoritnya berada diflashdisk itu. Dan hanya Hani yang punya video dan drama favoritnya karena memang mereka sama-sama suka mengkoleksi drama. Seunghee menghela napas. Hani pasti marah padanya.

"Wae?" Tanya namja didepan Seunghee. Seunghee berdecak. "Kenapa kau ada disini?" Bukannya menjawab Seunghee malah bertanya balik. "Memangnya hanya kau saja yang boleh kesini? Lagipula cafe ini milik orangtuaku." Jawab Mark sambil menampilkan smirknya.

Seunghee membulatkan matanya. What? Jadi cafe favoritnya ini milik orangtua Mark? Seunghee mendesah kasar. Ia meminum cappuchinonya dengan rakus. Mark mengangkat kakinya keatas meja membuat Seunghee melotot.

"Ya! Tidak sopan." Sungut Seunghee. Mark terkekeh. "Apa peduliku. Toh, tak ada yang melarang."

Seunghee berdecih. "Dasar sombong." Batinnya kesal. Seunghee kembali meminum cappuchinonya kemudian memakan cheese cakenya sambil melihat ke luar jendela. Mark menatap lamat Seunghee sambil bersidekap. Ia tersenyum geli saat melihat krim yang menempel disudut bibir Seunghee.

Seunghee menatap Mark yang terlihat sedang menahan tawanya. "Wae?" Tanyanya heran. Mark tertawa kecil lalu menunjuk bibir Seunghee. "Ada krim dibibirmu."

Seunghee menyentuh sudut bibirnya dan menemukan krim vanilla menempel disana. Ia hendak mengambil tisu untuk membersihkan bibirnya namun Mark sudah lebih dulu mencondongkan tubuhnya dan membersihkan bibirnya dengan tisu. Seunghee membulatkan matanya saat menyadari jarak wajahnya dengan wajah Mark yang sangat dekat. Mark terus membersihkan bibir Seunghee.

Seunghee terus menatap Mark. "Kenapa dia sangat tampan?" Jerit Seunghee dalam hati. Mark sadar sedang diperhatikan oleh Seunghee, ia lalu menatap balik Seunghee sampai mata mereka bertemu. Mereka bertatapan cukup lama. Sampai akhirnya Seunghee tersadar dan menarik wajahnya.

Mark kembali ke posisi duduknya dan bersikap layaknya tak terjadi apa-apa. Lain halnya dengan Seunghee yang terus merutuki dirinya karena sempat terpesona dengan Mark. Mark tertawa geli. Entah sejak kapan, tapi ia merasa bahwa Seunghee sangat cantik.

***

Hana menatap gedung didepannya dengan perasaan gugup. Ia meremas amplop berisi data-data mengenai dirinya. Ya, ia akan melamar pekerjaan di JH Company sesuai dengan usul Johnny. Hana menghembuskan napasnya perlahan.

"Kajja Hana.. Kau pasti bisa. Fighting!" Ucap Hana menyemangati diri sendiri. Ia lalu memasuki gedung itu. Hana lalu menuju resepsionis.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya wanita resepsionis yang diketahui bernama Hyeji.

"Aku ingin melamar pekerjaan disini."

"Jeosonghamnida. Tapi perusahaan sedang tidak membuka lowongan pekerjaan."

"Johnny yang menyuruhku kemari."

"Johnny?" Tanya Hyeji kaget. Hana mengangguk kaku. "Tunggu sebentar." Kata Hyeji. Hana mengangguk. Hyeji terlihat menelepon seseorang. Hana menatap sekeliling. Perusahaan ini sangat besar. Beruntung ia jika bisa bekerja disini.

"Agashi." Panggil Hyeji. Hana menoleh. "Anda langsung keruangan presdir dilantai paling atas." Kata Hyeji. Hana mengangguk. Ia lalu menuju lift.

Tak lama kemudian Hana sampai dilantai paling atas. Ia menatap sekeliling. Hanya ada satu pintu dan disana ada ruangan dengan seorang wanita yang dapat Hana pastikan itu adalah sekretaris presdir. "Mungkin itu ruangannya" pikir Hana. Hana lalu mendekati wanita itu.

"Chogio." Panggil Hana. Wanita itu menoleh. "Apa Anda Jung Hana?" Tanya wanita itu. Hana mengangguk. "Silahkan langsung masuk saja. Preadir sudah menunggu Anda."

"Khamsahamnida." Hana membungkukkan badannya. Ia lalu menuju ruangan presdir. Hana mengetuk pintu itu beberapa kali.

"Masuk." Terdengar sahutan dari dalam. Hana menghembuskan napasnya pelan. Ia lalu membuka pintu itu dan melihat seorang pria berumur 40-an tengah berkutat dengan dokumennya. Pria itu mengangkat kepalanya dan melihat Hana.

"Silahkan duduk." Kata pria itu. Hana menduduki sebuah kursi didepan meja sang Presdir. "Kau Jung Hana?" Tanya presdir. Hana mengangguk.

"Kau kenal Johnny darimana?" Tanya presdir. Hana mengerutkan keningnya. "Dia temanku." Jawab Hana. Presdir terlihat meneliti Hana dari atas sampai bawah membuat Hana merasa risih.

"Kupikir kau kekasihnya karena Johnny yang mengajukanmu." Perkataan presdir sukses membuat Hana melongo. "Ke-kekasih?"

Presdir mengangguk. Hana tersenyum canggung. "An-animida.. Saya hanya temannya." Presdir mengangguk. "Sayang sekali, kupikir kau kekasihnya. Kulihat kau cukup menarik."

Hana menggaruk tengkuknya yangvtidak gatal. Niatnya untuk melamar pekerjaan tapi kenapa ia malah disangka kekasihnya Johnny.

"Geundae, apa hubungan presdir dengan Johnny?" Tanya Hana penasaran. Presdir terlihat kaget namun kembali bersikap normal. "Kau tidak tahu?" Hana menggeleng.

"Aku ayahnya."

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang