Twenty Two : Special Gift

313K 9.4K 241
                                    

May I know, what is your heart made of?

•Citra•

Citra

Meong.

Suara dari seekor kucing Turkish van berwarna putih bercampur oranye membuatku terlonjak ketika kucing itu menyentuh kakiku, "Hei, ini Yuki yang tadi 'kan?"

"Itu bukan Yuki, yang itu namanya Yuna, perempuan. Kalau Yuki laki-laki. Mereka memang mirip, tapi Yuki punya bekas luka di bagian telinga."
Sahut Nino yang berada di depanku menjelaskan.
Tadinya Nino memang berniat untuk mengajakku ke dalam sebuah ruangan yang katanya memang dikhususkan untuk para kucingnya setelah semua tamu pulang dan Devan meninggalkanku sudah selama lima belas menitan. Namun baru sampai di depan pintu, seekor kucing bernama Yuna sudah menyambutku manja.

"Begitu. Bulunya halus sekali, apa kau merawat mereka setiap hari?"
Tanyaku bergerak mengelus kepala Yuna dengan lembut dan tersenyum, kucing di hadapanku itu terlihat nyaman oleh sentuhanku.

Nino mengangguk, "Ya. Ada seorang suster khusus yang kuperkerjakan untuk mengurus mereka. Dari mulai memandikan, memotong kuku, menyisir bulu mereka, memberi makan, hingga menidurkan mereka. Terkadang aku sendiri yang melakukan hal itu saat aku tak sibuk."

Aku tergelak mendengarnya, "Wow, seperti manusia saja harus dirawat sedetail itu. Kau benar-benar pecinta kucing ya? Kalau boleh tau, apa pekerjaanmu?"

Aku mengikuti langkah Nino yang berjalan mendahuluiku untuk masuk ke dalam ruangan besar bernuansa oranye muda yang di mana di depan mataku kini disuguhkan sebuah pemandangan menggemaskan.

Terdapat empat ekor kucing milik Nino lainnya termasuk Yuki tengah menonton tv berlayar lebar yang ada di ruangan tersebut.
Namun, perhatianku segera teralihkan saat melihat sebuah tempat tidur berukuran king size berada tak begitu jauh dari empat ekor kucing tadi.

Apa ranjang itu menjadi tempat untuk tidur para kucing?

Kalau memang iya, Nino memang pecinta kucing yang luar biasa!

"Aku adalah seorang direktur. Tapi bukan CEO seperti Devan, pangkatku lebih rendah darinya."

Aku hanya mengangguk paham, "Itu tempat tidur untuk kucingmu ya?"

Nino memperhatikan jari telunjukku yang menunjuk ke arah tempat tidur tadi, laki-laki tampan itu terkekeh, "Tentu bukan, itu tempat tidurku."

"Jadi maksudmu, ini adalah kamarmu? Dan kau tidur bersama para kucingmu itu di sini?"

Nino mengusap tengkuknya, "Tidak bisa dibilang tidur bersama, sih. Mereka punya tempat tidur sendiri di situ."

Aku mengangguk paham sambil ber-oh panjang saat tangan Nino menunjukkan lima buah tempat tidur yang sepertinya benda itu dipesan khusus untuk tempat tidur kucing.

Aku berdecak dalam hati. Punya tempat tidur sendiri, bisa menonton televisi, benar-benar kucing yang menarik, dan mewah tentunya.

"Ayo duduk di sini, kau akan kukenalkan pada mereka semua. Tapi sekarang mereka sedang menonton, tidak boleh diganggu."

Aku terkekeh dan berjalan mendekati Nino yang sudah duduk di tepian ranjang miliknya, "Mereka benar-benar bisa menonton tv? Canggih sekali."

"Ya, mereka bisa menonton layaknya manusia."

"Nino, boleh aku bertanya satu hal?"
Aku melirik Nino ragu.
Pertanyaan yang akan kulontarkan adalah soal kekasih pria itu.

Devan bilang jika wanita yang bernama Marissa tadi adalah selingkuhannya Nino, lalu wanita bernama Marissa itu bukanlah wanita yang sama saat kulihat Nino berciuman di depan para tamu undangan sebelumnya.
Ya, aku baru ingat, Devan bilang nama wanita sebelumnya itu adalah Risa Julianto.

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang