Two : A Different Morning

667K 17.8K 436
                                    

Jika kita jodoh, mau berbeda seperti apa pun karakter, perilaku dan sifat kita, kita tetap akan bersatu bagaimana pun caranya. Karena cinta adalah tentang saling melengkapi hingga menciptakan sesuatu yang sempurna.

•Author•

Devan

Cahaya matahari pagi masuk tanpa permisi, memaksa tubuhku menggeliat tak nyaman.

Dalam kondisi mata masih terpejam, aku tau betul jika hangat yang kurasakan sekarang, yang sedang menerpa tubuhku adalah sinar matahari pagi.

"Keparat! Bibi Wanda, siapa yang memerintahkanmu membuka jendela saat aku masih tidur?"

Aku berdecak dan langsung menyembunyikan tubuh hingga bagian kepala di dalam selimut, meringkuk di balik selimut tebal itu agar tak terkena pantulan sinar matahari.

Sial! Berani sekali para pelayan membuka jendela sepagi ini di saat tuan muda mereka masih terlelap.

Lihat saja, akan kupecat mereka nanti!

Oh!

Wait ...

Bibi Wanda?

Oh bodohnya kau, Devan!

Ini di rumah barumu, tempat di mana kau tinggal bersama istrimu. Bukan di apartemen keluarga Lington!

Ah, shit!

Bagaimana aku bisa sampai lupa?

Jika bukan Bibi Wanda---pelayan yang biasanya membangunkanku di pagi hari---siapa yang membuka jendela sepagi ini?

Citra.

Ya, siapa lagi kalau bukan gadis itu.

Dengan gerakan cepat kusingkap selimut, keluar dari persembunyian ternyamanku.

Rencanaku sekarang adalah ingin menemui perempuan itu dan memarahinya.

Namun, belum sampai kakiku mencapai luar kamar, gadis yang kucari sudah berdiri tepat di depan pintu yang terbuka.

Bibirnya melengkungkan senyuman manis. "Selamat pagi, Devan."

Aku menatap penampilan Citra dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia sudah rapi dengan mengenakan kaos lengan panjang ditambah celana pendek di atas lutut serta rambut diikat satu tinggi.

Lihatlah, gaya berbusananya sehari-hari saja sederhana.

Tak heran jika Mom selalu memuji gadis ini.

Ah, aku tak peduli.

Alih-alih membalas ucapan selamat paginya, aku malah berjalan mendekati Citra, "Kenapa jendelanya dibuka sepagi ini? Aku masih tidur, kau tau itu kan?" tanyaku dengan nada dingin membuatnya memasang wajah bersalah dan menundukkan kepala.

"Maaf," bisiknya pelan.

Oh astaga, apa tak ada kata-kata lain yang bisa diucapkan perempuan satu ini?

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang