Part 40 - Air Mata

61 4 0
                                    

Setelah keluar dari lingkungan sekolah, Aisyah menuju halte. Dengan langkah yang lamban sambil menangis dan akan menuju halte.

Saat duduk di bangku halte, Aisyah terus memandang kosong ke arah depan dengan air mata mengering.

Mungkin gue sama Adrian memang gak ditakdirkan. Ini adalah sebuah petunjuk yang bakal terjadi 10 tahun yang lalu. Ya Allah, tolong, rasanya sesak banget. Sakit. Batin Aisyah.

Tiba-tiba ada seseorang yang menaiki mobil ninja yang menghampiri Aisyah yang asyik melamun.

Kemudian, dia mengayunkan tangannya di depan wajah Aisyah. Tapi not responding.

"Aisyah, jangan ngelamun! Nanti kesambet, baru tau rasa lo." Ucap dia yang membuat Aisyah kaget.

"Astagfirullah, siapa yang ngelamun sih kak? Orang lagi pantengin arah depan kok." Sahut Aisyah yang menunjuk ke arah lurus.

Kemudian, dia juga ikut beralih pandangan yang ditunjuk Aisyah.

"Gak ada apa-apa kok. Lo pantengin apa sih?"

"Gue pantengin masa depan. Hahahaha. .."

Krik. ..

Krik...

Krik...

"-_-. Garing tau gak. Gak ada lawakan lain apa?" Lelaki itu yang ikut duduk disamping Aisyah.

"Gak ada. Gak ada inspirasi buat ngelawak."

"Lo habis nangis ya? Mata lo bengkak gitu."

"Enggak kok." Sambil membuang pandangan untuk mengusap matanya yang memang bengkak.

"Jangan bohong. Gue tau kok lo habis nangis. Cewek itu bilang enggak apa-apa, tapi hatinya sakit. Iya kan?"

"Kok kakak tau sih? Hehehehe. .. Kayak lagunya Taeyeon yang judulnya Fine, tapi liriknya I'm Not Fine. Iya kan?"

"Itu tau. Lo kenapa nangis? Gara-gara cowok ya?"

"Kak Daffa sok tau. Udahlah gue mau pulang dulu." Berdiri meninggalkan halte.

Tapi, langkah Aisyah terhenti karena Kak Daffa memegang tangan Aisyah.

"Lo pulang jalan kaki. Gila. Mendingan lo nebeng sama gue aja. Gue ajak lo ke cafe. Tenang aja gue traktir kok. Hehehehe. .."

"Gak usah. Gue males." Sahut Aisyah menekankan kata males.

"Yaudah kalo gitu. Gue duluan ya!" Menuju motornya dan mau memakai helm.

"Tunggu. Iya deh kak. Hehehehe.. Gue mau nebeng sama lo."

"Nah gitu dong. Baru adik kelas yang baik hati. Ayo naik!"

Kak Daffa mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata yang membelah kota Jakarta.

10 menit kemudian, sampailah mereka di sebuah cafe.

Aisyah duduk di salah satu meja yang kosong, sedangkan Daffa menuju menjadi kasir untuk memesan.

Setelah itu, Daffa menuju meja dan duduk di hadapan Aisyah.

"Lo kenapa? Kok lesu gitu?" Tanya Daffa.

"Eng-enggak kok kak! Gak papa. Hehehehe. .."

"Bohong! Udah gue bilang berapa kali perasaan cewek itu kayak gitu deh. Diluar ngomong baik, tapi di hati aduh... sakit. Iya kan?"

"Benarkah seperti itu kak? Kalau begitu, kakak dapat nilai 100 deh."

"Lo cerita aja sama gue kalo lo udah siap. Paham?"

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang