Seunghee menghela napasnya berulang kali.
Bosan.
Itulah yang ia rasakan sejak ia meninggalkan sekolah. Sambil menggerutu ia menghentak-hentakkan kakinya hingga menimbulkan bunyi disepanjang jalan.
Saat itulah ia melihat sebuah kaleng kosong yang tergeletak diaspal. Ia lalu menendang kaleng itu dengan keras hingga melayang tinggi dan mengenai kepala seorang namja yang sedang berjalan didepannya.
Seunghee terkesiap. Dilihatnya namja itu yang meringis sambil memegangi kepalanya. Namja itu lalu mengambil kaleng tersebut dan menghampiri Seunghee.
"YA!! Apa kau yang menendang kaleng ini hingga mengenai kepalaku?!" Teriak namja itu tepat didepan wajah Seunghee membuat Seunghee terlonjak kaget.
"Mianhae.. aku benar-benar tidak sengaja." Ucap Seunghee sambil menunduk tidak berani memandang namja didepannya. Namja itu mendengus kesal. "Lain kali lihat-lihat. Kau tahu ini sangat menyakitkan!" Seru namja itu lagi yang semakin membuat Seunghee ketakutan. "Ne. Sekali lagi mianhae." Ucap Seunghee.
"Kau pikir masalah ini bisa selesai hanya dengan kata maaf?" Tanya namja itu mengintimidasi. "Tapi aku kan sudah minta maaf." Lirih Seunghee sambil memainkan jari-jarinya.
Namja itu menghela napas pelan. Ia lalu mendekati Seunghee membuat Seunghee memundurkan tubuhnya. "Ma-mau apa kau?" Tanya Seunghee sambil menatap was-was kearah namja itu. Namja itu memiringkan kepalanya, khas seperti orang sedang berpikir. "Kau pikir apa yang akan kulakukan?"
"K-kau tidak akan berbuat yang macam-macam kan?"
"Sebenarnya tidak. Tapi sepertinya ide itu boleh juga."Seunghee melotot sedangkan namja itu menyeringai menyebalkan. Namja itu memajukan wajahnya membuat Seunghee memundurkan wajahnya. "Menjauhlah atau aku.."
"Aku apa?"
"Aku.. aku akan teriak."
"Teriak saja."Seunghee membulatkan matanya saat namja itu memiringkan kepalanya dan bibir mereka bersentuhan. Seunghee memberontak. Dipukulnya punggung dan lengan namja itu agar ciuman itu terlepas namun namja itu malah menekam tengkuk Seunghee membuat ciuman mereka semakin dalam. Kepala Seunghee mulai pening dan perutnya serasa dipelintir. Seunghee terus memberontak sampai akhirnya ia menginjak kaki namja itu membuat namja itu melepaskan ciumannya dan meringis kesakitan sambil memegangi kakinya. Kesempatan itu ia gunakan untuk melarikan diri.
"Akhh.. Aish.. dasar yeoja itu. Aww, kakiku sakit." Ringis namja itu sambil Seunghee yang lari terbirit-birit. "Bibirnya manis." Ucapnya sambil memegangi bibirnya. Tanpa sadar ia mengulum senyum.
***
Hani terus menatap layar ponselnya yang menampilkan sebuah pesan dari Taeyong. Berulang kali ia gosok kedua matanya memastikan bahwa ia tak salah baca.
"Apa benar Taeyong sunbae yang mengirimiku pesan ini?" Kata Hani ragu. Jelas saja ia ragu. Tiba-tiba Taeyong mengiriminya pesan yang berisikan bahwa ia mengajak Hani kesebuah acara ulang tahun Yuta dan Taeyong akan datang menjemputnya pukul 7 malam ini.
"Eottheokae.. aku bahkan tidak punya dress. Apa aku pinjam punya Hana eonnie saja." Hani mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian ia menepuk pelan keningnya. "Pabbo. Hana eonnie hanya mempunyai beberapa dress dan dress itu sangat tidak cocok denganku." Hani meringis sambil memijat pelipisnya.
"Apa kutolak saja ajakan Taeyong sunbae. Jika ia tanya alasannya bilang saja aku tidak memiliki dress. Ya, katakan saja seperti itu." Hani lalu berniat menelepon Taeyong. Namun belum sempat ia menekan tombol panggilan, suara bel menginterupsinya. Hani meletakkan ponselnya diatas kasurnya lalu beranjak menuju pintu depan. Hani membuka pintunya dan melihat seorang pria berpakaian khas pegawai pos.
"Apa benar ini rumah Jung Hani?" Tanya petugas pos tersebut. Hani mengangguk. Petugas pos itu lalu menyerahkan sebuah kotak berwarna biru. Hani mengernyit bingung. "Ini ada paket untuk Anda. Silahkan tanda tangan disini."
Setelah menandatangani surat terima petugas pos itu pamit. Hani menatap kotak itu bingung. "Siapa yang mengirimnya paket?" Batin Hani. Pasalnya dikotak itu tidak ada nama pengirimnya.
Karena penasaran Hani langsung membuka kotak itu. Matanya langsung membulat saat melihat dress berwarna putih gading sebatas lutut dan sebuah high heels berwarna perak. Hani lalu mengambil sebuah kartu yang berada diatas dress tersebut.
"Pakai ini untuk nanti malam. Awas jika tidak kau pakai. Akan kupastikan dress dan high heels ini akan kubakar didepan matamu."
Hani pov.
What?! Dibakar? Taeyong pasti sudah gila. Dress dan high heels yang sudah dapat dipastikan berharga jutaan won itu akan ia bakar? Taeyong positif gila. Apa dia tidak berpikir ini membuang-buang uang?Aku menghela napas panjang. Daripada dibakar lebih baik kupakai saja. Lagipula ini adalah barang pertama yang Taeyong berikan untukku. Aku mengulum senyum saat. Taeyong memberikanku dress dan high heels? Seorang diktator seperti Taeyong mau repot-repot membelikanku dress dan high heels? Entah kenapa aku merasakan perutku seperti dikelilingi jutaan kupu-kupu dan pipiku merona.
Aku menggelengkan kepalaku. Sadarlah Hani. Taeyong memberikanmu dress dan high heels ini pasti karena ia tidak ingin malu karena datang bersamaku. Ya, anggap saja ia tidak ingin malu dihadapan teman-temannya karena datang bersamaku yang kumul dan dekil ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔
FanfictionGanteng kok brengsek? Highest rank #8 in Taeyong Highest rank #88 in Fanfic