Part 14 - Rahasia Terbuka

96 6 0
                                    

Esok hari......

Kring..... kring..... kring....

Waktu begitu cepat, tanpa disadari jam telah menunjukkan pukul 3 sore atau jam pulang sekolah. Tiba-tiba, geng Rasti memanggil ku untuk menuju ke lapangan tengah sekolah.

Semua siswa telah pulang, dan hanya ada beberapa siswa dan guru saja. Tapi, aku sangat malu, karena aku dipermalukan oleh Rasti di tengah lapangan, meskipun orangnya sedikit. Aku hanya bisa menangis sendu.

Semua orang pasti sangat menikmati pemandangan itu, bagiku sangat menghancurkan harga diriku. Safira yang melihatku juga sangat sedih, dia juga ingin melindungi ku, tetapi dia takut kepada geng Rasti. Sedangkan, Adrian belum datang di lapangan.

Sesampainya di tengah lapangan, aku menjadi pusat perhatian semua orang, beberapa siswa maupun guru. Sedangkan belum ada yang bisa menolong ku. Semua orang hanya bisa acuh dan senang akan pertunjukan semua ini. Bagiku, mereka semua jahat, senang melihat penderitaan orang lain yang sangat membutuhkan bantuan ini.

Ya Allah bantulah hambamu ini. Aku mohon Ya Allah, kalau ini jalan yang terbaik buat aku. Aku akan berusaha ikhlas dan sabar.

Banyak siswa cowok justru yang membantu Rasti. Maklum saja, Rasti itu cantik, sedangkan aku di mata mereka sebagai pencuri.

Tiba-tiba. ...

Byur

Ada 4 siswa cowok yang membawa selang dan menyiramkannya kepadaku dari arah berlainan. Aku hanya bisa menutupi wajah ku dengan tangan. Seketika  itu juga, masker yang selama ini menutupi ku mulai luntur secara perlahan.

Akhirnya, 4 cowok itu mematikan kran, karena kedatangan Pak Johan selaku guru olahraga yang super galak, akhirnya pertunjukan berakhir.

Tunggu berakhir... Belum, ini semua belum berakhir. Aku membuka tanganku dan menampilkan wajah ku ke semua orang, sambil bernapas dengan terengah-engah, karena ketakutan dan deg-degan.

Semua orang, siswa maupun guru sangat terkejut dengan ku. Apalagi 4 kaum cowok itu, yang reaksinya super kaget. Setelah itu, Safira menghampiri ku dan memberikan jas kepadaku, karena dia tau, bahwa aku sangat kedinginan. Kemudian, kami pergi menuju kelas. Mata semua orang tak henti-hentinya melihat kami dan menjadi berita terupdate, terpanas seantero sekolah SMAN Pancasila.

Aku dan Safira memutuskan langsung pulang saja, karena keadaan dan kondisi yang sangat buruk.

***Di Panti***

Sesampainya di panti, Safira menceritakan semuanya kepada Bu Imah. Bu Imah yang mendengar pun juga turut sedih.

Tiba-tiba, datanglah mobil sport merah datang, Adrian. Dia bertamu ke panti untuk lebih mengetahui secara detail cerita yang terjadi pada saat sekolah tadi.

Setelah Adrian datang, Bu Imah mengambil camilan dan minuman. Dan meninggalkan mereka, karena merasa semua ini obrolan kalangan anak muda.

"Aisyah! Bagaimana keadaan lo? Maafin gue, gue telat untuk semuanya. Lo pasti sangat sedih atas perlakuan Rasti sama lo. Tapi gue ingin bertanya, kenapa lo sembunyiin identitas besar lo ini si depan publik?" Kata Adrian tanpa spasi.

"Iya gak papa kok! Lagian semuanya telah terlanjur terjadi. Nasi telah menjadi bubur." Jawab ku. Setelah itu aku menceritakan semua yang terjadi, kenapa aku melakukan ini semua.

"Lo wanita hebat." Jawab singkat Adrian. "Gue janji sama lo, gue akan berusaha jagain lo sesuai kemampuan gue. Jadi, jangan khawatir. Gue akan selalu melindungi lo. Gue janji." Lanjut Adrian.

"Ehem!" Jail Safira. "Kayaknya kalian punya hubungan khusus deh!" Lanjut Safira.

Aku dan Adrian langsung menoleh ke arah Safira. "Bukan begitu kok! Kamu kok negatif thinking sih sama aku?" Kataku. "Sudahlah lupakan. Aku mau ke belakang dulu." Lanjutku.

"Mau kemana? Disini kan udah ada minum." Tanya Safira. "Aku mau minum air putih saja." Jawab ku. "Oh, oke!" Sahut Safira.

***Di dapur***

Saat aku tengah asyik minum di depan dispenser dan akan kembali ke ruang tamu. Tiba-tiba, ada seseorang di belakang ku, spontan saja aku langsung menyembur dia, karena air putih yang aku minum belum aku telan.

Dan tepatnya lagi, aku menyembur dia tepat pada wajahnya. Tak disangka dia Adrian, Adrian pun langsung basah kuyup, selain mengenai wajahnya juga pakaiannya basah.

"Astagfirullah! Maafkan aku, aku... aku... gak sengaja." Kataku yang penuh rasa bersalah, kemudian aku mengambil sapu tangan yang ada pada saku ku untuk membersihkan bajunya yang basah dan wajahnya.

"Tidak apa-apa kok!" Jawabnya.

Saat aku membersihkan wajahnya, mata kami saling bertatapan satu sama lain. Jarak muka kami juga dekat, jantung ku berdetak begitu cepat.

Tiba-tiba, tanganku disentuh oleh Adrian. "Biar gue aja yang bersiin." Katanya yang sedikit canggung.

Aku pun menurutinya, dan menjauhi wajah tampannya.

Setelah itu, kami kembali ke ruang tamu. "Kalian dari mana saja sih? Kok lama banget." Kata Safira. Aku dan Adrian saling bertatapan sebentar. Tapi keadaan begitu sangat canggung.

"Gak usah dipikirkan, gue pulang. Terimakasih atas jamuannya. Assalamualaikum." Kata Adrian.

"Wa'alaikumussalam." Jawab kami bersamaan.

Setelah Adrian pergi, aku menceritakan semua yang terjadi saat kejadian di dapur. Safira yang mendengarnya sambil tertawa geli. Sedangkan, aku memasang wajah masam.

*****
Voment. Terimakasih!

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang