Setiap perbuatan ada konsekuensinya.
•Author•
Author
Devan berjalan cepat memasuki rumahnya dan menaiki lift menuju lantai lima, buru-buru ingin menemui sang istri.
Sesekali cara berjalannya terlihat mengambang dikarenakan minuman alkohol yang diminumnya di club tadi. Memicu rasa penasaran beberapa pelayan rumah yang ia temui ketika hendak menuju ke kamar yang sudah disiapkan untuknya dan juga Citra. Tapi dia tak peduli sama sekali, yang ia cari sekarang hanyalah Citra. Banyak hal yang ingin ia sampaikan pada gadis bermata coklat tersebut. Termasuk mengenai masalalunya.
Devan menarik napas panjang menatap lekat pintu berukir berwarna putih di depan. Pikirannya sudah kalut akan apa yang akan terjadi pada pernikahannya selanjutnya.
Ini semua salahnya.
Ia sangat tau itu.
Sudah beberapa kali dia membuat kesalahan dengan menyakiti hati istrinya, meski begitu sang istri juga beberapa kali ikhlas memberinya maaf yang Devan sendiri tak mengerti entah terbuat dari apa hati sang istri.Seharusnya Citra tak pantas untuk laki-laki brengsek sepertinya.
Sekali lagi, ia harus menekankan kalimat itu.
Namun, rasa cinta yang sudah tercipta di hatinya untuk Citra juga tak bisa ia abaikan.Dia harus memiliki Citra seutuhnya.
Itu yang dia mau.
Tapi tampaknya hal itu akan segera menghilang dari angan-angannya.
Dan itu terjadi karena kesalahannya sendiri."Citra?"
Panggil Devan pelan, nyaris seperti bisikan tatkala matanya mendapati Citra tengah duduk di depan meja rias sambil menyisir rambut panjangnya yang basah.Dengan begitu, Devan bisa menebak kalau Citra baru saja selesai mandi.
"Citra?"
Suara Devan terdengar lagi, namun tampaknya hal itu tak cukup untuk mengusik sang istri yang kini masih terus menyisir rambut panjangnya dengan wajah menatap ke arah cermin."Aku ingin mengatakan sesuatu---"
"Tentang Claudia?"
Potong Citra cepat, tanpa berniat sedikit pun untuk membalik badan.Devan menghela napas dan mengambil tempat duduk di pinggir tempat tidur yang berada tak terlalu jauh dari meja rias Citra.
"Sebelum menceritakan itu, aku ingin mengaku satu hal."
Citra memilih diam, menunggu kata apa yang akan keluar dari mulut sang suami selanjutnya.
"Tadi aku ke club malam. Melakukan sex dengan seorang wanita di sana."
Devan menundukkan kepala, rasa bersalah mendadak menyergapi hatinya.
Sedangkan Citra sendiri sudah membulatkan mata, terlalu syok mendengar pengakuan Devan barusan.Devan mengangkat kepalanya setelah beberapa saat sang istri tak memberikan respon apa pun. Dia menoleh untuk kemudian bangkit mendekati Citra yang saat ini sedang menaruh sisirnya ke dalam laci.
"A-aku tau ini semua adalah salahku. Aku terlalu terkejut ketika kau menanyakan tentang wanita itu. Saat mendengar namanya saja, rasa sakit hatiku karena dirinya tiba-tiba saja menyeruak. Aku...aku tak bisa mengingat kenangan sialan itu di hidupku yang sekarang lagi. Saat mengingatnya, itu membuatku hancur. Dan menyebabkan aku tak bisa mengontrol tindakan-tindakanku lagi."
"Jadi itu alasanmu?"
Citra membentak dan berdiri. Devan sendiri bahkan tak bisa membohongi diri sendiri kalau dirinya cukup terkejut mendengar bentakan dengan penekanan di setiap kata-kata yang dilontarkan Citra barusan."Maaf---"
Plak!
Raut wajah Devan tercengang diikuti dengan tangan kirinya yang reflek memegangi pipi kirinya yang ditampar cukup keras oleh Citra tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]
Lãng mạnSILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terpaksa menikahi teman masa kecilnya, Citra Maura Adigara. Keinginan itu seperti sebuah mimpi buruk unt...