Part 16 - Ribet

95 6 0
                                    

Pada malam harinya, mobil Adrian datang. Dan Aisyah telah menunggu Adrian di luar dan ditemani oleh Safira. Kemudian, Aisyah melambaikan tangannya kepada Safira, begitupun dengan Safira. Setelah mobil merah pergi, Safira masuk ke dalam rumah.

"Memangnya kita mau kemana?" Tanya Aisyah.

"Mau lo kemana?" Sahut Adrian.

"Loh, Kok malah balik tanya? Kan kamu yang ajak!" Ujar Aisyah.

"Kita ke tempat lesku yuk! Biar kita bisa belajar bareng." Sahut Adrian.

"Yaudah deh!" Singkat Aisyah.

2 jam kemudian.......

"Gimana? Nyaman gak les disini?" Tanya Adrian. "Emm... Lumayan." Jawab Aisyah.

Tiba-tiba, saat mereka ingin menuju mobil yang Adrian diparkirkan, tangan kanan Aisyah ditarik oleh seseorang.

"Lo pulang sama gue aja?" Ucap Priyan.

"Priyan! Bagaimana bisa kamu ada disini?" Tanya Aisyah penuh heran.

"Lo kira siswa Indonesia kayak gue itu gak boleh les. Naiklah ke mobil gue!" Jawab Priyan yang masih menarik tangan Aisyah.

Saat Priyan masih berjalan beberapa langkah dia berhenti, kemudian menghadap belakang. Yang ternyata, kini tangan kiri Aisyah ditarik oleh Adrian.

"Enak aja, lo bawa kabur Aisyah seenaknya. Dia berangkat sama gue, jadi pulangnya juga harus sama gue." Kata Adrian penuh sinis.

"Gue tau! Tapi, gue juga pengen sama Aisyah." Sahut Priyan juga sinis.

Aisyah hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ke arah mereka bergantian. Kemudian, tangan Aisyah menghempaskan tangan yang dipegang oleh Adrian dan Priyan. "Aku bisa pulang sendiri! Terimakasih atas tawaran kalian. Permisi! Assalamualaikum!" Kata Aisyah sambil meninggalkan mereka.

Setelah, Aisyah pergi yang dia menumpangi bus busway. Adrian dan Priyan masih melanjutkan pertengkaran mereka.

"Ini adalah langkah awal untuk mendapatkannya." Ucap Priyan sinis.

"Lihat saja! Gue gak akan kalah dari lo, Yan!" Sahut Adrian juga sinis.

"What ever you! Gue juga gak akan mudah untuk Aisyah dengan lo. Camkan kata-kata ku. Bye!" Ujar Priyan sambil pergi meninggalkan Adrian.

"Gue enggak akan mudah untuk nyerah gitu aja. Gue udah janji untuk tidak meninggalkan Aisyah." Gumam Adrian. Dia pun juga pergi dari lokasi.

*****

Sesampainya di panti....

"Lho? Kok sendirian, mana Adrian?" Tanya Safira yang telah menunggu Aisyah di luar.

"Tadi, kusuruh dia untuk nganterin aku sampai di depan sana. Aku juga gak mau ngerepotin dia. Jadi, aku sendirian deh! Hehehehe." Jawab Aisyah yang berbohong.

'Kamu berbohong, Aisyah! Tapi, aku mengerti penderitaan mu. Matamu memang berkata lain. Tapi aku akan selalu menghargaimu. Aku akan menunggu kamu cerita sendiri.' Gumam Safira dalam hati.

"Yaudah! Ayo ke dalam!" Ajak Safira. Aisyah menjawab dengan anggaran.

***Sekolah***

Aisyah POV

"Pemberitahuan kepada Aisyah Hanna Putri, harap di ruang tata usaha sekarang juga. Terimakasih!"

Aku meminta izin kepada Bu Rini, guru Bahasa Inggris untuk diizinkan keluar kelas.

Sesampainya di ruang tata usaha, Bu Ningsih selaku karyawan tata usaha memberikan ku dokumen. Seketika itu juga, aku pun membuka dokumen tersebut.

Setelah tau isinya, aku sangat terkejut. Ternyata dokumen itu adalah surat-surat penting dari mendiang orang tua ku. Surat warisan perusahaan yang dialihkan di Banyuwangi ke Jakarta menjadi milikku, alamat apartemen ku. Serta semua warisan yang ada jatuh kepadaku.

Untung saja, ruangan milik Bu Ningsih khusus. Dan ternyata dia adalah istri dari tangan kanan abiku, yaitu Pak Suyono.

Tentu saja, apabila abi ku telah percaya dengan Pak Suyono dan Bu Ningsih, pastinya aku juga harus mempercayai mereka.

Kring. ... Kring...... Kring...... Bel pulang sekolah telah berbunyi.

Aku dan Safira pun pulang. Saat mereka telah menumpangi bus. Mereka beraktivitas dengan mengobrol.

"Aisyah! Kenapa tadi kamu dipanggil?" Tanya Safira.

"Oh! Tidak ada apa-apa kok! Cuma aku harus melakukan pembayaran administrasi aja. Hehehehe!" Jawabku gugup.

"Aisyah! Kamu nganggap aku apa sih? Setiap hari kamu bohong terus saat aku tanyai sesuatu. Kamu gak percaya sama aku?" Sahut Safira yang sedikit kecewa.

Deg... jantung ku bagaikan berhenti berdetak. Setelah itu, aku menunduk karena menyadari akan kesalahan ku.

"Maafkan aku, Fira! Bukan itu maksudku. Aku hanya belum siap menceritakan pada siapapun. Jadi, tolong mengerti lah!" Ucap ku masih menundukkan kepala dan aku juga merasa sedih. "Insya Allah, kalo ada waktu aku bakal nyeritain semuanya ke kamu sama Bu Imah. Kami hanya cukup sabar saja." Lanjutku.

"Ok, baiklah! Aku tunggu. Tapi, lain kali kamu jangan bohong terus sama aku. Janji?" Kata Safira sambil menunjukkan jari kelingkingnya. "Em, aku janji!" Balas ku yang juga membalas jari kelingkingnya.

*****
Voment. 감사합니다! Maaf kalo ceritanya kependekan, terus gak jelas, bosenin, soalnya author bingung....

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang