Di apartemen, terdapat dua makhluk manusia bernyawa ciptaan Allah yang maha kuasa yang berbeda gender sedang asyik mengobrol.
"TFT ya, Yan!" Ucap Aisyah.
"Your welcom." Sahut Priyan.
"Yaudah kalo gitu gue masuk duluan ya. Bye! Sekali lagi thanks buat hari ini." Ujar Aisyah sambil memasuki apartemennya.
Setelah Aisyah masuk ke apartemen, sekarang giliran Priyan yang memencet tombol angka password dan menutup pintunya.
*****
Lain Aisyah lain pula dengan Adrian. Sesampainya di rumahnya, Adrian langsung melempar tubuhnya di kasur yang begitu luas, yang dipikirkannya adalah istirahat.
Saat Adrian akan memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. "Masuk aja! Lagian pintunya juga gak dikunci." Teriak Adrian.
Setelah itu, dia pun memasuki ruangan kamar yang begitu luas. "Lo lagi ngapain?" Tanya Arjun.
"Lagi mager." Ketus Adrian.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Hm... Ngomong aja!"
"Lo punya psikiater yang hebat gak untuk nyembuhin gue?"
"Hah? Psikiater? Kalo itu sih banyak yang gue kenal, tapi tinggal lo aja yang nyaman atau gaknya." Jawab Adrian yang merubah posisi tidur menjadi duduk disampingnya Arjun.
"Sebenarnya gue gak mau ke psikiater, tapi gue juga pengen lepas dari penyakit ini."
"Gue mau tanya sama lo! Lo pernah gak ngerasain jatuh cinta?"
"Hah? Kenapa lo tanya tentang itu, Dri?"
"Enggak. Cuma selama kita bareng, lo gak pernah tentang lo jatuh cinta sama siapa gitu."
"Gak pernah. Kalo lo sendiri?"
"Gue cuma pengen dia. Tapi, gue juga gak tau dia tumbuh dengan wajah gimana? Soalnya gue suka sama dia waktu kecil, sampek sekarang gue enggak bisa buka hati gue buat siapapun, selain buat dia."
"Yaudah perjuangin aja cewek kayak gitu. Lo nunggu sampek lumutan. Btw, gue pengen bicara ke intinya!"
"Perasaan dari tadi lo mau ngomong deh. Udah ngomong tapi baru sekarang ke intinya."
"Gue kok ngerasa bersalah banget sama temennya si Aisyah itu."
"Hah? Siapa? Ooo.... si Safira?"
"Hm."
"Emang lo kenapa merasa bersalah sama dia?"
"Lo ingat saat pulang dari lab dia nangis-nangis? Sebenarnya, gue bentak dia. Saat dia nanya ke gue udah selesai nyari buku apa belom. Tapi pas momen itu emang gue lagi bad mood terus gue juga Xenophobia kan. Makanya, gue pengen nyari psikiater buat nyembuhin gue."
"Hah? Serius lo? Tapi, sepenuhnya bukan salah lo juga, Jun! Dia kan kagak tau kalo lo punya Xenophobia. Kalo dia tau pasti dia bisa ngerti permasalahan lo ini. Terus gue usahain buat nyari psikiater yang oke buat lo. Jadi, enjoy aja bro."
"Thanks ya, Dri."
"Your welcom, my brother. Tapi gue curiga deh sama lo!"
"Hah! Kenapa?"
"Lo pengen nyembuhin penyakit lo, gara-gara lo merasa bersalah sama Safira. Atau jangan-jangan lo punya perasaan ya sama dia?"
"Lo ngomong apaan sih? Kagak ngerti gue. Lo aja yang prasangka buruk sama gue."
"Terus kenapa lo tiba-tiba pengen nyembuhin penyakit lo ini dari sekian lamanya dari taun gajah sampek taun semut ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad to Beautiful (First Love)✔
Teen FictionSeorang gadis yang menutupi wajah paras cantiknya demi melindunginya. Tetapi, cobaan sedang melandanya, orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dia harus tetap berjuang demi melanjutkan hidupnya, mandiri. Pada suatu hari, Allah sangatlah adi...
