Part 32 - Kakak Kelas

66 3 7
                                    

Ujian praktek Seni Budaya tinggal 3 hari lagi, sedangkan persiapan band masih jauh dari kata siap. Hanya pernah latihan sekali, itupun juga sedikit mengecewakan.

Saat istirahat, mereka pergi ke kantin, kecuali Arjun dan Safira. Karena Arjun mengajak Safira untuk bertemu di taman sekolah yang jauh pandangan dari kantin.

Arjun dan Safira duduk di sebuah bangku yang berada di bawah pohon yang teduh, udara pun juga sejuk meskipun hari ini sudah siang.

Mereka duduk di bangku yang berbeda, tapi satu pohon. Safira terus memejamkan matanya untuk menghirup udara, sedangkan Arjun sambil mendengarkan musik di earphone dengan melipat tangan dan menutup matanya.

Tiba-tiba, Safira buka suara dan memecahkan keheningan mereka.

"Gue benci hidup gue sendiri." Ucap Safira yang sudah membuka matanya, tapi dengan tatapan kosong ke arah depan. "Kenapa ya, Allah mengambil orang yang gue sayang? Apa gue gak berhak dekat dengan orang yang gue sayangi? Rasanya sakit banget." Lanjut kata Safira dan tidak sadari air mata Safira menetes secara perlahan tapi pasti.

"Allah itu bukannya gak sayang, cuma jalanin ketentuan takdir aja. Namanya juga manusia, pasti akhirnya akan menghadapi kematian. Allah itu selalu sayang sama umatnya, mungkin Allah ngelakuin ini semua juga demi kebaikan lo sendiri atau ada hikmahnya gitu." Sahut Arjun yang masih tetap dalam posisinya.

"Sok bijak lo." Ketus Safira. "Oh iya! Lo kenapa sih, sering banget ke klinik psikologis tante gue? Lo punya masalah ya?" Tanya Safira.

"Cuma masalah kecil. Jadi gak usah mikirin terlalu sangat." Ujar Arjun yang jawabnya juga masih dalam posisi sama.

"Lo kok jutek amat sih! Banyak cewek yang sebel sama sikap dingin es batu lo kayak gini?" Ucap Safira yng telah melupakan kesedihannya.

"Siapa suruh mereka yang buntutin gue?" Jawab Arjun yang enteng yang juga masih dalam posisi sama.

"What de fxxk lo." Sahut Safira.

Kemudian Arjun membuka matanya dan melepas earphonenya ke lehernya.

"Gue punya satu rahasia besar yang belum gue ceritain ke siapapun, kecuali Adrian dia udah tau tentang ini dan tante lo Sandra." Kata Arjun sambil memandang taman bunga matahari di hadapannya.

"Terus?" Ketus Safira.

"Entah kenapa gue rasa, gue percaya sama lo? Padahal lo itu orang asing, ini pertama kalinya buat gue cerita sama orang luar." Jawab Arjun dengan raut wajah serius.

"Kalo gitu gak usah cerita sama gue. Selesai kan?" Sahut Safira.

"Gue punya penyakit kejiwaan, namanya Xenophobia. Ketakutan sama orang asing atau orang yang gak gue kenal. Makanya, gue selalu dateng ke klinik tante lo. Karena, gue punya kepercayaan sama tante lo itu, gue yakin gue bakal sembuh dari penyakit ini." Kata Arjun dengan wajah sedihnya.

Safira yang mendengar penjelasan Arjun juga merasa iba. Pantas saja, waktu Safira bertanya kepada Arjun saat di perpustakaan beberapa hari yang lalu, dia begitu marah. Safira merasa bersalah, karena udah negthink terlebih dahulu ke Arjun yang belum ada penjelasan apapun. Tapi kini Safira bersyukur, karena Arjun telah menceritakan ini semua kepadanya.

"Maafin gue ya! Selama ini gue selalu negthink sama lo." Lirih Safira sambil menundukkan kepalanya.

"Gak papa kali! Gue juga minta maaf, pernah ngebentak lo waktu itu. Gue refleks waktu itu." Sahut Arjun yang melangkahkan kakinya, kemudian duduk di samping Safira sambil mengelus kepala Safira.

Jujur saja, Arjun sangat memperlakukan Safira sangat lembut, yang membuat wajah Safira jadi blushing, tapi dia tetap menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya kayak tomat yang begitu merah merona, jangan lupa juga Safira merasa kalo dia sedang senam jantung hari ini.

Bad to Beautiful (First Love)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang