Extra Part

12.3K 907 9
                                    

Hani Pov.

Menunggu. Ya, menunggu. Hal yang saat ini sedang kulakukan. Sudah lebih dari 15 menit aku berdiri ditempat ini, didepan gerbang kampusku. Aku melihat jam tanganku, pukul 17:23 sore. Aku kembali menengok ke kanan dan kiri, menunggu kedatangan seseorang.

Tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti didepanku. Si pengemudi turun dan mengahmpiriku dengan senyum manisnya. Aku membalas senyumnya.

"Apa kau menunggu lama? Mian, rapatnya baru saja selesai."

Aku menggeleng, sedikit terkekeh melihat raut menyesalnya yang telah membuatku menunggu sedikit lama.

"Gwaenchana oppa."

Dia lalu menggenggam tanganku. Dibukanya pintu mobil dan mempersilahkanku masuk. Setelah aku masuk, dia sedikit berlari memutari kap mobil lalu masuk dan duduk dikursi kemudi.

"Bagaimana kelasmu hari ini?" Tanyanya tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan.

"Menyenangkan, seperti biasa."

Kulihat dia tersenyum sambil mengacak rambutku pelan.

"Langsung pulang atau mampir ketempat lain?"

Aku mengetuk daguku. Tidak ada salahnya jika jalan-jalan sebentar, lagipula aku sudah lama tidak bertemu dengan laki-laki disampingku ini, sekitar seminggu.

"Bagaimana jika kita jalan-jalan dulu? Mumpung besok aku libur kuliah." Usulku yang dijawab anggukan antusiasnya.

"Setuju. Kajja!"

***

Dia, Lee Taeyong. Kekasihku, tunanganku, calon suamiku, dan ayah bagi anak-anakku kelak. Kami sudah bertunangan selama 4 tahun sejak kami masih SMA. Sebenarnya kami akan menikah saat aku lulus SMA tahun lalu, tapi saat itu aku masih belum siap. Aku merasa aku belum dewasa dan belum siap untuk menjadi istri yang baik. Beruntung Taeyong oppa mengerti keadaanku. Taeyong oppa juga harus mengurus perusahaan ayahnya dengan menjadi seorang CEO. Walaupun usianya masih muda, yaitu 23 tahun, tapi dia sudah memilik tanggung jawab yang besar.

"Kau mau itu?" Tanya Taeyong oppa sambil menunjuk sebuah kedai es krim. Aku mengangguk antusias.

"Geurae, kajja."

Taeyong oppa menggenggam tanganku lembut menuju kedai es krim itu.

"Rasa strawberry satu dan rasa coklat satu."

Lihat, bahkan dia hafal rasa es krim kesukaanku.

Setelah es krimnya sampai ditanganku, aku langsung memakannya dengan semangat. Aku bahkan tidak mempedulikan es krim yang menetes mengenai bajuku.

Cup~

Heol~~~

"Kau seperti anak kecil." Ucap Taeyong oppa setelah membersihkan bibirku yang belepotan dengan bibirnya.

Aku membeku. Walaupun kami sudah sering berciuman, tetap saja aku masih tidak bisa mengontrol tubuhku jika dia menciumku. Rasanya aku seperti patung merah.

"Wajahmu memerah." Taeyong terkikim geli sambil mengusap rambutku pelan. Sedangkan aku hanya menunduk sambil memakan es krimku guna menyembunyikan rona merah dipipiku.

"Kajja, kita pergi ketempat favoritmu." Ajak Taeyong oppa. Dengan lembut dia menggandengan tanganku.

Diam-diam aku tersenyum menikmati perlakuannya yang begitu manis padaku.

"Tak peduli keindahan didunia ini ataupun kemewahan didunia ini. Cukup bersamamu aku merasakan apa itu bahagia. Kau mengisi ruang hatiku yang sebelumnya belum pernah terisi oleh orang lain. Untuk pertama kalinya aku merasakan jantungku yang berdetak sangat cepat. Berada didekatmu membuatku melemas. Kau bagaikan candu. Perbuatan sekecil apapun yang kau lakukan padaku memberikan pengaruh yang sangat besar bagiku. Sebenarnya kau ini siapa? Bagaimana bisa dengan mudahnya kau membuatku jatuh Cinta padamu?" - Jung Hani.

***

Taeyong pov.

"Aku ingin memiliki anak kembar nantinya." Ucapku.

Hani menatapku dengan mata bulatnya yang begitu Indah.

"Sayang sekali Tuan Lee, keluargaku dan keluargamu tidaka ada yang memliki riwayat kelahiran kembar." Katanya sambil tertawa kecil, membuat kedua matanya menutup menampilkan eye smile yang sangat manis.

"Ahh, benar juga. Hmm, bagaimana jika tiga anak?"

Hani terlihat berpikir. Lihatlah ekspresinya saat ini. Kening yang berkerut dan telunjuk yang ia gigit, membuatku ingin menggigit bibirnya dengan gemas.

"Boleh juga."

Aku tersenyum lebar mendengar jawabannya.

"Aku sangat menantikan saat kita menikah nanti." Ujarku antusias.

Tiba-tiba Hani menundukkan kepalanya membuatku sedikit khawatir.

"Mianhae oppa. Karena aku yang belum siap, pernikahan kita jadi ditunda." Ujarnya lirih.

Aku merengkuh tubuhnya dalam pelukanku. Kuusap punggungnya lembut guna menenangkannya.

"Gwaenchana. Aku mengerti kok. Aku juga sedang sibuk dengan perusahaan, aku takut jika kesibukanku akan membuatmu bosan karena aku jarang dirumah dan lebih sering dikantor."

Dapat kurasakan Hani membalas pelukanku.

"Mianhae." Lirihnya.

"Sstt.. gwaenchana chagiya."

"Saranghae."

Aku tersenyum lebar mendengar ucapannya.

"Nado, neomu neomu neomu saranghae chagiya."

Aku melonggarkan pelukanku. Kulihat bibirnya yang mengerucut, membuat pipi tembamnya semakin bulat. Aku tidak tahan lagi. Salahkan saja Hani yang terlalu imut dan manis.

Kucium bibirnya. Dapat kurasakan Hani yang menegang karena kaget. Dasar, sudah ratusan bahkan ribuan kali aku menciumnya namun reaksinya masih sama.

Kaget

Tak lama kurasakan Hani mulai tenang. Dengan perlahan kulumat bibirnya. Hani membalas lumatanku. Ciuman kebeberapa ribu kalinya dan masih saja terasa manis.

"Kau tahu,kau seperti magnet yang menarikku. Kemanapun kau pergi dan apapun yang kau lakukan, aku harus tahu. Kau seperti heroin. Kau canduku. Kau adalah prioritas utamaku. Tak peduli wanita lain yang lebih cantik atau lebih menarik darimu, aku akan tetap mencintaimu. Karena kau adalah jiwa ragaku. Tak akan kubiarkan kau dekat dengan lelaki lain.

Overprotektif? Itulah aku. Karena kau milikku. Kau pusat duniaku. Aku ingin tanya.

Siapa kau sebenarnya? Apa kau penyihir? Mantra apa yang kau gunakan sehingga aku begitu mencintaimu dan jatuh semakin dalam dalam pesonamu? Kenapa aku tidak bisa lepas darimu? Hey Hani, kau harus tanggung jawab. Kau sudah mencuri hatiku tanpa izin, karena itu, aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku." - Lee Taeyong.

The End

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang