Chap. 16

10.8K 1K 82
                                    

Hani terus menatap Taeyong yang sedang menyetir disebelahnya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Taeyong? Tadi malam ia bersikap sangat lembut, tapi kenapa sekarang ia kembali menjadi Taeyong yang dingin dan menyebalkan?

"Berhenti memperhatikanku. Aku tahu aku tampan." Kata Taeyong tanpa mengalihkan pandangannya kejalan. Hani mendengus. "Kau terlalu percaya diri, sunbae." Ia lalu menatap kedepan sambil menggembungkan pipinya.

Hani semakin dibuat bingung dengan sikap Taeyong. Selama didalam mobil tadi ia mendiamkannya dan sekarang ia meninggalkan Hani diparkiran. Hani menggeram frustasi. Jika ia tahu akan begini lebih baik ia berangkat sendiri menggunakan bus. Hani berjalan meninggalkan perkiran dengan langkah menghentak. Tiba-tiba sebuah teriakan mengagetkannya.

"HAAANNNIII!!!"

Hani menutup telinganya dan melihat horor kearah Seunghee yang tengah berlari menghampirinya. Sesampainya didepan Hani, Seunghee langsung memeluk Hani dengan erat membuat Hani merasa sesak.

"Seu-Seunghee, kau ingin membunuhku?" Hani melepaskan pelukan Seunghee sambil memegangi dadanya yang sedikit sesak. Seunghee langsung menatap Hani khawatir. "Eoh, mianhae Hani-ya.. Jeongmal appayo?" Tanya Seunghee sambil memeriksa tubuh Hani.

"Nan gwaenchana. Hanya sedikit sesak." Kata Hani sambil tersenyum. Seunghee menatap Hani dengan raut wajah menyesal. "Jeongmal mianhae.." lirih Seunghee. Hani tertawa kecil. "Sudah kubilang tidak apa-apa. Kau ini.."

Seunghee tertawa masam. Ia lalu merangkul lengan Hani dan berjalan menuju kelas mereka. "Kau tahu, aku sangat merindukanmu dua hari ini." Ujar Seunghee sambil mengerucutkan bibirnya. Hani menarik bibir Seunghee membuat Seunghee menjerit marah. Hani tertawa keras. Sedangkan Seunghee sibuk memegangi bibirnya sambil menggembungkan pipinya.

"Bukankah masih ada Mark? Kulihat kalian sudah lebih akrab."

Seunghee mendengus. "Aku malah semakin membencinya." Hani menatap Seunghee. "Wae?"

Seunghee mendesah pelan. "Dia selalu menjahiliku, kau tahu. Bahkan selama dua hari ini ia pindah ke sebelahku, ke bangkumu." Hani menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah bagus. Kalian bisa lebih mengakrabkan diri dan bisa sekalian melakukan pendekatan. Mungkin saja kalian akan berpacaran nantinya." Goda Hani. Sebelum Seunghee mengamuk ia lebih dulu berlari meninggalkan Seunghee yang berteriak kesal.

"YA!!"

***

Hani baru saja memasuki kelasnya saat sebuah tangan tiba-tiba merangkulnya lehernya.

"Hey girl.. Kau masih hidup." Kata Mark sambil terkekeh. Hani menampilkan death glarenya membuat Mark pura-pura takut. "Woahh.. Tenang babe. Aku hanya bercanda." Terang Mark sambil duduk dibangkunya dibelakang Hani. "Seunghee eodie?" Tanya Mark. Hani menatap Mark. Ia lalu menyeringai.

"Ehem.. ehemm.. Sepertinya ada yang sedang mencari jodohnya." Kata Hani sambil menaik turunkan alisnya. Mark langsung gelagapan. "Si-siapa bilang. Dia bukan jodohku. Dia musuhku."

"Jangan bicara seperti itu. Benci bisa menjadi Cinta."

"Aku tidak sudi menyukai yeoja sepertinya."

"Jinjjayo? Lihat saja nanti kau pasti akan menjadi pacarnya."

"Sok tahu."

"Feelingku itu selalu tepat."

***

Taeyong berjalan menghampiri Yuta yang sedang mengobrol dengan teman-temannya didalam kelas. Begitu menyadari kehadiran Taeyong, Yuta langsung mendekati Taeyong dan melakukan tos ala pria. Yuta lalu duduk diatas meja diikuti oleh Taeyong.

"Kau sudah berhasil melakukannya?" Tanya Yuta. Taeyong mengangguk. "Tentu saja. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan olehku."

Yuta tertawa. "Jinjja? Tapi sepetinya kau melakukan lebih dengannya. Kau bahkan disana sampai pagi."

Taeyong terkekeh. "Belum saatnya. Kau lihat saja nanti aku pasti menjadi orang yang pertama baginya."

Yuta lalu mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana. "Kau sudah berhasil melakukan dare dari Doyoung. Sekarang tinggal Mark."

Taeyong tertawa kecil. "Kuharap dia bisa melakukannya. Jika tidak motornya yang menjadi taruhan." Yuta tertawa kencang. "Aku tidak sabar. Jika Mark gagal, aku bisa puas menggunakan motornya untuk kencan."

***

Hani keluar dari bilik toilet dan mendapati Hyuna berdiri didepannya bersama dengan Lena dan Sanghi. Hani lalu berjalan melewati Hyuna, namun Hyuna lebih dulu menahan tangan Hani dan menariknya hingga Hani membentur dinding dengan agak keras. Hani meringia merasakan sakit dipunggungnya. Hyuna menyeringai lebar dan mendekati Hani.

"Apa maumu?" Tanya Hani datar. Hyuna berdecak. Ia lalu mengkode Lena dan Sanghi menggunakan dagunya. Lena dan Sanghi mengangguk dan langsung menarik kedua tangan Hani kebelakang. Hani berusaha memberontak namun Lena dan Sanghi semakin mengeratkan cengkeraman tangannya.

Hyuna mendekati Hani. Seringainya semakin lebar. Hani menatap Hyuna dingin. "Sebenarnya apa maumu hah?!" Seru Hani. Hyuna tertawa sarkstik. "Apa mauku? Mauku, kau menjauhi Taeyongku."

Hani tersenyum miring. "Taeyongmu? Hei sunbae, sejak kapan Taeyong menjadi milikmu? " Hyuna melotot marah. Ia lalu menarik rambut Hani membuat Hani mengerang kesakitan. "Kau. Dasar jalang tidak tahu diri. Seharusnya kau sadar jika kau tidak pantas dengan Taeyong. Kau pikir dia mau jadi pacarmu? Kau hanya sebagai mainanya saja, pabbo."

"Mainan? Woah.. aku tidak tahu kau sebegitu irinya denganku sunbae. Jika kau mau, kenapa tidak kau goda saja Taeyong. Bukankah kau yang jalang."

Plakk.. Sebuah tamparan mendarat mulus mengenai pipi kiri Hani membuat pipi yang tadinya putih itu memerah. Hyuna menatap Hani tajam. Ia lalu kembali menjambak rambut Hani membuat Hani kembali merasakan sakit dikepalanya. Bahkan Hani merasa beberap helai rambutnya ada yang tercabut dan itu sangat perih. "Yeoja br*ngs*k! Kau ingin cari mati hah?!" Bentak Hyuna.

"Bukankah kau yang ingin cari mati, Hyuna-ssi."

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang