Part 24 - Sad

67 4 0
                                    

Aisyah dan Safira memilih pulang ke apartemen Aisyah. Dan Safira, untuk sementara waktu ingin menginap disana. Lagipula, Aisyah telah meminta izin kepada Bu Imah.

Sesampainya di apartemen, Safira duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan kosong dan air matanya yang terus mengalir. Sedangkan, Aisyah yang membawa nampan berisi camilan dan minuman hanya bisa menghela napas berat. Sebenarnya, dia bingung kenapa Safira menangis begitu derasnya.

"Lo makan sama minum ini! Supaya lo merasa sedikit baikan. Jangan dipaksakan dulu, kalo lo belum siap untuk menceritakan semuanya!" Kata Aisyah sambil meletakkan nampan di meja.

"Aisyah! Apa gue ada salah sama dia?" Tanya Safira yang tetap menangis.

"Hah? Salah? Salah sama siapa?"

"Hiks... hiks. .. hiks.... Rasanya sakit banget tau gak." Justru tangisan Safira bertambah memuncak.

"Yaudah. Lo selesain nangis lo itu, nanti kalo udah selesai nangis baru cerita. Ok?"

"Tadi disaat gue tanya sama dia. Dia malah jawabnya kasar banget, gue gak nyangka. Gue kira dia gak kekasar itu, meskipun sikapnya dingin dan jutek." Jawab Safira yang masih mengeluarkan air mata.

"Dia? Si anak jenius itu?"

Safira menjawab dengan anggukan, kemudian menutup wajahnya menggunakan tangannya karena Safira masih menangis.

"Kasar gimana maksudnya?"

"Tadi saat cari buku untuk bahan kajian penelitian. Gue tanya baik-baik sama dia, apa dia udah selesai mencari bukunya apa belum. Tapi dia justru jawabnya bentak aku. Siapa coba yang gak kesel, akan jawaban dia ke gue. Hiks.... hiks.... hiks. .."

"Lo yang sabar ya! Namanya juga suka sama seseorang, pasti butuh proses dulu. Gue disini akan selalu bantuin lo. Gue bakal dengerin cerita lo. Tapi jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan lo itu. Gak baik!"

"Terimakasih banyak ya, Aisyah! Lo emang teman gue yang terbaik."

"Yaelah! Santai aja kali."

*****

Di rumah keluarga Maulana. Mereka baru saja selesai makan malam. Setelah itu, Arjun langsung menuju ke kamarnya. Sedangkan, orang tua Adrian dan Adrian sedang asyik menonton TV.

"Adrian! Papa liat, dari tadi Arjun diam terus. Apa dia punya masalah?" Tanya papa.

"Kayaknya enggak deh, pa! Tapi Adrian juga heran, sejak pulang sekolah tadi dia sudah seperti itu." Jawab Adrian.

"Yaudah, Nak! Liat kondisi Arjun di kamarnya. Apa dia baik-baik saja atau tidak?" Sahut mama.

"Baik, ma!" Ucap Adrian yang bangkit dari duduknya.

Tok... tok... tok.... Adrian mengetuk pintu kamar Arjun. "Masuklah! Pintunya gak dikunci." Ucap Arjun.

Ceklek. ...

Adrian membuka pintu kamar secara perlahan. Kemudian, dia melihat sosok Arjun yang sedang asyik belajar. Setelah itu, Adrian duduk di pinggiran kasur Arjun.

"Jun, ada yang gue mau omongin!" Ujar Adrian.

"Ngomong aja."

"Lo kenapa sih? Sejak pulang dari sekolah, lo diam membisu gitu. Apa lo punya masalah?"

"Enggak ada."

"Oh yaudah. Gue tinggal. Pasti gue ganggu lo banget." Ujar Adrian yang bangkit dari tempat duduknya.

"Tunggu! Jangan keluar dulu! Gue pengen banyak cerita banyak tentang kita."

"Hah? Serius? Biasanya lo sama sekali gak tertarik dengan ini semua!"

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang