Part 45 - Dinner

50 4 2
                                    

Pada malam harinya, Aisyah sedang asyik mendengarkan musik sambil belajar. Belajar mapel untuk menghadapi UN yang di depan mata.

Soal matematika berusaha ia taklukan, karena Aisyah memang penyuka mapel ini. Padahal hari pertama bukan itu pelajarannya.

Drrt. ...

Ponsel bergetar, tanda pesan masuk ada pada benda kecil itu. Dengan segera, Aisyah membuka aplikasi pesan. Nama Adrian tertera.

Gue jemput malam ini ya!

"Uhuk, uhuk!"

Aisyah membulatkan matanya, Adrian barusan mengirim pesan yang sama sekali tidak dipercaya.

"Tadi di sekolahan udah kelakuannya anjir. Sekarang kayak gini lagi. Ini orang kayak bunglon aja. Ubah-ubah melulu deh." Gumam Aisyah.

Setelah itu, Aisyah mengetik balasan di keyboard ponsel nya.

Sorry! Gue sibuk!

Sebagai awalannya, Aisyah harus gengsi dulu. Niat dendam yang telah apa dilakukan Adrian di sekolahan tadi.

Gue udah di depan pintu lo nih!

Aisyah sangat terkejut. Niatnya gengsi dan dendam malah kena sendiri. Kayak boomerang aja. Wait, boomerang. Bukannya judul lagunya Wanna One-nya, au ah gelap.

Segera Aisyah keluar dari kamar, dan melihat di interkom untuk memastikan Adrian memang ada di luar atau tidak.

Aisyah menekan salah satu tombol, dan benar saja. Adrian telah menunggu si luar. Memakai pakaian yang pastinya tidak murahan yang kayak di pasar loak.

Kemudian Aisyah membukakan pintu dengan wajah yang sangat kesal.

"Bukannya gue udah ngomong ya! Kalo gue hari ini sibuk. Bandel banget kalo diomongin." Ucap Aisyah sambil membuang muka dan melipat tangannya.

Tanpa diberi isyarat masuk, dan Aisyah masih di tengah pintu. Adrian menghela napas berat dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

"Bukannya gue udah janji tadi. Pas di rooftop, kalo gue mau ngajak jalan lo malam ini." Jawab Adrian yang begitu santai.

Aisyah melepas lipatan tangannya, sambil mengerutkan keningnya. Matanya beralih-alih pandangan untuk mengingat kejadian tadi di sekolah.

"Oh yang itu..... Bukannya itu semua cuma april mop ya? Makanya gue santai aja hari ini." Ketus Aisyah.

"Kalo yang itu bukan april mop. Kalo pas gue ngomong kita pacaran, itu baru april mop. By the way, lo katanya hari ini sibuk. Tapi barusan lo ngomong kalo hari ini santai. Jadi, gimana ni yang bener?" Kata Adrian membuat Aisyah tidak bisa berkata apa-apa.

Aisyah menelan air ludahnya sendiri. Memang kalo soal debat, Adrian tidak mau untuk mengalah, ditambah lagi Adrian itu pintar, pastinya dia pakek logika. Supaya, lawannya tidak bisa berkutik.

"E. .. iya, sibuk, gue... gue emang... sibuk. Tapi gak salah dong, kalo gue... emm.... gue santai gitu." Jawab Aisyah terbata-bata. "Udahlah, balik sono! Gue males." Sambung Aisyah sambil bergerak untuk menutup pintu.

Tap.

Pintu ditahan oleh sebuah tangan besar, tapi putih, dan halus. Tentu saja, siapa lagi kalo bukan Adrian.

"Gue gak terima penolakan." Tegas Adrian dengan mata tajam.

Aisyah menelan ludah, dan sedikit merinding karena dia kini sepertinya memang benar-benar takut dengan Adrian.

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang