Fourty Four : Requisite

281K 8.4K 632
                                    

Jangan melihat seseorang dari masalalunya. Manusia itu kerap kali berubah untuk waktu yang tak bisa ditentukan. So, lihatlah seseorang dari dirinya sekarang, bukan dari masalalunya.

•Devan•


Sebelum baca, yuk dengerin lagu yg diatas dulu❤

Author

Lelaki yang saat ini mengenakan kaos berwarna putih mengerjapkan mata beberapa kali menetralisir cahaya dari lampu ruangan yang menerpa manik sapphirenya.

Ia mengernyit bingung sesaat sebelum akhirnya mengerang pelan merasakan ngilu tiba-tiba menyerang wajahnya.
Devan berusaha memposisikan tubuh menjadi terduduk dan bersandar di kepala ranjang.
Meskipun sempat kesulitan untuk bangun, lantaran kepala dan tubuhnya masih terasa sakit, namun akhirnya dia berhasil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

Masih sambil meringis pelan, ia menatap ruangan bernuansa putih yang kini ia tempati.
Matanya bergerak cepat beralih pada ranjang yang ia duduki saat ini, bukan ranjang miliknya.

"Oh shit!"
Umpatnya pelan saat menyadari bahwa dia sedang berada di rumah sakit.

Cklek

Devan menoleh memandangi arah pintu yang dibuka oleh seseorang yang ternyata adalah supir pribadi ibunya, Santos.

"Tuan sudah sadar? Akan aku panggilkan dokter dulu."

"Tak usah. Di mana semua orang?"
Tanya Devan, menghentikan pergerakan membalikkan badan dari Santos.

Santos berdeham, "Maksud Tuan, Non Citra, Nyonya Farah dan juga Tuan Adrian?"

Devan memutar bola mata malas.
Jika bukan ketiga orang itu, memangnya siapa lagi yang ia harapkan untuk ke sini?

Santos berdeham lagi lantaran tak mendapatkan jawaban apa pun dari Tuannya, jika sudah begitu dia mengerti bahwa Devan membenarkan perkataannya lewat diam, "Maaf, tapi mereka semua tak di sini. Tuan Adrian yang melarang."

Devan reflek mengangkat satu alis tebalnya, "Seriously?"

Santos mengangguk, pria dengan setelan jas rapi di depan Devan itu masih tak mengubah posisinya yang sedikit membungkuk sedari tadi, "Ya."
Balasnya singkat yang langsung disambut oleh decakan kasar dari Devan.

Devan yang hidungnya kini ditampal oleh perban tipis itu segera turun dari ranjang, berjalan melewati Santos yang memasang wajah melongo.

"Antar aku pulang sekarang."

"Tapi Nyonya Farah menyuruh---"

"Kau tak dengar ucapanku?"

Jika Devan sudah membentak seperti itu, mau tak mau Santos hanya bisa menuruti keinginan sang Tuan rumah.
Berani membantah sepatah kata saja lagi, dia sudah pasti akan langsung mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaannya sebagai supir pribadi untuk Farah.

Santos mengekori langkah Devan keluar dari ruangan yang ditempati Devan tadi, setelah sebelumnya sempat berpamitan pada Devan sebentar untuk membayar biaya administrasi. Sedangkan Devan yang masih merasakan ngilu pada wajahnya itu lebih memilih untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, meninggalkan Santos di dalam rumah sakit.

Dia benar-benar marah pada sang ayah yang melarang Farah serta Citra untuk menjenguknya.
Setidaknya jika ibunya dilarang untuk datang, dia ingin Citra bisa datang menemaninya di rumah sakit, bukan mengirim Santos yang sama sekali tak penting untuk berada di sana.

My Perfect Wife ✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang