Chap. 5

13.3K 1.3K 13
                                    

Hani hendak ke minimarket saat ia melihat Taeyong yang sedang berbicara dengan seorang namja di pinggir jalan. Hani memincingkan matanya. Tak lama kemudian namja yang tadi berbicara dengan Taeyong pergi dengan motornya. Hani melihat Taeyong yang memakai helmnya hendak pergi. Spontan Hani langsung menghentikan taksi yang kebetulan lewat.

"Ikuti motor itu." perintah Hani sambil menunjuk motor Taeyong yang mulai melaju. Hani terus memperhatikan Taeyong.

Hani pov.
Taeyong berbelok memasuki sebuah kawasan yang sepi dan cukup menyeramkan. Aku turun dari taksi dan mengikuti Taeyong dengan mengendap-endap. Suara riuh dan suara mesin terdengar memekakan telinga. Kulihat Taeyong mendekati sekumpulan orang tengah yang meneriaki seseuatu. Tiba-tiba mereka mundur untuk memberikan jalan kepada Taeyong. Suara riuh semakin terdengar keras kala Taeyong melepas helmnya.

Aku mendekati kerumunan itu. Kulihat yeoja-yeoja yang ada disana memakai pakaian yang sangat sexy dan kekurangan bahan. Aku berusaha menerobos kerumunan. Mataku membulat saat melihat Taeyong berada ditengah jalan dengan tiga pengendara motor lainnya. Apa dia akan mengikuti balapan liar?

Aku berlari mendekati Taeyong. Kulihat Taeyong terkejut dengan kedatanganku. Terdengar beberapa namja bersiul saat aku menghampiri Taeyong.

"Woah... Jagoan kita sudah mempunyai pacar rupanya." seru seorang namja berambut blonde dengan tato di lengan kanannya. Taeyong berdecak kemudian menarik tanganku menjauhi kerumunan.

"Neo mwohaneungoya?" tanya Taeyong. Aku mengerutkan kening. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Neo mwohaneungoya? Apa kau mau mengikuti balapan liar?"

Taeyong memutar bola matanya malas. "Itu bukan urusanmu. Sekarang kau pulanglah. Tempat ini tidak aman untukmu."

"Tidak sebelum kau membatalkan niatmu untuk mengikuti balapan liar itu." Aku menaikkan sebelah alisku. Kulihat Taeyong mengusap wajahnya frustasi.

"Hei, Taeyong. Kau jadi ikut tidak?" tanya namja blonde tadi. Taeyong menatap namja itu jengah. "Aku tetap ikut."

Aku melotot. "Kau tidak boleh ikut." seruku. Taeyong mengerutkan keningnya. "Waeyo?"

"Ini berbahaya. Kau tidak boleh ikut."
"Apa urusanmu? Kau diamlah."
"Pokoknya kau tidak boleh ikut."
"Aku tidak peduli dengan laranganmu. Aku akan tetap ikut."

Aku hendak memprotes namun Taeyong sudah lebih dulu meninggalkanku. Aku mengejar Taeyong. Kulihat seorang yeoja berpakaian sexy berjalan ketengah jalan dan melempar sapu tangan menandakan balapan sudah dimulai. Aku membulatkan mataku panik. Kulihat motor Taeyong sudah melaju kencang. Aku makin panik.

"Kumohon semoga dia baik-baik saja. Jangan sampai dia celaka." Aku berdoa dalam hati. Mataku terus mengawasi motor Taeyong yang meliuk-liuk diarena balapan. Aku menjerit saat motor yang dibelakang Taeyong nyarise menyerempet Taeyong. Aku semakin panik. Semoga dia baik-baik saja. Aku tidak peduli ia menang atau tidak yang penting ia baik-baik saja.

Tak lama kemudian Taeyong berhasil memenangkan permainan balapan liar ini. Aku menghela napas lega. Kulihat Taeyong menghampiriku. Ia melipat tangannya didepan dada.

"Lihat. Aku menang." ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya. Dasar sombong. Aku mendengus. "Syukurlah kau tidak mati."

"Kau pikir aku akan celaka?" tanyanya heran. Aku mengangguk. Taeyong tertawa membuatku mengerutkan kening. "Kau jangan khawatir. Aku sudah ahli dalam hal ini." ucapnya sambil mengacak rambutku. Aku membatu. Pipiku panas dan kuyakin pasti sudah memerah.

"Kajja, kuantar kau pulang." Taeyong langsung menarik tanganku dan membawaku ke motornya.

***

"Stop!" seruku saat Taeyong hendak melewati minimarket. Astaga, aku sampai lupa kalau aku harus belanja kebutuhan sehari-hari. Taeyong menghentikan motornya dengan mendadak membuatku terlonjak kedepan dan menabrak punggungnya.

"Khamchagiya! Neo wae?" tanya Taeyong sambil membuka kaca helmnya dan menatapku dengan wajah emosi. Aku meringis. "Aku lupa jika aku harus ke minimarket." lirihku.

Taeyong menghela napas. Ia lalu menjalankan motornya menuju minimarket. Aku turun dari motor diikuti oleh Taeyong.

Aku mendekati rak khusus sereal. "Menurutmu, yang rasa coklat apa yang berbagai rasa ini?" tanyaku pada Taeyong mendekatiku sambil ensorong troli berisikan bahan-bahan makanan. Aku terkekeh melihat wajah Taeyong yang ditekuk. "Terserah. Dan cepatlah!" bentak Taeyong sambil menatapku tajam. Aku meringis. Aku memutuskan untuk memilih yang rasa coklat.

***

Aku turun dari motor Taeyong. "Gomawo sunbae." ucapku sambil tersenyum. Taeyong hanya mengangguk malas.

"Astaga Hani!"

Aku menoleh dan melihat Hana eonnie menghampiriku sambil berkacak pinggang. Wajahnya mengeras dan matanya melotot marah. Aku meringis dan mengangkat belanjaanku.

"Kemana saja kau? Sudah 3 jam kau pergi!" sembur Hana eonnie membuatku mengerucutkan bibirku.

"Jeoseonghamnida. Aku tadi mengajak Hani untuk makan disebuah cafe." kata Taeyong sambil menatap Hana eonnie datar. Dasar pembual! Hana eonnie langsung merubah ekspresi wajahnya. "Oh.. Tidak apa. Aku hanya khawatir pada Hani karena pergi lama sekali." ucap Hana eonnie sambil tersenyum manis. Hei! Kemana wajah marahnya tadi?

"Sekali lagi aku minta maaf karena membawa Hani tanpa izin." kata Taeyong lagi. Meskipun kata-katanya sopan tapi nada bicaranya sangat menyebalkan.

"Ahh.. Tidak apa. Lupakanlah." kata Hana eonnie sambil mengibaskan tangannya. Aku memutar bola mataku malas.

"Kalau begitu aku pulang dulu."
"Ne. Hati-hati dijalan." ucap Hana eonnie.

Taeyong menarik tengkukku dan mengecup bibirku singkat. Aku membulatkan mataku. "Aku pulang." kata Taeyong. Aku masih diam sambil mengerjapkan mataku berulang kali. Taeyong kemudian melajukan motornya meninggalkan rumahku.

"Ehem.."

Aku menoleh dan melihat Hana eonnie tengah memandangku dengan tatapannya yang menyebalkan. "Mwo?" tanyaku.

"Aigoo.. Senangnya punya pacar sebaik dan setampan dia." goda Hana eonnie sambil mencolek daguku. Aku membuang mukaku. "Aku bukan pacarnya."

"Hei.. Tak baik tidak menganggap pacarmu seperti itu."
"Tapi itu memang kenyataannya."
"Kau tahu, Cinta datang karena terbiasa."
"Berarti jika aku terbiasa dengan eonnie aku akan jatuh Cinta dengan eonnie?"
"Bukan begitu bodoh!"

Aku tidak menghiraukan ucapan Hana eonnie dan memilih memasuki rumah meninggalkan Hana eonnie yang terus meneriakiku.

Aku bukan pacar Taeyong sunbae. Dia saja yang mengklaimku sebagai pacarnya. Tapi kenapa saat Taeyong sunbae bersikap manis padaku, aku merasakan perasaan yang aneh? Aku tidak mungkin menyukainya kan?

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang