Part 29 - All

82 5 0
                                    

Seperti yang Adrian katakan, semua hanya bisa menurut kata Adrian yang ancamannya sangat menakutkan.

*****

Arjun pulang bersama Safira, mereka menuju halte bus yang tak jauh dari sekolah. Mereka menunggu bus datang, tapi suasana mereka begitu hening.

Saat bus datang mereka segera menaiki bus, duduk mereka saling membelakangi. Dan tetap keadaan hening.

Akhirnya, Safira pun angkat bicara. "Ehem... Lo gak mau ngomong apa gitu?" Kata Safira yang berada di belakang tempat duduk Arjun.

"Enggak!" Singkat Arjun sambil mendengarkan lagu di headset dan menutup mata serta melipat tangannya.

"Aish... jutek amat." Gumam Safira sambil memajukan bibirnya.

Saat halte berhenti, Arjun pun segera turun. Sedangkan Safira bingung, karena rumahnya Adrian masih terus. Sedangkan panti Safira pun juga dekat dengan pemberhentian bus, tapi Safira tidak langsung pulang ke panti, dia ingin berkunjung di rumah tantenya, karena ibunya sedang memberikan amanah kepada Safira.

Safira tidak mau berkata apa-apa, pastinya Arjun jawabnya juga jutek.

"Lo ngapain ngikutin gue?" Tanya Arjun yang bertanya kepada Safira yang berada di belakangnya.

"Idih, geer! Siapa yang juga yang ngikutin elu?" Sahut Safira.

"Kalo gak ngikutin gue, terus ngekor di belakang gue itu namanya bukan ngikutin?" Ucap Arjun.

"Ya Allah! Lo aja yang kegeeran tinggi sampek sidratul muntaha. Gue tinggal di deket sini. Seharusnya gue yang tanya sama lo, lo ngapain kesini?" Ujar Safira.

"Bukan urusan lo." Singkat Arjun kemudian melanjutkan langkahnya. Mendengar jawaban Arjun yang begitu cuek, Safira hanya bisa menghela napas kasar.

Langkah mereka pun berhenti di sebuah rumah klinik khusus psikologi. Saat Arjun memasuki ruang tunggu klinik, Arjun pun penuh bertanda tanya dengan Safira, bagaimana Safira tau kalo dirinya juga mau ke klinik.

"Elo stalker ya?" Sahut Arjun sinis.

"Ya Allah Ya Rohman! Ini klinik punya tante gue. Gue mau jenguk dia. Terus lo punya urusan apa kesini?" Ucap Arjun.

Arjun pun terdiam dan menganga dengan ucapan Safira. Dia sama sekali tidak tau, kalo dokter psikologinya adalah tantenya Safira.

"Hello! Lo ngapain bengong?" Tanya Safira sambil melambaikan tangan di depan muka Arjun.

Tiba-tiba, datanglah seorang wanita berhijab memakai jas putih. "Assalamualaikum." Salam wanita tersebut.

"Waalaikumsalam." Jawab Arjun dan Safira bersamaan, kemudian mereka mengarahkan mata mereka ke sumber suara tersebut.

"Tante." Teriak Safira heboh, kemudian memeluk tantenya dan menciumnya pipi kanan maupun pipi kiri.

"Ya Allah, Safira! Udah lama gak ketemu ya, sekarang kamu makin cantik aja." Kata tante itu yang bernama Sandra.

"Mujinya terlalu berlebihan deh! Aku kangen banget sama tante, terakhir kali kesini pas hari raya lebaran kemarin." Ucap Safira.

"Kamu kesini sama siapa?" Tanya Sandra.

"Tu." Safira sambil menunjukkan ke arah Arjun dengan dagunya.

"Kamu! Bukannya, kamu kemarin yang menghubungi klinik saya kemarin?" Tanya Sandra.

Arjun hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Dia sama sekali tidak tau mengenai ini semua, dia merasa menyesal. Arjun ingin menarik semua perjanjian dengan dokter Sandra itu, tapi tidak etis apabila Arjun melakukan itu semua.

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang