Part 09 - Bungkaman

112 7 0
                                    

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menelepon Bu Imah untuk memberitahukan bahwa Safira berada di rumah sakit.

Saat Bu Imah datang, dia pun juga sangat cemas, dengan kondisi Safira. Setelah dokter keluar dari ruangan, kami langsung menanyakan keadaan Safira. "Dia baik-baik saja! Hanya butuh istirahat karena kelelahan." Kata dokter.

"Terimakasih banyak, dok! Bolehkah kami masuk?" Tanyaku. "Tentu saja, Silahkan!" Sahut dokter. Dokter pun meninggalkan mereka.

Saat memasuki ruangan, Safira telah sadarkan diri dari pingsannya. Kemudian, Bu Imah menyuruhku untuk membeli buah-buahan yang tak jauh dari rumah sakit. Aku pun menuruti permintaan Bu Imah.

30 menit kemudian, aku kembali dan akan menuju ke rumah sakit. Tapi, perasaanku sama sekali gak tenang. Soalnya saat beli buah tadi, aku merasa diikuti oleh seseorang. Saat orang itu mengejar di rumah sakit, aku pun juga berlari dan tiba-tiba ada seorang lelaki yang membungkam ku dan membawaku sembunyi di bawah tangga yang dekat dariku. Dia adalah Adrian, saat kami bersembunyi aku masih dibungkam olehnya.

"Ternyata kalau kamu dilihat dari dekat seperti ini, kamu cantik juga." Kata Adrian dengan tambahan senyumnya yang ikhlas dan begitu menawan.

Jujur saja hatiku berkata, saat Adrian mengatakan itu aku terkejut dan melongo ke arahnya. Tetapi, aku tidak bisa berkata apa-apa, karena mulutku masih dibungkam olehnya. Dan juga, jantungku sangat berdebar-debar, ditambah dengan kegantengan dan karismatiknya. Ya Allah, kau begitu adil, menciptakan Nabi Yusuf kedua dalam hidup ini bagiku.

"Maaf! Aku masih membungkammu." Ujar Adrian sambil melepaskan tangannya.

"Iya, gak apa-apa kok!" Jawab ku.

"Lelaki itu siapa? Kenapa mengejarmu?" Tanya Adrian.

"Aku juga gak kenal. Mungkin dia paparazzi. Terus kamu ngapain disini?" Ucapku.

"Tadi pas selesai sholat Jumat, aku dapat kabar ini. Jadi, mau nengok Safira." Sahut Adrian.

"Oh gitu! Terus sama siapa?" Tanyaku.

"Sendiri. Ayo kalau kita ke Safira!" Ajak Adrian. Aku hanya menjawab dengan anggukan.

Sesampainya di ruangan lantai 1 No 27, ruangan Safira.

"Ya Allah, Nak! Habis dari mana saja, dari tadi kita nunggu kamu?" Tanya Bu Imah.

"Maaf, Bu! Tadi ada....." Jawab ku yang dipotong pembicaraan oleh Adrian. "Dia barusan saya ajak ngobrol, jadi sedikit lama." Sahut Adrian.

"Oh begitu! Nak ini siapa?" Tanya Bu Imah.

"Saya Adrian, Bu! Teman sekelasnya Aisyah dan Safira. Saya disini untuk menjenguk Safira, dan ini buah-buahan untuknya. Saya barusan beli." Kata Adrian sambil menyusahkan buah yang ada ditangannya.

"Ya Allah! Padahal saya tadi nyuruh Aisyah. Jadi ngerepotin Nak Adrian!" Ucap Bu Imah.

"Gak apa-apa, Bu!" Jawab Adrian.

"Bu Imah, ini uangnya yang mau dibelikan buah!" Kataku sambil menyerahkan uang 100 ribuan.

"Safira, bagaimana keadaan mu? Apa ada yang masih sakit?" Tanya ku yang begitu risau.

"Enggak ada, kok! Cuma pusing sedikit, kata dokter sebentar lagi aku sudah boleh pulang." Jawab Safira.

"Alhamdulillah." Sahut ku dan Adrian bersamaan. "Kalau begitu ibu mau ke ruang administrasi dulu." Ucap Bu Imah sambil meninggalkan ruangan.

"Apa Priyan gak jenguk?" Tanya Safira. "Enggak tau! Tadi dia cuma cuek gitu, setelah Sarah beri kabar ini di kelas. Memangnya kenapa? Lo kangen sama dia?" Jawab Adrian yang usil.

"Astagfirullah, jangan negatif thinking dulu. Cuma mau bilang, aku mau pinjam buku catatan Biologinya. Itu doang." Jawab Safira yang berusaha menghindari.

"Oh gitu, kirain..." Sahut Adrian yang jail.

"Aisyah!" Panggil Adrian yang membuatku langsung merespon pandangan ke arahnya "Apa?" Jawab ku.

Saat Adrian akan mengatakan sesuatu, datanglah Bu Imah dan Sarah. "Safira ada yang mau jenguk kamu lagi itu." Kata Bu Imah.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Sarah. "Alhamdulillah! Sudah mulai baikan. Terimakasih banyak atas bantuanmu!" Ujar Safira.

"Iya sama-sama!" Sahut Sarah.

*****
Vote & coment. Terimakasih!

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang