Aku hanya benar-benar tertarik pada satu gadis, dan itu dia bukan kau. Jadi, enyahlah dari hidupku, kau sungguh tak penting!
•Devan•
Devan
Malvin memandangku dan Steffani secara bergantian, ia mengarahkan telunjuknya ke arah kami, "Apa ... yang kalian lakukan tadi?"
Aku memutar bola mata malas lalu berdecak pelan. Manusia satu ini terlalu polos atau bodoh, sih? "Tentu saja bercinta, apa lagi?"
"Apa-apaan---maksudku terserah. Tapi Dev, yang pasti kau harus segera pergi bersama wanita itu dari sini. Keadaannya sedang kacau!"
"Memangnya ada apa?"
"Ibumu! Ibumu akan segera datang ke sini dalam kurun waktu lima menit dari sekarang! So, jangan bertanya apa pun lagi dan cepat pergilah! Bisa terjadi perang dunia ketiga kalau dia melihatmu bercinta bersama wanita lain selain istrimu sehari setelah pernikahanmu pula, dan lagi kau sudah bekerja hari ini!"
Sontak saja tanpa menghiraukan perkataan Al lagi, aku beserta Steff bergegas membetulkan pakaian kami yang sedikit berantakan dan Steff memungut tasnya tadi.
Setelah itu kami berdua pergi meninggalkan kantor setelah sebelumnya sempat mengucapkan terima kasih pada Malvin.
Untung saja ia cepat-cepat memberitahuku, jika tidak, bisa tamat riwayatku sebab jika mom tau hal ini pasti dia akan sangat kecewa.
Malvin juga bilang dia sudah memberitahu pada seluruh karyawan yang lain beserta satpam, jika melihatku tadi pagi datang jangan diberitahu, anggap saja aku tak datang dan bersikap seolah tak terjadi apa pun.
Itulah beruntungnya punya sekretaris sekaligus sahabat seperti Al.
Dia bisa mengerti ketika situasi sedang genting. Contohnya sekarang ini.
Beberapa menit kami habiskan waktu untuk menuju parkiran.
Aku dan Steff benar-benar berlari kencang seperti dikejar orang gila demi menghindari mom yang bisa muncul di mana saja.
Menghela napas lega, aku dan Steff segera membuka pintu mobil ketika sudah sampai di parkiran.
"Akan ke mana kita, Dev? Ke hotel kah?"
Tanya Steff seraya memasang seat belt di kursi sebelah pengemudiku.
"Kita makan dulu, aku belum sarapan. Setelah itu kita jalan-jalan menghabiskan waktu berdua."
"Aku punya ide bagus! Kau bilang kau tak tertarik pada Citra, kan? Aku ingin membuktikannya. Ada sebuah rencana yang terlintas di otakku. Sehabis makan kita jalan-jalan dan setelah itu pulang ke rumah barumu, ya?"
Aku mengerutkan kening, "Kau ikut pulang ke rumahku? Untuk apa?"
Steffani tampak tersenyum licik, "Lihat saja nanti."
Aku hanya memutar bola mata malas sambil menghidupkan mesin mobil, "Terserah, yang penting kita melakukan itu kan?"
Steffani menatapku sambil menyunggingkan senyum menggoda, "Tentu saja, Babe."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]
RomanceSILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terpaksa menikahi teman masa kecilnya, Citra Maura Adigara. Keinginan itu seperti sebuah mimpi buruk unt...