Part 33 - Neighbor

67 3 0
                                    

Adrian POV

Pulang dari pertemuan itu, aku tidak langsung pulang ke rumah. Justru aku ke apartemen untuk membeli apartemen sendiri.

"Apakah di lantai 25 masih tersisa apartemen yang kosong?" Tanyaku kepada petugas apartemen ini.

"Iya, tinggal tersisa satu. Apakah Anda yakin ingin membelinya?" Jawab petugas itu.

"Iya saya akan membelinya, jadi berapa harganya?" Sahutku.

"Harga apartemennya adalah 12345xxxxx rupiah dan bisa di cicil setiap bulannya seharga 67xxxxx rupiah dalam waktu 1 tahun. Dan dpnya seharga 89xxxx rupiah. Bagaimana?" Katanya.

"Iya, saya langsung bayar lunas saja. Ini ceknya!" Jawaban sambil menyerahkan selembar kertas cek.

"Baik saya akan proses. Dan apartemen lantai 25 nomor 2003 sekarang kini milik Anda. Terimakasih atas kepercayaan kepada kami." Kata petugas itu yang ramah.

"Iya, sama-sama." Jawaban singkat ku.

Setelah itu, aku pun menuju lift untuk melihat apartemennya. Aku ingin sekali beristirahat dengan tenang. Saat lift berbunyi dan pintu terbuka, tanda bahwa sampai di lantai yang ku tuju.

Saat akan keluar dari lift, aku bertemu dengan Aisyah yang akan menuju lift.

"Adrian!" Aisyah yang terkejut melihat ku. "Kok lo bisa ada disini? Ngapain?" Tanyanya.

"Pelan-pelan aja kali, Syah! Gue beli apartemen disini, kita tetanggaan. Lo nomor 2002, gue nomor 2003." Kataku.

"Wah bagus deh kalo gitu! Berarti gue punya 2 tetangga sekaligus temen sekelas gue. Sedangkan punya Priyan nomor 2001." Sahutan Aisyah dengan wajah sumringah.

"Gue gak nanya tentang dia." Ketus ku. Aku jujur, males banget kalo ngomongin tentang Priyan. "Lo mau kemana?" Tanyaku.

"Mau buang sampah. Ini sampah udah numpuk." Jawabnya sambil membawa dua kantong plastik besar.

"Yaudah gue bantuin." Tawarin ku yang siap siaga mau ambil sampah dari tangan Aisyah.

"Gak usah! Lo aja masih pakek jas rapi kayak gini. Nanti kotor lagi, lagian gue juga gak ada uang buat ganti rugi jas lo itu." Sahutnya.

"Gak papa kali. Lagian ini jas juga udah lama banget, malahan gue pengen jas ini gue sumbangin." Ucapku.

"Gak usah. Kalo lo tetep maksa bawa ini sampah, gue hapus nama lo dari daftar para teman gue. Alias kita jadi musuh." Kata Aisyah ketus.

"Allahu akbar! Cuma gara-gara sampah, lo gak mau temenan sama gue. Kayak kurang topik aja buat alasan berantem." Kataku.

"Biarin, siapa suruh lo gak mau dengerin gue. Kan gue jadi marah." Jawaban Aisyah yang masih ketus.

"Iya-iya, yang waras ngalah aja deh!" Ucap ku sambil mengacak rambutnya.

"Oh, jadi selama ini gue crazy people gitu?" Aisyah yang bertambah kesal, membuat ku tertawa dengan tingkah Aisyah yang bagi ku sangat menggemaskan.

"Pokoknya lo yang bilang, bukan gue. Yaudah, hati-hati kalo gitu." Jawab ku sambil nyubit pipi Aisyah yang menambah bad mood.

"Bye!" Ketus Aisyah yang melangkahkan kakinya menuju lift.

Waktu sebelumnya seperti kegelapan, kini diterangi oleh sebuah lilin yang membuat ku lebih semangat. Itu semua karena ada Aisyah. Aku merasa, aku telah menemukan cinta pertama ku. Padahal aku tau, aku ingin sekali bertemu dengan gadis kecil yang telah menjadi cinta pertama ku. Tapi entah mengapa, saat aku bertemu dengan Aisyah, tujuan itu hilang dengan sendirinya. Rasanya aku sangat lega, Aisyah berada di sisiku. Ya Allah, tolong lebih dekatkan aku dengan Aisyah. Aku tidak ingin Aisyah hilang dari sisiku.

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang