Chap. 29

9.7K 996 2
                                    

"Walaupun kau menangis atau berteriak, aku tidak akan melepaskanmu."

Mata Hani membulat. Dihadapannya Taeyong menatapnya sayu. Tak ada tatapan dingin dan mengintimidasi. Yang ada hanya tatapan penuh cinta.

"Ma-maksudnya?" Tanya Hani bingung. Taeyong tersenyum. God, itu adalah senyum paling indah yang pernah Hani lihat.

"Kita berpacaran. Bukan pura-pura, kita berpacaran sungguhan."

Hani tertegun. Oh my.. ini yang ia inginkan. Taeyong memegang tangan Hani lembut. "Apa kau takut?"

Buru-buru Hani menggeleng. "Aniya. Aku senang kok. Aku tidak bisa menyukai orang lain selain Taeyong sun-"

Cup.. Hani mendelik. God, sudah berapa kali Taeyong menciumnya hari ini? Dua kali?

"Bukankah sudah kubilang, panggil aku oppa."

Hani tersenyum kikuk. "Mianhae. Aku tidak biasa." Taeyong tersenyum lebar. "Mulai sekarang kau harus terbiasa."

Pipi Hani merona. Siapa saja tolong sadarkan Hani sekarang. Ia sudah terbang hingga kelangit ketujuh karena senyuman seorang Lee Taeyong.

"Karena aku percaya dengan keseriusanmu, jadilah wanitaku satu-satunya." Ucap Taeyong sambil membelai pipi Hani lembut. Hani mengangguk pelan. Senyum tak lepas dari bibirnya.

"Kalau begitu sekarang kita pergi ke dokter!!" Kata Taeyong dengan tatapan dinginnya. Heol, kemana wajah manisnya tadi?

"Tapi 'kan ak-"

"Tak ada penolakan. Aku ingin perban yang dibalut oleh Jaehyun cepat diganti." Ucap Taeyong sambil mencium telapak tangan Hani yang terluka.

Ya Tuhan... kenapa Taeyong bisa begitu cepat merubah ekspresinya? Apa ia mengidap bipolar? Kenapa ia bisa menjadi pria manis namun sedetik kemudian menjadi dingin, lalu kembali menjadi manis? Hani, siapkanlah jantungmu. Semoga ia tak terlalu cepat berdetak atau kau harus ganti jantungmu dengan yang baru.

***

Seunghee berjalan sambil mengecek akun SNS-nya. Saat itulah ia tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat ponselnya terjatuh. Seunghee menggeram kesal lalu mengambil ponselnya yang tergeletak dilantai.

"Mianhae aku tid- Seunghee?"

Seunghee mendongak dan melihat Jaemin berdiri didepannya. "Jaemin? Sedang apa kau disini?"

Jaemin tersenyum. "Aku menonton pertandingan basket sekolahku. Sayangnya tim sekolahku kalah." Ucap Jaemin sambil menghela napas.

Seunghee membulatkan matanya. "Kau murid Hanlim?"

Jaemin mengangguk. "Woah.. kebetulan sekali kita bertemu disini."

Seunghee tertawa kecil. "Karena kau ada disini, maukah kau mengantarku berkeliling sekolahmu?" Tanya Jaemin. Seunghee mengangguk antusias.

"Geurom. Sekolahku itu sangat keren. Kau pasti akan terkagum-kagum." Ucap Seunghee bangga. Jaemin terkekeh. "Geurae, kajja." Jaemin lalu menarik tangan Seunghee. Seunghee yang mendapat perlakuan itu awalnya terkejut namun akhirnya ia membiarkan Jaemin membawanya.

***

Hani terus mengulum senyumnya. Sesekali ia mengelus tangannya yang terbalut perban. Ia masih tak percaya ia menjadi pacar sungguhannya Taeyong. Ia akui, selama ini ia sudah menyukai, ani mencintai Taeyong. Sifatnya yang tidak mudah ditebak membuat Hani terjatuh dan terpesona kepada Taeyong.

Hani terus berjalan dengan senyum lebar. Saking bahagianya ia tak melihat sekumpulan namja sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Chogiyo~" ucap salah seorang namja itu membuat Hani berhenti melangkah.

"Kau yeoja yang bersama Taeyong dilapangan 'kan?" Tanya namja itu lagi. Hani mengangguk polos. Namja itu tertawa kecil diikuti teman-temannya. Hani memperhatikan sekumpulan namja itu. Bukankah mereka dari tim basket Hanlim?

"Kau dari Hanlim high school?" Tanya Hani. Namja itu mengangguk. "Kulihat kau dekat dengan Taeyong. Kau pacarnya?"

Hani tersenyum malu saat mendengar kata pacar. "Ne. Aku pacarnya." Akhirnya. Akhirnya ia dapat dengan bangga mengatakan bahwa ia pacarnya Taeyong.

Sekumpulan namja itu bersorak membuat Hani kaget.  "Jinjjayo? Kau benar-benar pacarnya?" Tanya namja itu memastikan. Hani mengangguk canggung. Namja itu bersorak. "Woah.. selera Taeyong kali ini bagus juga."

Hani mengerutkan keningnya. Namja itu bicara apa sih?

"Namaku Kun. Salam kenal." Namja itu mengulurkan tangannya. Hani menjabat tangan Kun ragu-ragu. "Jung Hani imnida."

"Nama yang cantik. Seperti orangnya." Puji Kun membuat Hani merona.

Plak.. sebuah tangan memukul tangan Kun dengan keras membuat uluran tangan Kun dan Hani terlepas. Hani mendongak menatap namja disampingnya.

"Taeyong oppa?"

Taeyong melingkarkan tangannya dibahu Hani dan membawanya mendekat. Ditatapnya Kun dengan tajam. Kun terkekeh. "Woah.. Lihat, pahlawan kita sudah datang."

Teman-teman Kun tertawa. Taeyong tetap menatap Kun tajam. "Tenang man. Kau tak perlu menatapku seperti itu."

Taeyong menoleh menatap Hani. "Gwaenchana?" Tanya Taeyong. Hani mengangguk.

Kun mendecih. "Aku tak menyakitinya. Kenapa ku berlagak seakan aku menyakitinya?"

Taeyong kembali menatap Kun tajam. "Seleramu sedikit berbeda ya. Biasanya kau suka yeoja seksi. Kau dapat dia darimana?" Tanya Kun sambil menunjuk Hani. Hani memeluk pinggang Taeyong dan merapatkan tubuhnya.

"Jaga bicaramu." Ancam Taeyong. Kun terkekeh. "Sepertinya yeoja ini sangat penting bagi Taeyong." Pikir Kun.

Kun lalu mendekati Hani. "Boleh kupinjam dia? Dia cantik juga." Kun hendak memegang bahu Hani saat tiba-tiba Taeyong melayangkan pukulannya tepat dipipi kiri Kun.

Hani melotot. Teman-teman Kun hendak melawan Taeyong namun Kun menahannya. "Ternyata yeoja ini memang pacarnya." Batin Kun.

"Geurae, kau pelit sekali. Kalau begitu kami pergi dulu. Bye honey." ucap Kun sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Hani dan berlalu bersama teman-temannya. Hani menatap Kun aneh. Namja ini kenapa sih?

Taeyong terus menatap punggung Kun yang mulai menjauh dengan tatapan membunuh. Sampai akhirnya Hani memanggilnya. "Tae oppa?"

Taeyong menatap Hani. "Gwaenchana?" Hani mengangguk. Taeyong lalu menggenggam tangan kiri Hani yang tidak terluka. "Kajja, kuantar kau pulang."

***

"Ini ruang musik." Jelas Seunghee sambil menunjuk sebuah ruangan berwarna putih dengan berbagai alat musik didalamnya. Jaemin mengangguk mengerti. Mereka lalu kembali berjalan. "Sekolahmu bagus juga." Celetuk Jaemin. Seunghee tertawa kecil.

"Tentu saja." Ucap Seunghee. "Tapi tetap lebih hebat sekolahku." Ujar Jaemin bangga. Seunghee mendelik. "Ya!" Serunya membuat Jaemin tertawa keras. Namun tawa itu tak berlangsung lama saat matanya menangkap sosok Mark yang berdiri tak jauh didepannya.

"Eoh, Mark." Kata Seunghee. "Hei, kau sangat keren tadi." Puji Seunghee. Mark melirik Seunghee sekilas kemudian kembali menatap Jaemin tajam.

"Dunia memang sempit ya. Bahkan kita bertemu lagi." Ucap Mark datar. Jaemin berdecih. "Senang bertemu denganmu lagi, Mark."

Mark tersenyum miring. "Senang juga bertemu denganmu, Jaemin."

Seunghee menatap Jaemin dan Mark bingung. Sebenarnya mereka kenapa? Kenapa mereka saling memberikan tatapan tajam nan mematikan?

"Kalian kenapa?" Tanya Seunghee heran. Mark menatap Seunghee kemudian menarik tangannya. "Ya! Kenap-"

"Kuantar kau pulang." Potong Mark sambil terus menarik tangan Seunghee.

"Sampai jumpa lagi Jaemin." Seru Seunghee sambil melambaikan tangannya sementara Mark terus menggeret Seunghee.

Jaemin menatap punggung Mark yang mulai menjauh. "Well, kurasa aku tertarik dengannya. Bersiaplah Mark."

TBC

Ma Bad Boy <Lee Taeyong> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang